I'm thinking of going to be a father now dad"
"CANCEL RAPATNYA SEKARANG, ARKAN AYO"
~~~~
Kedua lelaki beda generasi itu terus berlari dan menelpon seseorang ditelinga masing masing. Dengan sangat terburu buru kedua lelaki tersebut berlari memasuki bandara dan langsung menaiki sebuah jet, didalam sudah ada perempuan yang dengan muka panik langsung memeluk lelaki yang lebih tua diantara keduanya.
"Apakah aqila akan lahir sekarang?"
"Arkan gatau sih mom, tapi arkan punya firasat gitu"
"Keluarga aqila belum ada yg bisa dihubungin?"
"Tadi alfa udah nelpon kok mom, aqila cuman ngerasa mules trus langsung dibawa kerumah sakit"
"Jadi dia galahiran?"
"Yagatau sih mom hehehe"
"Yeee, coba telpon lagi. Kamu tuh buat heboh aja sih"
"Yaudah sih mom sekaliann"
Siang itu, disebug ruangan vvip rumah sakit, terjadi kehebohan. Ketika pintu kamar itu dibuka, tampak sosok perempuan yang sedang berteriak kesakitan dan membuat beberapa orang bersuara keras.
"Ayo aqila, tarik nafas... Keluarkannn. Lagi aqila"
"Arggg sakit banget mi"
"Tarik nafas lagi sayanggg"
Dan pintu kembali terbuka, dua orang suster dan seorang dokter masuk dengan terburu buru.
"Tenang aja bu pak, ini masih pembukaan dua pak. Sebentar lagi sakitnya mereda"
"Relax-in aja ya bu, nah kan udah hilang sakitnya"
"Iya dok, makasih."
Setelahnya ruangan itu hening sampai kedua suster dan dokternya keluar kamar. Dan setelahnya mereka tertawa dan aqila cemberut ketika melihat arkan pun tertawa juga.
Huh, bukannya meluk aku kek gitu -dumel aqila.
Tetapi suara itu tetap tedengar keseluruh ruangan. Dan menimbulkan tawa yang lebih kerasa dan arkan memeluk aqila sambil mengusap kepala aqila.
~~~~
Malam hari disuatu mansion megah, disebuah hall didalam rumah itu berdiri perempuan yang berwajah kesal melihat seorang lelaki tua yang duduk dengan angkuhnya. Melihat wanita didepannya berwajah menyebalkan.
"Keputusan papa tetap sama. Jangan pernah kamu berbuat macam macam lagi. Kamu tau apa akibatnya untuk kita? Keluarga mereka bukan tandingan kita!"
"Oh jadi kita lebih lemah dibanding mereka? Iya!! Papa mau diinjek injek sama keluarga mereka? Kalo papa ikutin rencana aku papa juga untung! Karena putri papa yang cantik ini akan menaikan derajat papa lebih tinggi lagi!"
"CUKUP!!!! Menaikkan derajat? Jaga ucapan kamu! Boys, kurung dia jangan sampai keluar dari rumah ini. Papa kecewa sama kamu!"
"Paaa...."
Ruangan itu tiba tiba menggelap dengan aura wanita yang melonglongkan teriakan kekesalannya.
~~~~~
*Arkan*
Tepat jam 11 gue masih bersama aqila, dan telfon masuk hampir membangunkan aqila ya baru saja terlelap. Dengan hati hati gue meletakkan kepalanya dan mengusapnya sayang, sebelum berlalu.
"Ada apa?"
"Kami sukses masuk ke dalam jejeran bodyguard Tifany, dan tifany dalam kondisi yang dikurung di dalam rumah."
"Oya? Kenapa?"
"Papa Tifany menolak keputusan tifany"
"Lalu tifanynya?"
"Menghilang"
"Cepat cari sekarang juga!"
"Baik pak"
Apalagi yang direncanakan ular berbisa itu?
Baik orangtua aqila maupun arkan sudah beristirahat di hotel dekat rumah sakit. Jadi tinggal alfa dan arkan yang ada di ruangan aqila.
"Jadi masalah lo yg di jakarta gimana?
"Hm, gimana bilangnya... Dalangnya menghilang. Dan gue males ngurusnya hehe"
"Lah trus ade gue?"
"Kenapa aqila?"
"Ya kalo dalangnya nyakitin aqila gimana?"
"Kan ada lo sama gue yg jagain, kita masih bisa kan jaga aqila?"
"Ya sih, but you knowlah"
"Bentar lagi aqila udah sama gue, dan gue gabakal biarin aqila kenapa napa kok"
"Maksud?"
Argghhhh arkann....
"See? Bentar lagi anak gue lahir" dan alfa hanya terbengong melihat gaya arkan, ntah naluri kebapaannya sangat kuat, atau hanya timingnya yang sangat pas.
*Author POV*
"Lo ngapain bengong, cepet panggil dokter!!!!"
"Arkan sakittt huaaaaa, arkan aku ngompollll"
"Astagaaa itu air ketuban sayanggg, kok pinteran aku sih"
"Who's careee. Sakittttt"
"Tarik nafasss, buangg.... Tarikk nafasss buanggggg"
Dan berakhir dengan jambakan dari aqila, membuat arkan sempat berteriak. Dokter maupun suster sudah mengelilingi aqila dan memulai proses kelahiran dengan bankar aqila dibawa ke ruangan bersalin.
