Chereads / She's My Ex Girlfriend / Chapter 3 - Chapter 03

Chapter 3 - Chapter 03

Rindu memutuskan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaannya yang akhir-akhir ini sering mual-mual dan pusing. Setelah selesai pemotretan tadi, ia ijin sama Yeyen pulang duluan karena ingin pergi ke dokter. Yeyen pun mengijinkannya. Ia mengirim pesan sama Gregi kekasihnya agar jangan menunggunya. Rindu bilang ingin beli sesuatu sama Ega. Jadi Rindu menyuruh Gregi kembali ke kantornya saja.

Dan disinilah Rindu di dalam ruang pemeriksaan. Rindu terbaring di atas ranjang. Dr. Leny sedang memeriksanya, memegang bagian perutnya, dan bagian nadinya ada dua detakan. Dr. Leny tersenyum, ia menyuruh Rindu beranjak bangun kembali. Rindu duduk di depan meja bersebrangan dengan Dr. Leny. Ia mencatat hasil pemeriksaannya.

"Sejak kapan anda mengalami mual dan pusing Nona?" Tanya Dr. Leny.

"Sebenernya sudah dua hari dok, karena saya sibuk jadi tidak sempat untuk periksa. Tapi akhir-akhir ini nafsu makan saya juga bertambah. Tidak seperti biasanya," jelas Rindu.

"Lalu sudah berapa minggu anda telat datang bulan?"

"Saya tidak ingat dokter, saya biasa tiap bulan sekali datang bulan. Tetapi saya tidak ingat tanggalnya."

"Ok, tidak apa-apa, Nona Rindu selamat atas kehamilan anda yang sudah berusia enam minggu. Tolong di jaga kehamilannya, jangan terlalu kelelahan, banyak makan yang bergizi dan banyak istirahat. Saya akan memberi Vitamin untuk anda."

"Apaa? Jadi saya hamil dok? Hamil sudah berusia enam minggu! Ya Tuhan," Gumam Rindu, ia terkejut. Ia meraba-raba perutnya, Rindu bahagia karena ada Gregi junior di dalam rahimnya. Tapi Rindu juga sedih jika mengingat ucapan Mamanya Gregi yang begitu pedas tadi pagi. Rindu mencoba tidak memasukan ke hatinya. Ia hanya berfikir positif thinking saja.

"Kalau begitu saya permisi dulu dokter, terima kasih."

Ujar sembari tersenyum ramah.

"Sama-sama Nona Rindu, jangan lupa tiap bulan datang kesini untuk mengecek perkembangan janin anda Nona."

"Iya dokter, pasti!"

Rindu keluar dari ruangan Dr. Leny, ia menghampiri Ega yang duduk di ruang tunggu. Ega yang melihat Rindu senyam senyum sendiri ia langsung bertanya ada kabar apa?

Ega adalah asistent seligus sahabatnya. Jadi Rindu tidak pernah menutupi rahasia apapun. Rindu membri tau Ega bahwa dirinya hamil sudah memsuki minggu keenam. Ega terkejut dan ikut bahagia juga. Akhirnya Rindu hamil benih dari lelaki yang sangat Rindu cintai. Dan di dalam rahim Rindu ada junior Gregi. Tapi kok muka Rindu terlihat sedih, apa ia tidak senang dengan kehamilannya?

"Rindu lo kenapa kok kelihatan tidak senang gitu?" Tanya Ega

Rindu menhembuskan nafasnya.

"Gue senang akhirnya gue hamil benih dari lelaki yang sangat gue cintai. Tapi gue pasti di keluarin dari pekerjaan gue. Gue dari kecil cita-cita gue ingin jadi model. Karena kehamilan ini pasti gue di berhentikan dari pemotretan. Dan satu lagi, belum tentu ortunya Gregi mau menerima gue. Tadi pagi nyokapnya Gregi datang ke apartement, sepertinya tidak menyukai gue. Dari kalimatnya saja sudah kelihatan." Ungkap Rindu terlihat sedih. Matanya berkaca-kaca.

Ya, ia takut kehilangan pekerjaannya. Pekerjaan menjadi Modeling. Untuk saat ini sih Mba Yeyen atau Gana loem tau. Karena perut Rindu masih rata, tapi jika nanti perut Rindu semakin besar pasti akan ketauan. Terus jika Rindu di pecat ia tidak memiliki pekerjaan lagi. Padahal selama ini Rindu lah yang menjadi tulang punggu untuk keluarganya. Rindu yang nyekolahin adik lelaki satu-satunya. 

