Di ruangan lain, tubuh Calvino di baringkan di sebelah Calista. Air mata mengalir deras membasahi pipi kokoh melihat sang adik tercinta terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya sangat pucat dan lebih mirip seperti mayat hidup. Harusnya ini tidak pernah terjadi. Harusnya Calista tidak ada disini. Semua ini salah ku. Bodoh, bodoh, bodoh. Calvino terus saja menyalahkan dirinya sendiri.
"Permisi ya Pak." Ucap perawat ketika menancapkan jarum ke lengannya. Kini, darahnya telah mengaliri tubuh Calista. Air mata kembali membasahi pipi kokoh. Ia tak pernah menyangka akibat keegoisannya malah menyeret adik tercinta ke dalam bahaya. Dalam hati terus merapalkan doa, memohon pada Tuhan untuk kesembuhan adiknya. Entah sudah berapa lama tenggelam dalam pikiran sendiri sampai sang perawat menghampirinya. "Permisi ya Pak Calvin." Ucap perawat ketika akan mencabut peralatan di tubuhnya.
"Sus, bolehkah saya bertemu sebentar dengan Adik saya."