Melvi yang berlari dari tempat parkir mobil, Kemudian terhenti di kios kosong tak berpenghuni. Menarik nafas dalam dalam lalu membuangnya secara perlahan, Menutupi raut wajahnya dengan masker berwarna putih yang digantungkan di lehernya.
Suasana hatinya saat ini sangat berantakan, benar benar berantakan. Gadis itu berfikir dengan bertemu dengan Fay akan membuat mood nya menhadi lebih baik, Tapi malah justru sebaliknya.
Melvi mengeluarkan ponsel dan memasang earphone di telinga nya, untuk mengabari Bunda. "Apa Bunda sudah di parkiran? "Kata Melvi seraya menahan air matanya yang ingin jatuh ke kedua pipinya. "Hah! apa Mel? parkiran? maksudmu Bunda sudah parkiran? "Bunda mengulangi kalimat nya.
Melvi secara spontan mengangguk, Melvi lupa jika ini sedang menelfon, Bukan bertemu dan berbicara secara langsung. Bergegas menjawab kalimat yang Bunda lontarkan kepadanya, yang belum sempat dijawabnya. "Iya bunda, Bunda tunggu sebentar ya? Melvi sedang dalam perjalanan.
Melvina hanya terdiam di mobil seperti layaknya pelabuhan kapal yang tak berpenghuni, Memikirkan kata kata dari Fay yang dilontarkan kepadanya.
Memandang kedepan kaca mobil yang berhenti di Perempatan Jalan Kenangan, Menunggu lampu rambu lalu lintas berganti dari merah ke hijau. Menarik nafas panjang dan berkata.
"Mungkin hari ini, detik ini, Aku harus melupakan Fay. Waktunya meninggalkan masalah dan fokus untuk mengikuti Kejuaraan tingkat Nasional Pencak Silat. Mungkin itu yang terbaik. "Melvina melanjutkan.
"Om Niko, Kami semua ingin mengucapkan terima kasih kepada Om Niko. "Ucap Nandu dan Ucup. "Ah kalian ini sangat berlebihan, terlebih lagi Kedai ini sudah tidak terpakai dan sudah dikosongkan sejak lama. Gunakan lah sesuka yang kalian mau. "Om Niko membalas.
Matahari perlahan lahan terbenam di titik terendah langit, Warna nya kali ini Jingga pekat. Nandu dan Ucup sudah meninggalkan Kedai Om Niko yang masih berada di kedai bersama Burung Kacer kesayangan nya.
Melihat Matahari yang sedang terbenam, Salah satu pelipur lara yang paling menyenangkan bukan? "Ya kamu benar. "Sela Ucup. "Cup!" Nandu memotong kalimatnya. "Hey Aku hanya ingin mengutarakan kekagumanku saja, Aku janji tidak akan merusak suasana ini."
Sementara itu, Aku meragukan usaha yang kulakukan bersama mereka untuk memberi kejutan kepada Evell di hari ulang tahun nya. Setelah mendengar ucapan Gadis itu yang dilontarkan kepadaku melalui telfon tadi.
Jalanan semakin sepi menghening, Terminal Bus Umum juga terlihat makin gelap dan menakutkan. Terlebih lagi konon katanya, Terminal Bus Umum Kenangan ini terkenal sangat menyeramkan, Banyak makhluk ghaib yang bergentayangan disini. seperti penampakan Kuntilanak dan juga Pocong.
Hanya ada beberapa pria yang sedang asik duduk di Warung sisi lahan parkir sepeda motor yang ada di Terminal Bus Umum tersebut untuk menunggu Bus nya masing masing tiba. Kepanikan perlahan lahan mulai menguasai seluruh tubuhku.
"Sepertinya Aku larut pulang kemalaman, Harusnya Aku pulang agak sore tadi. Tapi tidak apa, ini semua kulakukan untuk Evell. "Ucapku seraya menghelus dada.
Sepanjang menunggu Bus Umum jurusanku tiba, Aku menyibukan diri dengan memikirkan hadiah apa yang tidak pasaran dan tidak banyak orang membelinya.
Dan berharap membuat Evell menyukai hadiah tersebut. Karena kalau hanya memberi Kue saja, menurutku kebanyakan orang juga melakukan nya. Di tepi sisi Aku juga mengabaikan beberapa pria pria yang sedang asik menenggak Es Orson di sekitarku.
Beberapa pria pria itu kadang menawariku untuk ikut menenggak Es Orson nya tersebut, tapi kutolak dengan cara yang sopan dan halus.
Akhirnya Bus Umum yang kutunggu tiba, disitu Aku bisa bernafas lega. Terdengar sangat jelas sekali di telingaku ketika Kondektur Bus Umum meneriaki Bus Umum Jurusanku yang akan kunaiki. "Seperti ini katanya.
"Sakit Hati! Sakit Hati! Gagal Move On! Gagal Move On! Harapan Palsu! Harapan Palsu! "Teriak kondektur Bus Umum yang sangat keras, hingga mendengung di telingaku. "Tunggu Om, Aku Harapan Palsu!" Lanjutnya mempertegas kalimat.
Sambil terus menyibukan pikiran Aku memutuskan untuk tidak berpikir macam macam saat hari Ulang Tahun Evell tiba. Berjalan cepat menyusuri jalan alternatif menuju kerumah dan bernafas lega ketika baru saja tiba di Gedung Musik Kenangan.
Cahaya lampu yang terang, Suara musik yang romantis, Ditambah lagi suara suara beberapa remaja tertawa yang sedang membicarakan sesuatu tentang Musik. "Akhirnya Aku tiba di sekitar Gedung ini. "Gumamku.
"Baru merasa lega, tiba tiba bunyi suara yang keras Cekikikan sangat mengejutkanku disusul suara yang mengumpat. Aku terkesima, berputar cepat dan tidak memikir panjang kemudian berlari cepat layaknya Flash yang ada di film.
"Aw! Sepertinya Aku menabrak Pot kembang disekitar sini, Buku yang kubawa jadi berjatuhan. "Gerutu sesosok bayangan gelap dibawah salah satu pohon yang berjejer di tepi jalan, Bayangan itu seperti sedang membungkuk dan merapikan buku yang berjatuhan di tanah.
"Aku menghentikan langkahku, berputar badan melihat ke arah bayangan tadi. Memastikan dengan mata kepala ku sendiri, Agar bayangan tadi tidak mengejarku seperti di Film Horror.
"Ah untungnya bayangan itu tidak mengejarku, Aku sudah sangat panik tadi. Apa jadinya jika bayangan itu menangkapku? Mungkin saja Aku sudah dibawah ke Dunia lain.
****