Zach memasukan sebelah tanganya kedalam saku celana berjalan dari sisi satu kesisi lainya memperhatikan dengan seksama para juniornya yang tengah mengikuti seleksi pemilihan anggota Paskib. Mereka sedang baris berbaris melakukan gerakan awal dalam PBB.
Bukan hanya Zach yang berada disitu tapi juga ada Rama sebagai wakilnya dan Darren sebagai wakil kedua dirinya setelah Rama. Pandu dan Fajri hanya duduk saja dibawah pohon nangka yang memang ada dipinggir lapangan, mereka berdua bukanlah anggota paskib jadi hanya melihat saja tanpa memantau. Mereka disitu sedang menunggu Zach dan ketiga lainya, mereka nanti akan berkumpul bersama setelah Zach, Rama dan Darren selesai mengadakan seleksi pemilihan anak Paskib.
Mereka berlima adalah sahabat sejati, sehingga harus klop dalam apapun, ya walaupun harus menunggu mereka bertiga dibawah terik matahari.
Saat ini memang tengah hari hampir menginjak waktu Zuhur, dan saat ini memang kebetulan Sekolah tidak mengadakan jam pembelajaran karena mereka sudah selesai ulangan kenaikan kelas dan tinggal menunggu pembagian raportnya saja.
Kemarin-kemarin itu guru masuk kedalam kelas hanya ingin memeberikan hasil ulangan serta perbaikan-perbaikan semata.
"Pemilihan sudah selesai, kalian bisa istirahat" ujar Zach,
Semua pasukan yang baris berbaris berhenti dan membubarkan diri mereka berjalan kesisi sisi lapangan beristirahat dan mengambil minum serta makanan yang mereka bawa dari rumah atau makanan yang telah mereka beli tadi.
Begitu juga dengan Zach, Darren dan Rama berjalan menghampiri Fajri dan Pandu yang duduk-duduk di bawah pohon nangka.
"Udah selesai woy," Tanya Fajri pada Zach dan di angguki pemuda itu.
"Kalau gitu pulang yok woi, kumpul dimana gitu" ajak Pandu pada yang lainya.
" Ini juga bentar lagi mau pulang, memang mau kumpul dimana?" tanya Darren.
"Baseng dimana,? dirumah Zach juga bisa" usul Fajri.
"Gue kesana dulu," Zach menunjuk kearah dimana para juniornya yang sedang duduk dipinggir lapangan. Zach langsung berlari menghampiri mereka.
"Kalian semua udah boleh pulang, kalau yang masih ada urusan sama guru. Temui gurunya" ujar Zach seraya memegang kertas.
Kertas itu ia sodorkan kearah salah satu siswa,
"Tolong tulis nama kalian masing-masing, ini untuk mengabsen kalian. Mengerti"
Setelah mengatakan itu Zach langsung berlari lagi menuju teman-temanya.
...
Zach dan teman-temanya kini berada di sebuah cafe tongkrongan anak muda. Mereka juga sudah memesan makanan apa saja yang ingin mereka makan tampak dimeja itu sudah tersaji berbagai jenis makanan.
"Gak kerasa ya kita berlima udah mau kelas dua belas aja" ujar Fajri mendramatisir dibuat buat.
"Biasa aja kali eskpresinya, lebay banget" tegur Pandu yang merasa jijik melihat tingkah Fajri yang dibuat-buat.
"Kenapa sih lo, muka-muka gue juga" Fajri merasa tak terima.
"Bener-bener cepet banget ya," Darren menimpali. Rama dan Zach hanya mengangguk menyetujui.
"Gimana hubungan lo sama Luna" Rama tiba-tiba saja menanyakan hubungan Zach dengan Luna.
"Baik" jawab Zach singkat, dia tidak mau membahas hubunganya dengan Luna pada orang lain entah kenapa ia tidak ingin membagi perjalanan hubunganya dengan yang lain.
"Syukurlah kalau baik, jangan sampai bertengkar-bertengkar. Cuman masalah sepele" nasehat Rama.
Zach hanya diam mendengarnya. Dia juga merasa bingung, hubunganya dengan Luna pasti sering bertengkar masalahnya karena mereka berdua hanya berstatus pacar bohongan dan ia juga masih bingung dengan perasaanya mengenai Salsa.
"Eh, bukannya itu Luna?" tunjuk Fajri keluar Jendela. Benar itu Luna sedang bersama seorang Pria masuk kedalam butik yang berada diseberang jalan sana.
