Disudut kelas aku duduk terdiam menatap kearah jendela, mataku menepis keluar jendela melihat kearah lapangan yang kebetulan saat itu sedang ada pertandingan tim basket antar kelas.
Terlihat beberapa siswa berkerumun dipinggir lapangan sambil bersorak menyerukan nama jagoannya masing - masing.
Mataku tetap fokus pada satu siswa yang sejak tadi terlihat sangat menguasai area. terbesit beribu tanya terkait dirinya yang sangat misterius perlahan terungkap
"Iih, ngapain gue mikirin dia siih..!"
Seruku dalam hati, kututup mataku sejenak dan mengalihkan pandangan. kuraih cermin yang sejak tadi ada didepanku
"Clara, ntar lo latihan ya sama Kak Rain?
Tanya Brigitta yang menoleh kearahku
Tanpa menjawabnya, aku hanya menganggukan kepala sambil tetap memandangi wajahku dicermin
"Ehh, Clara...!!"
Seru putri yang tiba- tiba menggebrak mejaku sontak membuat aku sedikit kaget
"Bisa sopan nggak dikelas orang...??"
Jawabku sedikit ketus karena kesal melihat tingkahnya
"Gue peringatin ya lo jangan kecentilan sama Rain..., Dan sebaiknya lo mundur aja deh dari kompetisi Couple Dance...!!"
"Hey....Yang pertama, gue nggak pernah kecentilan sama siapa pun , dan gue kepilih untuk ikut couple dance itu murni atas dasar keinginan Bu Mita, jadi lo nggak usah ngatur - ngatur deh...
"Lo sopan dikit ya sama senior...?Rain itu pacar gue!! Jadi sekali lagi gue liat lo deket - deket sama dia, abis lo...!!!
Ucapannya membuat aku sedikit kaget, kutatap matanya terlihat tanda hitam memudar dikening nya yang berarti ada kebohongan yang terucap. Entah apa yang aku rasa, namun setelah tau dia mengucapkan kebohongan itu rasanya sedikit lega
Aku hanya tersenyum kecil mendengar ucapannya, ku dekati dirinya sambil membisikkan sedikit ucapan yang membuatnya sangat murka
"Cinta bertepuk sebelah tangan ya...?Tenang....gue nggak akan cerita ke orang kok, yang sabar ya...."
kutepuk bahunya beberapa kali sebelum suara teriakan nya memenuhi kelasku
"Hey, ada apa ini....?!
Seru guru yang baru memasuki kelas, sambil menahan malu putri mendorongku dan pergi meninggalkan kelasku
"Nggak ada apa - apa pak...."
Jawabku dengan senyuman lebar, rasanya sangat puas melihat Putri merasa malu
"Ra, kak putri pacarnya Kak Rain...?
Tanya Brigitta penasaran
"Iih kepo..."jawabku sambil tertawa kecil mengganggunya
--Jam Istirahat--
Aku berencana pergi ke aula untuk menemui Rain, Namun saat di depan kelas aku bertemu dengan Dev. langkahnya terhenti setelah melewati aku
"Clara....!"
Serunya sambil berbalik kearahku, aku yang tidak mau berurusan dengannya tetap berjalan tanpa menghiraukan. Tidak lama putri datang menghampiriku dengan gaya sombongnya
"Ehh...Nggk denger lo dipanggil Dev...,Tuli ya....??!"
Sapanya dengan nada tinggi sambil mendorongku
"Upps.... kalian nggak ada kerjaan ya ganggu gue terus...?" jawabku sambil menyeimbangkan tubuhku yang hampir jatuh
"Nggak usah sok cantik deh lo... gua uda peringatin lo ya buat mundur dari kom....."
"Lo nggak ada hak nyuruh gue mundur dari kompetisi dan gue ingetin lagi ya, gue terpilih bukan tanpa sebab...jadi mendingan lo instropeksi diri...!!!"
Jawabku memotong pembicaraannya dan segera pergi meninggalkan mereka
"Hey Clara...!!lo bakal nyesel..!!!"
Teriak Putri dengan sangat marah
Aku terus berjalan menuju aula, dan ternyata Rain sudah menungguku sejak tadi. Wajahnya tersenyum setelah melihatku tanpa kata matanya terus berbisik seolah mengartikan banyak kata
"Sorry telat, nunggu dari tadi ya..?"
Sapaku mengalihkan tatapannya
"Nggak juga, yuk mulai...."
Jawabnya singkat penuh keraguan
Satu jam aku dan Rain lalui dengan latihan, Dilanjutkan dengan latihan bersama yang lain. Ini hari terakhir kami latihan sebelum menuju kompetisi. Terlepas dari pertengkaran aku, Putri dan Dev yag tidak pernah berujung kami tetap profesional saat berlatih.
"Okey...Pesan Bu Mita besok jangan ada yang telat ya, langsung aja kelokasi..."
Seru Rain
"Okey....jawab kami kompak dan bergegas membereskan ruangan bersiap untuk pulang"
Sambil berjalan keluar Aula tiba - tiba telingaku berdengung hingga membuat langkahku terhenti dan menahan sedikit rasa sakitnya. Pandanganku menghitam dan muncul seperti beberapa kejadian yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Claudia tersungkur jatuh, seseorang menarik tasnya dan beberapa suara perempuan yang sepertinya tidak asing, sekilas aku melihat banyak pot bunga dan sepertinya itu terjadi di Rofftop sekolah.