Rindu tidak mungkin menghandalkan Gregi terus. Ia bukan cewek matre.

Ega memeluk Rindu, mengusap punggungnya, menenangkannya.

"Untuk soal itu jangan terlalu berat dipikirin, nanti kamu stres. Kasihan janin yang ada di dalam perut lo ini. Lo ngomong baik-baik sama Gregi, agar ia secepatnya menikahi lo. Dan Gregi yang akan menghidupi lo, tanpa lo bekerja pun." Ujar Ega menenangkan.

"Jadi kapan lo akan memberi tau kekasih tampan lo tentang kehamilan mu ini?"

"Nanti saat dia ulang tahun, sebagai kejutan di hari ultahnya. Gue tidak sabar melihat reaksi dia saat tau gue hamil benihnya Ega!"

"Ya semoga Gregi mau mengakuinya, dan mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Sekarang lo jangan banyak terlalu pikiran. Ingat kata dokter tadi bilang apa sama lo!"

"Sip Ega, thank lo mang teman yang baik. Selalu ada buat gue." Ujarnya, lalu mereka berpelukan.

Hari sudah mulai gelap, jam menunjukan pukul enam. Rindu dan Ega sedang menunggu Taxi. Begitu taxi datang mereka pun langsung masuk kedalam. Ponsel Rindu berbunyi, menandakan jika ada panggilan masuk. Rindu mengangkatnya.

"Sayang kamu lagi di mana? Ini sudah mau gelap, tapi kamu belum pulang. Aku jemput ya?"

"Nggak usah, ini juga aku sudah ada di jalan menuju pulang kerumah."

"Ya sudah aku tunggu ya sayang!"😘

Rindu pun mengakhiri panggilannya, hatinya kembali menangis. Perasaannya masih gelisah tidak enak. Ia mengira akan terjadi sesuatu, tapi ia tidak tau apa?

Taxi berenti di depan apartementnya Gregi, Rindu turun dan melambaikan tangan sama Ega. Sebenernya Ega mengajak Rindu tinggal bersama, tapi Gregi melarangnya. Rindu membuka Pintu apartement, langsung di sambut Gregi dengan pelukan. Lalu Gregi mencium lehernya dan melumat bibir Rindu.

"Gregi aku mau mandi dulu bau tau," rengek Rindu.

"Nggak apa-apa aku suka baumu, aku juga kangen sayang, kamu masih marah  hem? Kenapa tadi tidak mau aku jemput? Terus pergi kemana tadi?"

"Kan aku sudah ngirim pesan tadi, bahwa aku beli sesuatu sama Ega. Awas achh mau mandi dulu."

"Aku mandiin ya sayang?" Ujarnya sembari berkedip.

"Kalo kamu mandiin yang ada bukan mandi! Otakmu selangkangan mulu!" Domel Rindu kesal.

"Hahaha, ya udah cepetan mandinya jangan lama-lama ya! Aku tadi beli soto betawi sayang. Kamu belum makan kan."

"Asik soto betawi! Tunggu ya Be!"

"Yupzz!"

Rindu masuk kamar mandi, ingin membersihkan diri. Ia ingin berendam sebentar dengan air hangat. Seketika kegelisahannya hilang saat berendam 30 menit. Rindu menyudahi kegiatan rendamnya, dan ia membilas. Ia keluar memakai Bathrobe. Ia masuk keruang walk in clothes. Rindu memakai kaos oblong biasa dengan size yang besar, dan celana levis pendek. Ia tidak memakai Bra saat malam hari.

Gregi sudah menunggunya di ruang makan, ia sembari membalas pesan dari Rey. Bau harum dari tubuh Rindu, menyeruak indra penciumnya. Membuat Gregi ingin menerjang Rindu saat ini juga. Namun, ia tahan mengingat belum makan malam.

"Sayang kamu harum banget sih!" Godanya, sembari menghirup rambut Rindu yang masih basah.

"Mulai dech gombalnya, ayo kita makan dulu keburu dingin tidak enak lagi."

Gregi dan Rindu menikmati makan malamnya. Mereka sembari bergurau, saling suap-suapan.

"Sayang lusa ikut hadir keacara pernikahan temanku ya!"

"Siapa yang nikah?"

"Reyneis yang kecelakaan dulu kita menjenguk di rumah sakit."

"Haaa dia mau nikah! Bagus dech. Ku harap kamu juga kayak dia cepat-cepat melamarku."

"Pasti sayang, nunggu waktu ok!"

"Ya ya ya, bentar lagi kan ulang tahun mu!" Ucap Rindu mengingatkan Gregi.

