Luna tengah asik menonton Drama korea yang sempat buming dulu. Drama yang diperankan oleh Lee min ho dan juga Goo Hye sun mereka berdua memerankannya begitu epik sehingga mampu membuat siapa saja baper melihatnya,. Saat tengah asik menonton ponsel Luna tiba-tiba saja berdering.
Dengan segera Luna melihat siapa orang yang menelpon dirinya saat ini. Nomor tanpa nama, Luna mengerutkan keningnya.
"Siapa ini?" ujarnya sambil memperhatikan panggilan tersebut. Dengan ragu-ragu ia memutuskan untuk menjawabnya.
"Iya halo," lirihnya
"Lun, ini kak Salsa. Kok kamu nggak pernah datang lagi nemuin kakak, kakak kangen tahu sama kamu" ujar Salsa diseberang sana.
Luna terdiam mendengarnya bingung harus menjawab apa, ya masa dia harus berterus terang kalau dia tidak mau menemui Salsa karena tidak suka melihat perhatian Zach pada wanita itu.
"emmh, aku lagi sibuk kak kemarin kan ulangan kenaikan kelas. Jadi, fokus belajar" bohong Luna.
"Oh gitu ya, Kalau gak sibuk main ya ke rumah kakak sama Zach" Salsa tampak kecewa.
"Hehe iya kak, Kak udah dulu ya. Aku dipanggil buat makan malam" ujar Luna berbohong lagi padahal dirinya tidak dipanggil untuk makan malam.
"Yaudah deh, kita lanjut kapan-kapan ya ngobrolnya" terdengar helaan nafas kecewa dari Salsa karena tidak bisa mengobrol lama dengan Luna.
"Iya kak,." setelah Luna menjawab itu diseberang sana Salsa mematikan sambungan telponnya. Dan Luna langsung menurunkan ponselnya pelan. Merasa bersalah karena telah membohongi Salsa sebenarnya dia tidak ingin berbohong tetapi mau bagaimana lagi.
.........
"Dek, keluarga Zach tuh kaya banget ya" Lionil mendekatkan dirinya pada Luna dan sedikit berbisik agar ucapannya tidak dengar oleh Papanya.
Keluarga Rayes saat ini memang sedang berkumpul kecuali Liam, dan keluarga kecilnya tidak ikut bergabung karena mereka tidak berkunjung ke rumah orang tuanya.
Walaupun mereka berkumpul di ruang keluarga, mereka sibuk sendiri-sendiri. Luis sibuk membaca koran di sofa single, Sarah sibuk menonton Tv yang menayangkan sinetron, Lionil yang tadinya sibuk bermain hp dibawah kaki Papanya langsung pindah kesofa saat adiknya itu baru saja bergabung bersama mereka.
"Mana aku tahu, tanya aja sendiri kak" Luna ogah menanggapi kakaknya dia sibuk bermain hp nya sendiri.
"Masa kamu gak tahu, di cowok kamu. " sungut Lionil tak percaya.
"Ya aku apa tanya-tanya soal itu, Kakak tanya aja sendiri sana" Luna yang kesal berbicara sedikit ngegas pada Lionil. Sontak langsung dahinya di dorong kebelakang menggunakan jari oleh Lionil.
"Kakak,.." Jerit Luna kesal. Sehingga perhatian Luis serta Sarah tertuju kearah Luna yang mulutnya sudah terbungkam oleh Lionil.
"Kamu ngapain adikmu," sentak Luis.
"Lionil kasihan adikmu, jangan dibungkam seperti itu mulutnya" tegur Sarah.
"Gigit aja tangan kakakmu itu" Luis malah menyuruh putrinya untuk menggigit tangan Lionil.
"Issh Daddy, tega sama aku" Lionil langsung melepaskan tangannya di mulut Luna dengan mendramatisir keadaan.
"Mommy, Daddy jahat sama aku. Masa Luna disuruh gigit tanganku sih" Lionil berpindah tempat duduk di samping Sarah dan memeluk ibunya dengan lebay.
Luis melihat itu rasanya muak sendiri melihat putra keduanya yang terlalu drama menurutnya.
Begitu juga Luna menatap sinis kakaknya yang menurutnya terlalu dibuat-buat.
"Kamu kok jadi orang labil banget,. manggil papa berubah-ubah. Kadang Papa, Kadang Papi, kadang Daddy. Orang kok Labil banget, nurun siapa kamu" Luis melipat korannya dan menaruhnya dimeja sambil memperhatikan anaknya gemas sendiri.
