Sehelai kain berwarna merah membaluti tudungan kepala Viola, secercik cahaya pagi menyinari kedua bola matanya yang berwarna kecoklatan, suara melody khas perkampungan membuat suasana menjadi hening. Para pejuang rupiah sedang mecangkul di sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Viola sedang melihat-lihat ke sekeliling persawahan yang dikelola oleh ayahnya.
"neng, kade gebis." ucap Akang-akang melirik ke arah viola sambil memetik padi
"iya aa muhun," jawab viola santai
Pemandangan di kampung berbeda dengan di kota dari segi bahasa pun mereka menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa sunda. Orang-orang perdalaman menyebutnya sebagai sastra bahasa lain halnya dengan orang luar yang mengunjungi perkampungan mereka selalu menggunakan bahasa indonesia sebagai percakapan sehari-hari.
"stjin,itu kan viola,lamunan
Henry mengendap-ngendap
"iya gw tau, kenapa?"
"dia ngomong sama siapa?, terus pake bahasa apaan tuh?" tanya Henry bingung
"dia ngomong sama pegawai ayahnya, dia juga pake bahasa perkampungan bahasa sunda." jawab Stjin melirik ke arah viola
"oh gitu," ucap Henry cepat
"kenapa!, lo cemburu?"
"kaga apaan sih udah lah." kata Henry berdiri tegak meleos begitu saja meninggalkan stjin
"dasar aneh," batin Stjin mengikuti henry pergi
Henry melewati viola yang sedang asyik menikmati suasana di sawah. Seketika selendang miliknya tertiup angin tepatnya mengenai muka henry, viola yang berada dihadapanya melangkah lebih dekat untuk mengambil selendang miliknya. Saat meraihnya tak sengaja tangan henry memegangi tangan viola hingga saat selendang itu lepas mata mereka saling menatap.
"maaf-maaf." ucap Henry melepas genggaman tanganya hingga tersadar dari lamunan
"iya aa gpp, maaf yah tadi ketiup angin," kata Viola berkedip
"eheumm." ucap Stjin
"kenapa broo?"
"gpp ayoo!" kata Stjin meraih tangan henry meninggalkan viola
"aa makasih yah!" teriak Viola yang menatap kepergian henry
Senyumannya tercenga-cenga sambil mengepal selendang dengan mencium-cium baunya.
"hehe si aa th kasep pisan," kata Viola berjingkrang-jingkrak
***
"stjin,tadi kenapa lo narik tangan gw?" tanya Henry yang sibuk menseruput secangkir kopi ditanganya
"gw ga suka lo mesra-mesraan depan umum, kalau mau pacaran ditempat sepi!" jelas Stjin
"siapa yang pacaran!, gw ga pacaran!" Henry kesal
"lah tadi apaan?"
"ge ga sengaja,tu selendang terbang ke muka gw!" jelas henry
"yaudh maaf gw paham ko."
"okk,"
Tetapi Henry hanya terdiam membayangkan kejadian yang tadi, melamuni wanita yang ia cintai hingga stjin merasa risi melihat temanya terlalu berlebihan.
"broo, cinta sama seseorang itu sewajarnya lah!" ucap Stjin yang sibuk memainkan gitar tua miliknya
"emang kenapa?"
"gw gamau temen gw lebih mentingin cwe dibanding temenya sendiri, mending lo nikahin ajah viola gausah pacaran-pacaran." ketus Stjin melirik ke arah henry
"gw kan udah bilang ,gw ga pacaran!!"
"yaudh lah maaf, ntar gw bantu" ucap Stjin
"iya yaa, makasih broo sebelumnya, tapi ngomong-ngomong lo kaya cemburu gitu sama gw." ketus Henry
"gw cemburu???, haha bukan gw cuman takut temen gw disakitin!"
"hmm, bener banget lo, gw juga baru kenal sama viola." ucap Henry menggaruk-garuk kepala
"nah makanya itu ayolahhh cari tau dulu, kalau udh pas baru deh lamaran!"
"yoiiii." ucap Henry cepat
Perkataan Stjin masih terngiang-ngiang dikepalanya, justru henry sangat bingung kenapa temanya seperti melarang henry untuk mendekati Viola apakah Stjin juga mulai jatuh cinta dengan Viola???