Malam yang semakin larut dan hujan yang semakin deras tak membuat seorang Syifabella Ayyana tidur dengan nyenyak dan bergelung di dalam selimut tebal, namun justru dia mencemaskan suaminya yang belum pulang dari pekerjaannya sedari pagi.
Mencoba menelepon adalah hal yang harus ia lakukan namun sampai beberapa saat lalu ponsel sang suami tampaknya tak aktif. Sudah berulang kali dia menghubungi namun ... tidak ada. Tak tersambung. Tak terhubung.
"Kamu dimana, Mas?" Gumam Ayyana dengan cemas meremas ponsel.
Tak seperti biasanya, batin Ayyana.
Selama ini Liam tak pernah tidak memberi kabar seperti ini dan menonaktifkan ponselnya atau lebih tepatnya sulit dihubungi. Ayyana mengembuskan napas panjang, dia akan menunggu suaminya meskipun hingga pagi. Beruntung Kiano tidak rewel sedikitpun berada di ranjang mungilnya yang terletak di kamar sebelah namun terhubung dengan kamar pasangan suami istri itu.
Merebahkan tubuh ke ranjang Kiano, Ayyana menoleh dan tersenyum memandang wajah putranya yang terlihat seperti duplikat suaminya. Sangat mirip. Hanya rambut saja yang menuruni Ayyana.
Dibelainya pelan dengan sayang helai rambut halus hitam kemerahan Kiano, akibat terlalu banyak bermain di halaman rumah yang menyebabkan berubah warna.
Tak lama suara deru mobil yang ia yakini mobil suaminya terdengar memasuki garasi mobil, cepat-cepat Ayyana bangun dan menuruni tangga untuk membuka pintu dan menyambut kedatangan suaminya meskipun hari telah berganti menunjukan pukul 2 dini hari.
Senyuman manis selalu terulas di wajah cantiknya, tak sedikitpun luntur meskipun Ayyana tak menyapukan bedak dan lipstik, senyumnya selalu tampak ... manis.
Semanis warna cherry.
Memutar kunci dan membuka handle pintu dengan pelan, Ayyana mempersilahkan suaminya masuk. Namun, pemandangan yang terlihat di matanya, suaminya tampak ... berantakan.
Terlihat 3 kancing kemeja bagian atas yang sudah terbuka, jas yang sudah di sampirkan bersamaan dengan tas, lengan kemeja yang telah tergulung tak rapi, dan ... dasi yang sudah tak terlihat. Ayyana melihat Liam dengan tatapan heran, namun tak sedikitpun ia menyuarakan karena pastinya suaminya sudah sangat lelah.
"Aku siapin air hangat ya, Mas?" tawar Ayyana pada Liam.
Tersenyum hangat meskipun ada gurat lelah di wajah Liam, dia mengangguk untuk menghargai apa yang istrinya beri, "Terima kasih."
Dan, kecupan singkat mendarat di dahi Ayyana seperti kebiasaan mereka selama ini.
Mengunci pintu kembali, Ayyana meraih tas dan jas yang dipegang suaminya dan menuju ke kamar. Dengan cepat dia menyiapkan air hangat di bath up untuk berendam suaminya guna menghilangkan penat dan lelah setelah seharian ini bergelung dengan tumpukan berkas yang tak ada habisnya di kantor.
Tiga puluh menit berlalu, suaminya telah selesai dari kegiatan mandinya. Liam keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Gurat lelah terlihat berkurang, bahkan wajah suaminya tempak sedikit lebih segar. Dan ... jangan lupakan tetesan air yang meluncur dari rambut Liam yang mengalir ke dada bidangnya yang terlihat maskulin. Hal ini selalu mampu membuat wajah Ayyana bersemu merah.
"Belum tidur?"
"Belum, Mas. Aku semalaman cemas nungguin Mas yang gak kasih kabar," jawabnya dengan mencebik. Liam yang melihat istri manjanya merajuk hanya mengulum senyum.
"Maaf ... Mas hari ini bener-bener sibuk," ucap Liam seraya mengambil baju yang telah disiapkan Ayyana. Namun ketika hendak memakai, Liam berhenti sejenak dan menolehkan kepalanya ke arah istri kecilnya. "Capek gak, Sayang?"
"Enggak ... ada apa? Mau aku siapin makan?" Tanya Ayyana dengan menaikan sebelah alisnya.