"Oh ya, kamu selalu ingat ya sama ulang tahun ku sayang!"

"Itu pasti donk."

Makan malam sudah selesai, Rindu membereskan bekas makan mereka. Padahal ada Icha pekerja rumah. Tapi Rindu tetap nencuci sendiri. Icha hanya bantu-bantu. Gregi duduk di ruang keluarga, sembari saling membalas chatingan via group whatsap. Rindu datang membawa buah apel dan jeruk untuk cuci mulutnya.

"Sayang lihat calonnya Rey cantik kan, nanti kamu bisa berteman dengan dia. Namanya Stella dia gadis baik-baik."

"Kelihatan sih dari wahahnya cewek pendiam, tapi sayang banget harus nikah sama si Kadal."

"Itu sudah takdirnya sayang!"

Rindu mengupas jeruk, lalu ia suapkan ke mulut Gregi setelah bersih. Apel sama jeruk pun habis, saat ini keduanya bercerita. Cerita tentang masa depannya. Gregi bertanya jika sudah menikah ingin punya anak berapa? Rindu bilang ingin punya anak Twin cewek-cowok. Gregi juga sama dengan pendapat Rindu, ingin punya anak Twins. Apa kah akan terkabul harapan Rindu dan Gregi?

☆☆☆

Malam ini Gregi dan Rindu menghadiri pernikahan Reyneis dan Stella. Rindu sangat cantik mengenakan long dress warna putih. Memang resepsinya di haruskan memakai warna putih. Saat ini Rindu sedang berbincang dengan mempelai wanita. Ada Sita juga, sepertinya mereka sudah mulai akrab. Rindu salut melihat kecantikan Stella, Rey sangat beruntung banget dapetin Stella.

Tak terasa malam pun sudah larut, jam menunjukan pukul satu malam. Gregi dan Rindu pamit undur diri. Besoknya mereka ikut ke kota Bali. Sebenernya Rey melarangnya jangan pulang, suruh menginap di hotel juga. Namun Gregi menolak. Kini Gregi dan Rindu sudah di area parkiran. Gregi membukakan pintu untuk Rindu. Kemudian Gregi masuk di kursi kemudi. Gregi pun melajukan mobilnya menuju kearah apartmentnya.

Kini mereka sudah sampai di apartementnya. Gregi dan Rindu memasuki lift, Gregi memencet tombol nomer dua puluh. Pintu lift tertutup, membawa mereka naik ke lantai dua puluh.

Ting

Pintu lift terbuka, Gregi dan Rindu keluar, melangkahkan kakinya ke pintu apartment. Gregi membuka pintu dengan  password hari ultahnya Rindu dan dirinya. Rindu langsung masuk ke kamar mandi, ingin membersihkan diri. Walau tidak mandi, setidaknya cuci muka dan cuci kaki. Gregi yang abis minum banyak tadi, ia langsung menjatuhkan  tubuhnya di ranjang tanpa melepaskan sepatu atau jas yang ia pakai.

Rindu keluar dari kamar mandi, ia menggelengkan kepalanya melihat Gregi tidur tanpa mengganti pakaian terlebih dulu. Rindu melepaskan sepatunya dan kemeja. Ia mengambil handuk kecil dan baskom yang berisi air hangat. Lalu ia mengelap wajah dan seluruh tubuh Gregi supaya terasa segar. Setelah selesai Rindu memakaikan piyama tidurnya. Tetapi Gregi menolak tidak mau pakai baju. Gregi malahan menarik Rindu, dan di baringkannya di sampinya.

Kemudian Gregi menindihnya dan melumat bibir Rindu. Akhirnya Rindu menyerah, meletakan baju Gregi di lantai gitu saja. Gregi melakukannya hanya sekali. Lalu keduanya tertidur lelap karena kelelahan.

Paginya Rindu terbangun, akibat sinar matahari yang menerobos masuk di cela-cela jendela kaca. Ia mengerjapkan kedua matanya. Melihat jam sudah menunjukan pukul delapan. Rindu mencoba ingin tidur lagi, mengingat ini hari Weekend. Ia merapatkan tubuhnya di pelukan Gregi yang masih terlelap nyenyak.

Ponselnya Gregi berbunyi tanda ada pesan masuk dari Vito. Memberi tau bahwa pesawatnya berangkat jam tiga sore. Tangan Gregi meraih ponselnya yang ada di atas nakas. Ia membalas pesan dari Vito. Kemudian Gregi kembali tidur lagi, sembari mempererat pelukannya dengan Rindu. Kedua orang yang berbeda jenis itu malas bangun. Mentang-mentang hari libur, apa mereka  tidak butuh makan, tidak menyiapkan barang yang mau di bawa ke Bali? Masa bodo, rutuk Gregi.

