"Jangan sedih yaa. Nanti aku akan atur penerbangan untuk bapak dan ibu kemari saat kandunganmu menginjak 8 bulan. Oke?" Dennis tahu Istrinya bukan hanya merindukan bapak ibu, tapi dia juga merindukan toko bunga dan semua tentang Indonesia, tanah kelahirannya. Desia mengangguk-angguk di bahu Dennis. Perut besar yang berada di tengah-tengah mereka sebagai saksi kisah perjalanan cinta antar dua benua namun di pertemukan di pinggir kanal.
"Kamu istirahat saja, sudah malam. Pasti kamu capek pulang kerja." Ujar Desia.
"Kita tidur sama-sama. Aku tidak mau kehilangan kamu lagi saat aku tertidur." Jawab Dennis sambil naik keatas kasur dan menarik selimut yang ada di kaki untuk menutupi tubuh dia dan istrinya. Desia melebarkan matanya. Apakah dia tahu kalau beberapa malam ini Desia selalu bangun ditengah malam dan keluar kamar. Untuk sholat Tahajud beberapa menit lalu setelah itu duduk di sofa ruang keluarga dengan lampu dinyalakan dan merajut beberapa baju tambahan baju untuk si kecil.