"Clara...Lo kenapa...??"
Seru Brigitta yang terheran melihat tingkah aneh ku, Aku tertengun menatapnya berusaha mengartikan apa yang aku lihat tanpa memberi tau Brigitta
"Sakit banget telinga gue.
Claudy, Kemana...??"
"Nggak tau, udah balik duluan kali...."
Aku berkali - kali menelpon nya namun tidak diangkat, dan aku teringat kejadian yang baru saja aku lihat, seketika ku tarik tangan Brigitta dan berlari menuju Rofftop sekolah
"Ikut gue Buruan...."
"Mau kemana...?"
Jawabnya singkat namun dia tetap berlari mengikutiku tanpa mendapat jawaban
Sampai di Rofftop terlihat Claudy duduk lesu sambil menangis, dan bersamanya ada Putri dan Kedua temannya yang asik tertawa sambil memegang tas Claudy. Tanpa pikir panjang kuhampiri mereka dan merebut tas Claudy yang sedang dipegangnya.
"Ngapain lo duduk disini Dy....?"
Seruku sambil membantunya berdiri dan pura - pura tidak tau dengan apa yg sudah terjadi
"Wah....Kembarannya dateng niih...."
Jawab Putri sambil merangkul pundakku . Seketika aku berbalik dan memutar tangannya hingga kebelakang punggungnya
"Berapa kali gue bilangin sama lo, jangan ganggu gue ataupun orang disekitar gue, Ngerti...!!!"
Bisikku ditelinganya dan mendorongnya kearah kedua temannya
"Sial Lo Clara...!!!"
Teriak Putri dengan sangat marah
Kutarik tangan Claudy dan pergi meninggalkan mereka bertiga tanpa menghiraukan ucapannya
"Ta Sorry ya, gue balik duluan sama Claudy...."
Ucapku pada Brigitta
"Iya gpp, gue balik sama Kevin. Bye...See you di acara besok ya, Don't be late..."
Balasnya dengan senyuman kecil, berusaha memahami situasi ku dan Claudy saat ini
Diperjalanan sesekali aku menatap Claudy tanpa mengucap sepatah kata. Suasana terasa hening tanpa suara musik, yang terdengar hanyalah suara mesin mobil dan riuk pikuk jalan raya. Aku menyetir dengan perasaan gundah, merasa kesal dengan apa yang terjadi pada Claudy.
"Kok lu bisa ke rofftop tadi..?"
Tanya Claudy memecah suasana
"Gue liat..."
jawabku singkat tanpa menatapnya
"Hah...Maksudnya...??"
"Iya, Gue liat apa yang Putri lakuin sama lu..."
"Lo liat apa...?Kan tadi..."
"Lo gpp...?"
Ucapku memotong pembicaraannya berusaha mengalihkan topik Namun Claudy hanya terdiam dan menarik nafas, sesekali dia menatapku tanpa mengatakan apapun
"Yuuk kita ngemall....."
seruku yang masih berusaha mencairkan suasana
"Kan kita belum Izin sama papah..."
"Sini hanphone lu, gue telp papah sekarang...."
Claudy memberikan hp nya padaku, karena panggilan ayahku di reject beberapa kali, kami tetap memutuskan untuk pergi
Menonton beberapa Film kesukaan, Membeli beberapa baju favorite, makan Hingga perut kenyang dan berjalan keliling Mall hingga lupa waktu adalah cara terbaik kami menghilangkan stress
Aku memeriksa HP yg sejak tadi didalam tas, dan ternyata ada 10 panggilan tak terjawab dari ayahku
"Aduuh, Mati kita Dy...Papah nelponin..."
Seruku sambil mengecek semua panggilannya
"Yaampun, Udah jam 7 malm ra....Balik Yuuk"
Jawab Claudy yang mulai gelisah
"Coba telepone balik Dy, Gue ambil mobil dulu..."
"Okeey, Gye tunggu depan ya ..."
Jawabnya sambil menelpone ayahku
Aku bergegas menuju parkiran yang ada di lantai 3, tanpa sengaja aku menabrak seorang wanita paruh baya yang berdiri didepanku
"Maaf tante...."
Sapaku sambil mengambil baju yang dipegangnya terjatuh
"Clara...!!!"
Suara yang tidak asing muncul dari belakangku, seketika aku berbalik
"Dev...??
Tante maaf ya..."
jawabku langsung berpaling kearah wanita itu
"Kalo jalan pake mata dong...!!Mamah nggak papa..?"
Pungkas Dev mendekatiku
"Udah, Orang nggak sengaja...iya nggak papa"
Balas Wanita itu yang ternyata mamanya Dev
Aku hanya menarik nafas, terdiam sejenak menahan emosi dan hp ku berdering, ternyata panggilan dari Claudy yag sudah menungguku dilobby Mall
Aku bergegas pergi menuju parkiran tanpa menghiraukan mereka. Kami sampai rumah jam 7 Malam dan tentunya Ayahku sudah menyambut kami diteras dengan tatapan nanar
Kami sudah pasrah saat memasuki garasi rumah, Mencoba memberikan senyuman hangat saat turun dari mobil dan memeluknya untuk meminta maaf.