tokkk...tokkk...tokkk
Suara itu seperti tak asing diluar pintu terlihat seorang ibu memakai perhiasan dengan tas selempang membawa buku berwarna merah, stjin mencoba membuka pintu itu ternyata itu ibu viola yang ingin menagih uang kontrakan.
"ehh,ibu silahkan masuk bu." kata Stjin bersikap manis kepada ibu viola
"gausah!,bayar kontrakan sekarang atau kamu saya usir!" jelas Ibu kesal
Seketika Henry yang mendengar hal itu ia langsung memberikan uang kepada ibu-ibu kontarakan.
"berapa bu?" tanya Henry sambil menghitung uang di amplop coklat
"20 jt,"
"hahh, yaudh ini ambil semuanya." ucap Henry mengasongkan amplop tersebut tetapi Stjin melarangnya
"gaush henry biar gw aj.."
"gw ajh." potong Henry
"makasih yah nak!!, ibu pergi dulu," ucap Ibu sangat senang menerima uang cas dari anak muda bule itu
"ahhh, henry gw gamau ngerepotin orang lain!"
"gw ga ngerasa direpotin ko ,anggap ajah itu hutang gw karna lo udah ngajakin gw tinggal di kos-kos'an lo." jelas Henry melangkah pergi
"hmm,thankss youu henry, lo mau kemana?"
"gw mau keliling-keliling nih?,mau ikut ga?, gw gatau jalan heheh."ujar Henry tertawa kecil
"ayooo!"
Menelusuri jalan setapak ,melewati pepohonan dan lapangan kecil terlihat di ujung jalan seperti rumah-rumah kuno yang sampai saat ini masih ditempati. Henry dan Stjin menikmati suasana tersebut disitu juga terdapat pesantrenan modern yang terbuat dari kayu. Ia mengajak Henry untuk menjadi anak santri seharian, dan merasakan bagaimana menjadi seorang santri dalam satu hari.
"assalamuallaikum pak ustad." salam Henry dan Stjin yang bertemu ustad di penghujung jalan sambil bersalaman
"walaikumsallam, ehh nak Stjin kemana ajah, ko baru kelihatan, terus ini siapah cakep bener," ucap Ustad melirik henry dari atas sampai bawah
"ada ajah pak ustad, cuman kemarin-kemarin saya baru pulang. ini temen saya tad namanya Henry , hehe." jawab Stjin menepuk nepuk pundak Henry
"oh gitu, yaudah silahkan masuk nak."
"iya tad,ayoo hen,"
"sebenernya kita mau apah sih???" bisik Henry
"jadi santri seharian." jelas Stjin
Henry hanya terdiam saat memasuki pesantren gubug itu ternyata suasananya berbeda dengan dirumah. berada di pesantrenan sangat hening namun banyak anak santri yang sibuk mengaji, Henry berkata dengan mata berbinar-binar. "
"sungguh luar biasa."
"hebat kan?" tanya Stjin tersenyum lebar
"iya gw pengen ngerasain kaya mereka," ucap Henry
"nih pake." kata Stjin mengasongkan peci berwarna putih
"ini untuk apah?" ketus Henry
"untuk dipake di kepala gini caranya," Ucap Stjin memakain kopeah itu
"hmm, beda banget Stjin gw." kata Henry melirik dirinya dikaca ponsel
"haha iya hen, goodd," ucap Stjin
Sebelumnya Stjin sudah pernah menjadi santri seharian di pondok ini tapi karena kedatangan teman baru ia ingin sekali mengajaknya merasakan jadi orang alim seharian. Jadi ini kedua kalinya stjin merasakan jadi anak santri.
"Stjin ajari teman kamu mengaji yah,supaya dapat pahala." ucap ustad
"iya siap ustad laksanakan."
"oh iya hampir lupa." ketus ustad
"kalian pasti haus kan, kalau mau minum ambil ajah yah gaush malu-malu anggap ajah ini tempat tinggal kalian, disini santrinya sudah terbiasa ngambil sendiri. jadi anggap ajah yah ini rumah kalian," ketusnya lagi
"okk siapp tad."
Stjin mulai mengajari henry mengaji dengan perlahan-lahan meskipun dirinya belum mahir dalam mengaji tapi ustad menyakinkan dirinya agar bisa menuntun teman-teman yang lain. Yang awalnya tidak bisa menjadi bisa.