"Makan kamu, boleh? Satu ronde aja yuk?" Ajak Liam. Namun, belum juga Ayyana menjawab, Liam sudah menindih tubuh mungil Ayyana terlebih dahulu dan melumat bibir merah muda alami istrinya dengan halus namun penuh tuntutan. Selanjutnya hanya terdengar desahan dan rintihan yang saling bersahutan dari keduanya hingga subuh menjelang.
***
Suasana pagi yang syahdu dengan mentari yang masih malu-malu membuat Liam bergelung dalam selimut nyamannya karena tubuh yang lelah. Lelah karena pekerjaan dan karena pertempuran dini hari yang membuatnya selalu ... puas. Namun berbeda dengan Ayyana, meskipun hanya tidur 2 jam saja, dia harus selalu tampil enerjik untuk menyiapkan kebutuhan suami dan putranya meskipun ada asisten rumah tangga yang membantunya.
"Bi Lastri, tolong letakkan ini di meja ya!" Pinta Ayyana dengan lembut.
"Iya, Bu. Ini sayur sop daging buat den kecil juga sudah siap. Bibi bawa ke meja sekalian ya?"
"Iya, minta tolong sekalian ya!" Tukas Ayyana lembut. Meskipun menyuruh pada asisten rumah tangga yang notabene adalah pekerjanya, dia tetap menggunakan bahasa yang sopan dan lembut dan terkesan tidak memerintah karena Ayyana menganggap semua yang berada di rumahnya meskipun itu hanya sopir, satpam, dan asisten rumah tangga, mereka sudah dianggap Ayyana keluarganya.
Setelah masakan tersaji di meja makan dan rumah sudah bersih dibantu Bi Lastri, Ayyana menghampiri putranya yang biasanya pukul setengah 6 sudah bangun dan merengek minta keluar dari kamar. Dan ternyata putranya benar sudah bangun tapi diam dan tidak menangis seperti kebanyakan anak yang lain, akan menangis jika tak melihat orang yang dikenal disampingnya. Kiano meskipun masih berusia 3 tahun lebih beberapa bulan, dia tergolong anak yang cerdas dan ceria.
"Uda bangun anak Mommy?" Goda Ayyana pada Kiano dengan senyum merekah di bibir indahnya.
Kiano yang mendengar suara Mamanya hanya tersenyum dan mengerjapkan mata bulatnya sambil sesekali merenggangkan tangannya dan menguap.
"Sini, Mommy gendong," Tukas Ayyana dengan mengulurkan tangannya. "Tidur nyenyak ya, anaknya Mommy? Kita bangunin Papa dulu ya?" Tanya Ayyana dengan menciumi pipi gembil Kiano dengan sayang. Ayyana menggendong Kiano ke kamarnya untuk membangunkan sang suami. Sesampainya di kamar, Kiano menarik-narik baju Ayyana agar segera diturunkan. Dan benar, segera setelah diturunkan Kiano langsung menghampiri sang Papa yang masih nyenyak.
"Papa ... papa, ayo banun," panggilnya dengan cadel yang bermaksud mengajak bangun sang papa. Melihat itu hati Ayyana menghangat.
"Jangan dipanggilin aja, Sayang! Coba diciumin Daddynya nanti pasti bangun," ajak Ayyana dan dia ikut merebahkan diri disamping putranya yang mulai menaiki sang suami.
Tak lama ... Liam bangun dan berusaha menggerakkan tubuhnya namun tak bisa karena melihat Kiano menaiki perutnya.
"Oh ... anak ganteng Daddy. Selamat pagi," ujar Liam dengan suara serak.
"Bangun yuk, Mas. Nanti Mas terlambat."
"Hari ini Mas off. Kerja di rumah aja, Sayang. Badan Mas capek semua," ucap Liam sambil mendekap Kiano.
"Mau aku pijitin, Mas?"
"Iya ... kalau kamu gak capek."
"Gak capek kok, Mas. Apapun buat, Mas. Makasih ya, uda kerja keras buat kami," ujar Ayyana seraya tersenyum dan mencium pipi Liam.
"Sama-sama, makasih juga uda urusin Mas dan Kiano."
"Sama-sama," jawab Ayyana dengan tertawa dan mencium perut Kiano hingga putranya tertawa terbahak. "Mommy siapin mandi dulu ya, habis ini Kiano mandi biar gak bau asem."
"Iya, Mommy," jawab Kiano lucu. Hal itu terlihat menggemaskan dan membuat Liam dan Ayyana tertawa lebar.
Suasana pagi yang menghangat ini selalu menjadi impian Ayyana sejak dulu. Semoga kebahagiaan yang menghinggapinya ini bukan kebahagiaan sementara.