Zach yang mendengar itu langsung melihat arah dimana Fajri menunjuk. Dia melihat Luna yang masuk kedalam butik bersama seorang pria yang tidak Zach tau.
Entah kenapa Zach langsung berdiri dari duduknya rasanya ia tidak suka melihat Luna bersama pria lain.
Teman-teman Zach yang melihat Zach langsung berdiri sekan bertanya-tanya.
"Mau kemana lo?" tanya Darren.
"Ho'oh, mau kemana sih lo" ujar Fajri juga ingin tahu.
"Jangan bilang lo mau nemuin Luna gitu, karena dia sama cowok lain disana. Posesif banget sih lo" Pandu juga ikut menimpali.
Sontak apa yang dikatakan Pandu langsung membuat Zach menatapnya, merasa tidak terima dengan perkataan Pandu barusan.
"Kenapa lo nyangkal? udah gak sah disangkal kelihatan banget diwajah lo" Pandu tidak merasa takut atau terintimidasi sama sekali dengan tatapan Zach.
Zach akhirnya hanya diam tidak memperdulikan apa yang dikatakan Pandu, ia hanya berjalan pergi. Sebelum itu Rama menahan lengan Zach.
"Lo jangan emosi, apa yang lo lihat belum tentu sama dengan kenyataanya" Setelah mengatakan itu Rama melepaskan tangan Zach. Dan kini Zach bisa berjalan lagi berniat menemui Luna didalam butik diseberang sana bersama pria yang Zach tidak tahu.
Zach juga merasa bingung dengan dirinya sendiri, kenapa dia tidak terima melihat Luna dengan orang lain selain dirinya,.
"Bukankah cinta gue buat Salsa" batin Zach sendiri.
Zach melihat kanan-kiri memperhatikan mobil yang berlalu-lalang. Menunggu jalanan kosong untuk menyeberang jalan, ke butik yang berada diseberang sana menemui Luna.
Saat dikira tidak ada mobil atau kendaraan lagi yang berlalu lalang Zach segera menyebrang jalan berjalan ke arah butik.
Zach sudah berada didepan butik tanpa ragu ia masuk kedalam untuk menemui Luna. Ia mengedarkan pandangannya kesana kemari mencari Luna, dan akhirnya ia menemukan Luba sedang mengepaskan baju ditubuh Pria yang bersama denganya. Zach mengepalkan tanganya erat, melihat itu.
"Lun.." panggilnya saat sudah dibelakang Luna.
Luna langsung melihat kebelakang memperhatikan Zach, ia merasa heran kenapa Zach juga berada disini.
"Zach, kok lo disini?"
"Ikut gue" Zach langsung menggenggam tangan Luna mengajaknya menjauh dari Pria didepan Luna. Pria yang belum diketahui siapa itu hanya melihat remaja didepanya heran.
"Lo apa-apan sih, main tarik-tarik gue aja" Luna kesal dan melepaskan tangan Zach paksa.
"Sama siapa?" ujar Zach singkat, mengabaikan perkataan Luna.
"apanya.?"
"Oh itu, itu sepupu gue." Luna akhirnya sadar apa yang dimaksud Zach.
"Ngapain disini,?sama cowok itu" Zach menunjuk Pria yang sedang memilih-milih baju.
"Lo gak lihat kita ngapain, ya beli baju lah. Dan dia itu sepupu gue. Namanya Deo"
"Lo tadi gue ajak ketemu Salsa tapi lo gak mau dan sekarang lo malah beli baju sama cowok itu" Zach berbicara panjang, dan untuk kedua kalinya Luna mendengar Zach berbicara agak panjang dari biasanya.
"Bukan cowok itu, Dia Deo sepupu gue. Lo denger gak sih"
"Soal gue nolak ajakan lo, gue pikir juga buat apa gue nemuin kak Salsa. Dia bukan kenalan gue, males aja" Luna mengalihkan pandanganya kelain arah sambil bersedekap.
"Lo tega bilang begitu, dia udah nganggep lo kayak adiknya sendiri. Dan dia nyuruh gue buat ngajak lo kesana" Zach mencoba menahan emosi saat Luna berbicara barusan.
Zach memang tadi sebelum berkumpul dengan teman-temanya Zach mengajak Luna untuk menemui Salsa tapi Luna menolak. Dan Zach menghormati keputusan Luna, menolak ajakannya. Tapi saat ini gadis didepanya malah bersama pria lain yang diakuinya sebagai sepupu.
