Chereads / DEUXIEME AMOUR / Chapter 8 - Bab 08

Chapter 8 - Bab 08

Di saat sedang memanjakan mata dengan salah satu acara kesukaan tiba – tiba ada pesan masuk dari Leonard yang memintanya untuk datang ke kantor besok pagi pukul 08.45. Rasanya malam ini Calista tidak bisa tidur karena pikirannya melayang jauh membayangkan bagaimana wajah Leonard sesungguhnya. Apakah setampan di foto?

Oh My God Calista, ingat lelaki tampan itu bisanya hanya nyakitin. Sadar Calista, sadar. Dewi dalam hatinya berteriak memperingatkan.

Belum juga puas mengarungi alam mimpi, alarm sudah berteriak memintanya untuk segera membuka mata. Tak ingin terlambat di hari pertama kerja, Calista segera melenggang ke kamar mandi. Selesai bersiap langsung menuju meja makan untuk sarapan. "Selamat pagi Om, Tante," yang langsung di balas oleh keduanya.

"Oh iya ini kunci mobil kamu sayang."

"Loh bukannya sudah di bawa supir kak Calvin ke Jakarta ya Om?"

"Sudah, tapi kemarin Calvin kirim mobil kamu."

Mobil ku? Calista membatin sambil meneliti kembali kunci mobil. Seketika menyungging senyum bahagia, kakaknya itu memang paling tahu apa yang Calista inginkan. Kemudian melirik jam di pergelangan tangan setelah itu segera berpamitan untuk ke kantor.

Tak lama kemudian mobil yang membawanya pergi telah memasuki area parkir hotel bintang 5. Kedatangannya langsung di sambut staff receptionist kemudian di antarkan menuju ruangan Leonard.

"Selamat pagi Dera, apa Pak Leo ada di ruangannya?" Tanya petugas receptionist pada Dera selaku staff Leonard.

"Ada dan kamu boleh pergi. Saya yang akan mengantar Ibu Calista pada Pak Leo," kemudian tatapan Dera beralih pada Calista. "Mari Ibu Calista."

Setelah mengantar Calista ke ruangan Loenard, Dera segera berpamitan untuk kembali ke ruangannya. Namun, baru beberapa langkah langsung di hentikan oleh panggilan Leonard yang memintanya untuk segera membawakan dua gelas orange juice.

Dera langsung menghubungi staff indigo untuk membawakan dua gelas orange juice ke ruangan Leonard. Namun, ia langsung di cecar pertanyaan oleh staff tersebut. "Kamu tidak salah order kan Dera?"

"Apa maksudmu?"

"Masak pagi – pagi pesan orange juice. Coba kamu tanyakan lagi deh sama Pak Leo."

"Sudah buatkan saja dan segera antar ke ruangannya, nanti kamu juga akan tahu."

"Apa maksudmu Dera."

"Pak Leo lagi butuh yang dingin – dingin tuh karena kepanasan dengan kecantikan Bu Calista."

"Bu Calista siapa?"

"Sudah jangan banyak tanya. Ini waktunya kerja bukan waktunya bergosip," sinis Dera lalu mematikan sambungan telepon. Sementara di dalam ruangannya Leonard tak henti – hentinya melayangkan tatapan penuh minat pada Calista. Tak ada sepatah katapun yang keluar sampai pesanannya datang.

"Silahkan di minum Ibu Calista, semoga Anda menyukainya."

"Terima kasih, Pak Leonard."

"Cukup panggil Leo saja."

Calista mengangguk.

Awalnya Calista sangat mengagumi ketampanan dan juga auranya yang sangat kuat. Akan tetapi sikap genit Leonard justru membuatnya muak. Satu hal yang Calista pikirkan bahwa semua lelaki itu sama saja. Berbeda dengan Leonard yang terpesona pada pandangan pertama. Siluet manik abu - abu membuat seorang Leonard bertekuk lutut.

Berkali – kali melalui ekor matanya curi – curi pandang, wajah blesteran Calista yang mirip Dewi Yunani tentu saja membuat siapa saja yang memandang akan di buat menelan ludahnya kasar. Begitu juga dengan yang di rasakan oleh Leonard saat ini.

