Calista langsung terdiam, pandangannya menunduk. Tanpa dapat di tahan lagi air mata bodoh menetes membasahi pipi mulus. Leonard tak berusaha memeluk ataupun menghapus bulir – bulir air mata Calista. Ia hanya berdiam diri dengan pandangan tak lepas dari wajah cantik.
Satu hal yang masih mengganjal di benaknya, kenapa Calista seperti ini dan apa penyebabnya? Ia sama sekali tidak tahu, sedangkan Calista memilih menutup rapat – rapat masalah yang sedang membelenggunya itu.
Lama – lama tak tega juga membiarkan Calista berperang seorang diri menghadapi peliknya masalah yang membelenggunya saat ini. Akhirnya dengan penuh kelembutan meraih dagu Calista, menghapus sisa – sisa air mata dengan ibu jari. "Tidurlah lagi baby. Kamu harus banyak istirahat. Aku ingin kondisi mu secepatnya pulih biar segera bisa keluar dari rumah sakit ini."
"Kau juga harus tidur."