"Aduuuh, kamu mau anak kita punya banyak masalah seperti papinya yang dikejar-kejar banyak perempuan stress hingga hampir membunuh istri tercinta? Bahkan sebelum menikah denganmu saja, aku sudah berurusan dengan banyak wanita gila." Sungut Desia. Dennis tertawa terbahak-bahak.
"Ya bagaimana dong? Aku kan tidak mungkin pakai masker kemana-mana. Aku tidak pernah memberi mereka harapan. Mereka saja yang berharap." Dennis mengusap-usap perut sang istri. "Kita ke kamar saja yuk. Aku takut... khilaf disini." Desia mendecih geleng-geleng kepala. Walau pada akhirnya, dia ke kamar juga dan diikuti Dennis dengan memeluknya dari belakang.
"Aku masih hamil muda. Kamu jangan sering-sering khilaf. Nanti setelah 4 bulan yaa jadi puasa dulu sekarang." Ucap Desia sambil merebahkan punggungnya diatas kasur super empuk. "Ahhh enak sekali. Kyaaaa.... kamu sedang apa?" Desia kaget ketika tiba-tiba Dennis ada diatas tubuhnya, tepatnya diatas kedua pahanya yang sedang selonjoran.