"Mari saya antar berkeliling kantor." Sepanjang mengelilingi kantor tak henti – hentinya kembali mencuri – curi pandang dan hal tersebut membuat seorang Calista risih sehingga sengaja menghentikan langkah kemudian menghujani Leonard dengan tatapan tajam. Seketika Leonard pun di buat bertanya – tanya. "Ada apa Ibu Calista?"

"Tolong jaga mata Anda!"

Cantik – cantik galak juga dia ini. Biasanya semua wanita bertekuk lutut padaku tapi ini … Wah jinak – jinak merpati.

"Maaf sudah membuat Anda merasa tidak nyaman. Selamat bekerja Ibu Calista. Kalau ada yang perlu di tanyakan jangan sungkan ke ruangan saya," sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda.

Dasar laki – laki hidung belang. Sok kegantengan!

Hari pertama bekerja sudah di buat kelelahan karena di hadapkan pada setumpuk berkas dan laporan yang di tinggalkan oleh manager lama tanpa rasa tanggung jawab. Menurut berita yang ia dengar manager lama yang ia gantikan ini bernama Casandra, cantik, cerdas dan pastinya sangat di takuti.

Menjabat sebagai CFO yang jadi pusat dari berlangsungnya keuangan perusahaan tentu saja membuat Casandra sangat di hormati sekaligus di takuti. Dan tentu saja hal tersebut menyisakan pertanyaan tersendiri kenapa gadis cantik dengan jabatan tinggi bisa lari dari tanggung jawab?

Di saat sedang asyik dengan pikiran sendiri tiba – tiba Leonard langsung menerobos masuk ke ruangannya tanpa mau mengetuk pintu terlebih dulu.

Dasar tidak punya sopan santun! Maki Calista dalam hati.

Tak peduli pada siluet manik abu – abu yang menatapnya tak suka, Leonard menawarkan diri untuk mengantar Calista pulang.

"Terima kasih atas tawarannya saya membawa mobil sendiri."

"It's okay lain kali pasti saya antar kamu kalau begitu saya duluan."

"Okay silahkan! Dasar hrd killer!" Lirih Calista.

"Kamu bilang apa?" Tanya Leonard tak suka di kata - katain killer oleh karyawan baru.

"Maaf saya tidak suka mengulang kalimat untuk kedua kalinya. Silahkan!" Sembari memberi ruang supaya Leonard segera enyah dari hadapannya.

Huh benar – benar menyebalkan. Apa perusahaan ini tak salah pilih hrd? Kalau aku yang jadi pimpinan sudah ku pecat dia. Kerjanya cuma godain karyawan perempuan kalau ga gitu main ponsel mulu. Ga guna cuma nambah – nambahin beban perusahaan saja.

Sesampainya di rumah langsung di cecar pertanyaan. Tak ingin terlibat dalam perbincangan panjang segera berpamitan ke kamar karena hari pertamanya bekerja memang cukup menguras emosi dan tenaga. Bagaimana tidak, pukul 22.00 Calista baru keluar kantor di tambah lagi adanya hrd yang super menyebalkan.

"Calista, makan dulu sayang," panggil Mira dari ambang pintu. Tak aja jawaban, Mira memberanikan diri membuka handle pintu yang ternyata tidak di kunci. Seketika membeliak tak percaya mendapati Calista tertidur pulas dengan masih memakai pakaian kerja. Di belainya puncak kepala Calista dengan penuh rasa sayang.

Kasihan kamu sayang, sebenarnya tanpa bekerja pun kehidupanmu sudah sangat layak.

Pagi ini mereka sarapan bersama, hanya mereka bertiga karena Beni dan Mira belum di karuniai anak meskipun usia perkawinan sudah lebih dari 25 tahun.

"Oh ya Om, Tante karena lokasi tempat kerja Calista sangat jauh jadi Calis memutuskan untuk cari apartement yang dekat kantor. Bagaimana menurut Om dan Tante?"