"Suami ibu aqila? Silahkan ikut kami"
"Yang dijambak tuh sus suaminya wkwkwk"
"Alfaaa gausah diperjelass"
"Bye bye, goodluck ma sistahh. Nikmatin aja broo"
*Di ruangan bersalin*
"Sebentar lagi pembukaan ke sepuluh ya bu, ketika sakitnya mulai datang. Dorong yang kerasa ya bu, tarik nafas dan hembuskan"
"Hafuuu hafuuu, dok sakitnya datengg argghhhh"
"Lagi bu, sedikit lagi... Kepala bayinya mulai terlihat"
"Arkan sakit astagaaaa..... Hufftt huffttt"
Ruangan itu dikagetkan dengan kemunculan seorang wanita tinggi dengan rambut pirang dan tubuh sempai nan elok.
"Kau harus mati jalangg!!!!" wanita itu menghampiri aqila, dan ntah kenapa aqila merasa kesal ketika konsentrasinya diganggu.
Dan segera saja carakaran yang sudah terpatri jelas di tangan arkan, berpindah ke rambut wanita tadi. Seketika juga aqila menjambak wanita itu sambil mengenjan hebat dan tak lama suara bayi menggema keras di dalam ruangan bersalin itu.
"Alhamdulillah.... Anak laki laki yang sehat pa bu. Loh dia siapa?" ujar dokternya.
Setelahnya para suster sibuk mengusir wanita tadi dan sang dokter mendekatkan bayi itu ke arah aqila dan aqila menciumnya dengan hangat, walaupun dia belum bisa menggendongnya. Arkan melihatnya dengan haru, bagaimana jika dia tidak diberi kesempatan melihat kejadiaan ini?
Syukur tiada henti diucapkan arkan melihat pengorbanan seorang yang dicintainya berjuang untuk anaknya, walaupun awalnya anak ini hanya sebuah kesalahan. Betapa aqila memperjuangkannya sampai anak ini bisa melihat dunia.
"Pak, pak, mau diadzankan putranya?" perkataan suster, membuatnya terbangun dari semua rasa yang berkecamuk dia hatinya.
"Eh, ya. Ya, akan saya adzankan" jawabnya mantap.
Setelahnya arkan sudah menggendong bayi mereka, dengan hati hati dan dibantu naluriah seorang ayah dia menggendong anaknya dan mengadzankannya.
Seketika ruangan itu hening dan hanya diisi suara adzan yang dikumandangkan arkan, bayinya pun terdiam mendengar suara merdu itu.
Disisi lain aqila awalnya ingin tersenyum kepada arkan, tapi arkan seperti sedang di dunianya. Bahkan tidak berekspresi, dan akhirnya aqila dibersihkan terlebih dahulu. Dan aqila hanya melihat apa yang arkan lalukan, mendengar lantunan adzan dari arkan yang sangat merdu adalah sebuah kekuatan baru ketika dia sangat lelah melahirkan.
Setelah arkan mengadzankan putranya, bayinya kembali diambil perawat dan dimandikan. Arkan berbalik ke aqila dan memeluknya, menciumnya, mengucapkan betapa dia mencintainya dan bersyukur atas semuanya. Aqila tersenyum dan mengelus kepala arkan, dia tidak menyangka respon arkan akan seperti ini.
"Kan, look at me... Oh my... Kamu nangis?" dan arkan kembali memeluk aqila sambil sesekali menghirup wangi aqila.
"Kok nangis sih, cengeng ihh... Aku aja ganangis, arkannn aku lagi bau ihh gausah ngendus ngendus"
"Aku terharu, aku bahagia, aku seakan meledak.... Dan aku sangat bersyukur. Dan kamu wangi sayang"
Di akhir kalimatnya arkan sempatkan untuk mencium kening aqila dan mengusap peluh yang masih tersisa usai proses kelahiran yang melelahkan. Setelah aqila dibersihkan dan dipindahkan keruang inap, bayinya di antar oleh dua suster yang satu memegang bayinya dan yang satu mendorong tempat tidur kecil.
"Saatnya memberi asi pertama bu"
"Terimakasih sus, kami tinggal sebentar bu"
"Arkan nama anaknya siapa?"
" Tsaqib Reza Flanders yang artinya raja yang cerdas"
"Reza? Atau saqib?"
"Saqib"
"Halo tsaqib, anak bunda yang ganteng. Cih, mukanya terlalu mengcopy kamu."
"Hahahahaha, nama juga anak daddy yakan nak?"
Seakan meng-iya-kan ucapakan arkan, bayi itu menggangguk dan menggeliat nyaman didekapan aqila.
"Gantian gih papi sama mami kan juga mau liat, apalagi mom sama dad"
"Garelaaa *ucap arkan dengan cemberutan yg lucu, sambil menoel pipi tsaqib*"
"Udah sanaaaa panggil satu satu"
"Iya iya"
"Arkann"
"Hm?"
"Cewe tadi siapa?"