"Lepasin gigitan kamu dari tangan Papa, Zimmi!" Pinta Zamdan. Tangan kanannya menahan kepala Zimmi agar tidak terus menggigitnya.
Satu kali hempasan saja mampu membuat Zimmi terkapar di lantai. Namun, Zamdan tidak ingin berperilaku keras kepada anak. Senakal-nakalnya Zimmi, dia tetap menganggap Zimmi masih anak polos. Maklum mungkin karena sudah terlalu mendambakan kelahiran anak perempuan dan lagi pula Zimmi adalah anak terakhir.
Kalau Zamdan tega kepada anak maka perlakuannya itu tidak tanggung-tanggung. Dia bisa melakukan apa saja yang dirinya mau. Baik mau pakai otot maupun hanya sekedar ucapan saja. Apalagi dia adalah seorang kepala keluarga.
"Lepaskan, Zimmi! Lihat Papa kamu sedang kesakitan!" Bentak Dinda. Kesabaran dia benar-benar sudah berada di puncak. Andai saja tidak ada teman-teman Zafran entahlah bagaimana nanti nasib Zimmi.