"Ya nurun Daddy lah" ujar Lionil santai sambil cengengesan dan masih memeluk Sarah.
Sarah menahan tawanya mendengar itu sambil memperhatikan suaminya Luis sedang mengambil kembali koran dan menggulung gulung nya.
Luna tertawa sendiri melihat keluarganya sekarang, apalagi melihat ekspresi Papanya yang terlihat kesal karena ulah Lionil.
"Ma, Papa mau pukul aku" adu Lionil pada Sarah saat melihat Papanya sudah akan memukul dirinya.
Sontak ruang keluarga itu kini dipenuhi tawa karena selera humor dari Lionil.
°°°°°
Zach sudah rapi dengan jaket jeansnya dan sudah membawa kunci motor ditangannya. Entah sekarang dia akan kemana,. yang jelas saat ini dia sudah begitu rapi.
Berjalan cepat menuruni tangga rumahnya, melewati kedua orang tuanya begitu saja yang sedang asik menonton berita televisi.
"Mau kemana kamu, malam-malam begini" Tanya Arsen yang melihat putranya sudah rapi.
"Main,." jawab Zach singkat.
"Makan dulu, kamu dari tadi sore belum makan" Sarah memperhatikan anaknya yang tampak ogah memperhatikan mereka.
"Masih kenyang" sahut Zach.
"Kalau Mama kamu nyuruh ya dijalankan" Arsen ikut menimpali.
"Aku pergi dulu," Zach tidak menanggapi perkataan Papanya. Dia kembali melanjutkan langkahnya pergi.
Sementara kedua orang tua Zach merasa sedih dengan kondisi keluarga mereka saat ini yang tidak begitu harmonis seperti tercerai berai satu sama lain.
.........
Zach mengendari motornya dengan perlahan, sambil melihat ke sekeliling pinggiran jalan ibu kota yang ramai, pikirannya begitu suntuk malah sangat suntuk saat ini.
Terngiang tentang perkataanya tadi siang saat bertemu Luna. Kemantapan hatinya pada gadis itu sepertinya sungguh apa adanya,
Gadis itu membawa kenyamanan yang berbeda dengan apa yang diberikan Salsa dulu, Salsa memberikan kenyamanan berupa mengayomi layaknya orang tua sedangkan Luna lebih dari itu. Ingatan Zach terputar kembali saat dia sakit dulu begitu khawatirnya seorang Luna sehingga merawat dirinya dari situlah mungkin rasa untuk Luna mulai ada.
Keluarga gadis itu juga memberikan kenyamanan tersendiri untuknya, kenyamanan sebuah keluarga yang belum ia dapatkan di keluarganya. Keluarga mereka menganggap dirinya seperti keluarga sendiri bukan orang asing.
"Kenapa tiba-tiba saja Luna terlintas dalam pikiran ku" batin Zach dalam hatinya.
"Apa aku merindukannya saat ini" ujar Zach lagi tanpa sadar.
"Aku harus bertemu dengannya sekarang" Zach langsung mempercepat laju motornya menuju rumah Luna.
Dia ingin sekali untuk bertemu Luna, menghilangkan ke suntukan dalam hatinya.
Saat Zach melajukan motornya dijalan tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Secara perlahan ia mulai meminggirkan motornya ditepi jalan.
Tertulis di layar hp miliknya nomor tidak kenal.
Zach mengernyit ragu, berpikir siapa yang menelponnya saat ini dengan memprivat nomor.
Dia hanya diam saja tidak berniat untuk mengangkat itu,.
Zach hendak menghidupkan motornya kembali tapi lagi-lagi Hpnya berbunyi..Malah kini nomor luar negeri yang tertera di layar ponsel yang menyala itu. Zach semakin bingung dengan panggilan-panggilan masuk ke Hpnya, dan nomor ini. Ini nomor yang sama saat seseorang menghubunginya waktu itu, sudah beberapa hari ini memang nomer ini selalu menghubunginya.
Dia juga heran siapakah gerangan orang tersebut. Sejujur ia penasaran tetapi, Zach paling malas mengangkat telpon dari seseorang yang tidak ia kenal. Dia paling anti dengan seorang yang menggunakan nomer baru, malas sekali menanggapi orang-orang yang suka berganti nomor.
Karena ponselnya terus-terusan berbunyi, dengan terpaksa dan untuk menghilangkan rasa penasaranya. Akhirnya Zach mengangkat panggilan tersebut.
"Zach.." Zach tampak terkejut saat mendengar suara itu, suara yang terdengar familiar di telinganya beberapa tahun lalu
°°°
T.B.C