"Baiklah, sekarang biarkan aku yang menjadi penjagamu untuk seterusnya." Jawab Thomas sambil membelai rambut Dinda dan menyingkirkan helaian rambut yang jatuh di pipi. Hampir saja bibir Thomas mengecup bibir Dinda kalau saja tidak ada yang berdehem dibelakang.
"Ehem .... ehem ...." Desia dan Dania kompak berdehem sementara ibu menutup bibirnya menahan cekikikan.
"Oh maaf, aku lupa ada ibu dan adik-adik." Wajah Thomas bersemu merah terlihat jelas dari kulitnya yang putih. Dan, Dinda tersenyum simpul melihat wajah Thomas yang memerah seperti tomat cherry.
"Kalau kamu sudah ada disini, boleh kami pulang dulu? Kami akan kembali lagi secepatnya." Ucap Dania.
"Tidak usah, kalian punya anak masih bayi. Terima kasih kalian sudah menjagaku, kalau tidak mungkin aku tidak akan berada disini, melainkan di kamar mayat." Dinda tersenyum tipis. Tubuh lemahnya benar-benar tidak bisa menolong diri sendiri.