"Akan Om dan Tante pertimbangkan Calista karena kamu tanggung jawab kami sekarang."

"Okay, kalau begitu Calis berangkat ke kantor dulu ya Om, Tante." Sembari mencium pipi keduanya.

Suasana kantor masih tampak sepi lalu melirik jam di pergelangan tangan.

Pantas saja masih sepi, baru juga jam 08.00 pagi.

Tak ingin langsung bercengkerama dengan setumpuk laporan segera melenggang menuju lounge. Tanpa sengaja tatapan matanya menangkap sesosok Leonard sedang duduk di sofa dengan di temani wanita cantik.

Siapa wanita cantik itu? Kemarin tidak ada. Atau jangan – jangan kekasih Leo. Ih dasar playboy cap tokek pasti itu pacarnya. Habis check in di hotel terus pacarnya di ajak sarapan di lounge. Menjijikkan! Tanpa sadar bibirnya menyungging senyum sinis.

Memangnya kenapa kalau wanita cantik itu pacarnya? Apa kamu cemburu Calista? Dewi dalam hatinya memperolok. Seketika membantah adanya rasa itu. Leonard adalah mahluk yang paling ingin Calista hindari.

Niat awal pun segera di urungkan dan berlalu meninggalkan lounge namun baru beberapa langkah di hentikan oleh cekalan seseorang yang melingkupi pergelangan tangannya. Calista tersentak lalu memutar tubuhnya kasar untuk melihat siapa gerangan yang dengan lancang sudah menyentuhnya.

"Leo." Calista langsung terperanjat kemudian menarik kasar tangannya dari cengkeraman Leonard.

"Mau kemana Calista? Saya tahu kamu mencari saya. Kangen, hum?"

"Jangan ge'er Anda."

"Maaf bercanda, habis lihat muka kamu tegang mulu jadi ikutan tegang nih saya," tanpa menjawab hanya menyungging senyum sinis kemudian menelisik kembali ke dalam lounge mencari wanita cantik yang sedang bersama Leonard tadi.

"Mencari siapa?" Tanya Leonard sambil mengedipkan sebelah mata menggoda. Malu, itulah yang Calista rasakan sehingga kedua pipinya langsung merona. Leonard pun di buat tersenyum geli melihat sikap malu – malu Calista.

"Yang kamu lihat tadi itu Kiara, manager marketing. Kemarin dia cuti," ucap Leonard seakan tahu yang sedang Calista pikirkan saat ini.

"Permisi Pak Leo, ada tamu sudah menunggu di lobbi, katanya sudah ada janji dengan Bapak."

"Baik, terima kasih Pak," kemudian beralih menatap Calista. "Maaf saya duluan ya Ibu Calista."

Satu hal yang tertangkap oleh Calista, sikap Leonard berbeda jauh. Ketika dengan Calista sering sekali menyungging senyum dan bersikap menyebalkan. Akan tetapi ketika bercengkrama dengan karyawan lain sikapnya berubah dingin. Tak mau ambil pusing Calista pun melenggang ke ruangannya.

Tak terasa sudah 2 bulan Calista bergabung dengan perusahaan ini dan selama itu pula Leonard selalu saja mengganggu membuat Calista muak.

"Apa Anda tidak bisa mengetuk pintu terlebih dulu, hah!" Dasar tidak punya sopan santun.

"Please jangan marah – marah Ibu Calista, saya hanya ingin mengajak makan siang ke restaurant pavorit saya, makanannya enak – enak saya yakin kamu pasti suka."

"Ini baru jam 11 siang Bapak," sambil menunjuk arah jarum jam di pergelangan tangan ke depan wajah Leonard kemudian jari telunjuk mengarah pada pintu. "Jangan mengganggu waktu saya. Silahkan keluar!"

"Okay, okay. Dasar galak!"

"Anda bilang apa?" Tanpa menjawab langsung melenggang keluar ruangan.

Dasar menyebalkan! Tidak punya sopan santun. Dasar hrd gila! Umpat Calista dalam hati sembari mengunci pintu ruangannya.