"Lo gak ngertiin perasaan gue banget ya," Luna tak percaya tidak mengerti perasaanya sama sekali. Jelas tidak mengerti mereka ada hubungan apa, cuman pacar bohongan.
"Kalau lo mau nemuin kak Salsa ya tinggal temuin aja gak usah ngajak gue. Gue gak ada hubunganya, soal dia tahunya kita ada hubungan. Bilang aja sama dia seperti yang gue bilang waktu itu kalau kita udah putus bereskan."
"Gue gak mau lagi terlibat dalam sandiwara lo, yang bikin gue nyesek" Jelas Luna panjang lebar, lalu berniat pergi karena Zach hanya diam saja.
"Kalau lo nganggep ini semua sandiwara, bantu gue untuk tidak sandiwara lagi. Buat gue sadar bahwa hati gue mantep sama lo" ujar Zach demikian. Perkataan Zach itu membuat mata Luna membola menatap Zach.
"Maksudnya,." lirih Luna tak mengerti.
"Gue mau kita pacaran beneran tanpa kebohongan atau kepalsuan semata. "
"Lo sakit," ujar Luna sambil hemdak memegang dahi Zach namun sudah ditahan terlebih dahulu.
"Gue sehat dan gue gak sakit" dtar Zach.
Luna hanya diam terpaku, dia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Zach. Zach sungguh meminta dirinya untuk menjadi pacar sungguhan.
"Lun gue pantes nggak pakek baju ini" ujar Deo yang menunjukan baju pada Luna. Sehingga membuat Luna mengalihkan pandanganya dari Zach.
"Ba..bagus kak" Luna merasa gugup menjawab itu karena habis mendengar pernyataan Zach.
"Kalau lo gak percaya silahkan tapi gue serius" habis mengatakan itu Zach langsung pergi meninggalkan Luna yang masih mlongo tak percaya.
"Apa barusan Zach ngajak gue pacaran sungguhan?Dia nembak gue?" Luna berbicara sendiri sambil menepuk-nepuk pipinya.
"Heh, lo kenapa Lun?" Deo yang melihat Luna sepupunya itu sedang memukul-mukul pipinya sendiri merasa heran.
"Kemana pria yang sama lo tadi?" tanya Deo lagi saat tidak mendapati Zach yang sudah tidak ada di depan Luna.
Luna hanya diam saja, tidak menjawab.
"Eh malah ngelamun diajak bicara, udah ah yok pulang" ajak Deo karena Luna malah melamun ditempat.
"Loh kok pulang kak, memang sudah selesai milih baju" Luna yang tersadar langsung bertanya.
"Udah lah, lo tadi kan udah gue kasih liat bajunya"
......
Luna dan Deo keluar dari butik, tanpa sengaja melihat Zach yang berada didalam Cafe disebrang jalang sedang memperhatikanya juga. Pandangan mereka bertemu, tetapi Zach cepat-cepat mengalihkan pandanganya seakan tidak melihat Luna.
Sementara Luna berjalan sambil memikirkan apa yang dikatakan Zach tadi. Ia masih tidak percaya, apakah Zach serius dengan perkataanya. Dan laki-laki dingin itu juga sekarang agak berubah, lebih enak diajak bicara, bicaranya sekarang sudah sedikit panjang dari biasanya.
Didalam Cafe Zach meminum jusnya memikirkan perkataanya tadi. Benar ia sudah mantap dengan perasaanya sekarang, Walaupun masih ada rasa untuk Salsa juga mungkin itu hanya rasa nyaman saja, dan kalaupun cinta. Dia juga tidak bisa bersama Salsa , Salsa sudah menikah bahkan tengah mengandung buah cintanya dengan Bang Roland. Jarak usianya dengan Salsa juga terpaut jauh, mungkin dulu ia bisa jatuh cinta dengan Salsa karena perempuan itu selalu ada untuk dirinya dikala kesepian gara-gara kesibukan orang tuanya.
Zach sekarang sepertinya ia benar-benar yakin bahwa ia memiliki rasa pada Luna. Pacaran bohongan ini akan ia buat sungguhan. Luna bukan pacar bohonganya lagi melainkan benar-benar pacarnya. Perempuan itu mampu membuat dirinya nyaman dan mengubah dirinya saat ini.
°°°
T.B.C