Bali,

Gregi dan Rindu sudah berada di Bali, saat ini ia sedang menikmati ikan bakar, udang dan Crub yang serba di bakar. Menu makannya cirekas Korean, BBQ. Rindu sangat lahap makannya, Gregi di buat bingung olehnya. Tidak seperti biasanya makan selahap itu. Kan dia takut gemuk. Rindu minta nambah Ikan bakarnya, Gregi memberinya.

Setelah puas menikmati makanannya, kini Rindu ikut bergabung dengan Sita, Eren kekasihnya Deden. Tak berselang lama kedua mempelai datang menghampiri mereka. Obrolan terus berlanjut, saling meledek, saling menyindir. Seperti biasa kalau berkumpul ada aja yang di bahas. Rindu sudah mulai akrab sama mempelai perempuan yang bernama Stella.

Malampun sudah larut, Gregi dan Rindu sudah memasuki kamar Vila ingin beristirahat. Karena besoknya mereka akan kembali ke Jakarta. Rindu hanya cuti dua hari, kalau Gregi sih bebas mau berapa hari ia cuti. Keduanya sudah terlelap, menuju kealam mimpi.

Tebet, Jakarta

Rindu sudah selesai pemotretan, kini ia sama Ega sedang berada di mall ingin memesan Cake buat ulang tahun Gregi kekasih tercintanya. Ya, minggu depan Gregi berulang tahun. Jadi Rindu hari ini memesan Cake buat minggu depan. Sekalian mencari kado buat Gregi. Setelah selesai memesan Cake dan mencari kado. Rindu memutuskan ingin pulang. Tapi sebelum melangkah ke Stand Taxi ia melihat tukang jualan Batagor sama Empek-empek kapal selam Palembang.

Rindu meghampirinya. Ia pengen makanan itu, ia harus beli, karena yang pengen adalah janin yang ada di dalam perutnya. Rindu membeli Empek-empek kapal selam sebanyak enam biji tanpa di goreng,  yang rasa ikan tenggiri lima biji tanpa di goreng juga. Bibirnya tertarik kesamping melihatkan senyuman bahagia. Setelah membeli Empek-empek, kini Rindu membeli Batagor sebanyak dua porsi. Tentu saja yang satu buat Gregi kekasihnya.

Rindu juga tidak lupa membelikannya buat Ega. Lalu keduanya memutuskan ingin pulang. Rindu pulang sendiri, karena Ega menunggu cowoknya yang katanya ingin menjemputnya. Di perjalanan Rindu tidak tau bahwa di belakang ada mobil yang mengikutinya. Taxi yang di tumpangi Rindu sudah sampai di depan apartement. Ia membayar ongkos taxinya.

Sampai di lobby ada yang memanggilnya, "Rindu!" Panggil seseorang yang tidak lain adalah Sandra Mamanya Gregi.

Rindu tersenyum lembut melihat Sandra, ia sedikit menunduk untuk memberi hormat. Tapi Sandra terlihat dingin dan acuh. Rindu masih tetap tenang, walau ia grogi.

"Tante mau keatas juga, mau ketemu sama Gregi?" Tanya Rindu basa basi.

"Tidak usah basa basi, saya kesini hanya ingin bertemu sama kamu. Apa pekerjaan kamu? Saya dengar dari Gregi kamu seorang model?"

Deg

Hati Rindu sedikit mencelos mendengar ucapan Sandra yang begitu sinis dan dingin. Rindu mencoba tetap tenang dan tetap memberi senyuman.

"Jadi benar kamu seorang modeling! Pasti sebelum jadi model kamu memberikan tubuhmu sama bosnya atau Photographynya kan agar di terima jadi model." Ujar Sandra blak blakan tanpa di saring.

Senyuman Rindu langsung menyurut, hatinya sakit seperti di tusuk sama pisau. Kedua matanya berkaca-kaca, tubuhnya menegang. Apa maksud omongan Sandra?

"Maksud Tante apa? Saya tidak mengerti dengan ucapan tante barusan!"

"Alah kamu tidak usah pura-pura tidak tau, di dunia ini jaman sekarang itu semua tidak gratis. Banyak orang yang nyerahin tubuhnya supaya di terima jadi model. Termasuk kamu, putra saya sudah kamu bohongi. Bahkan kamu racuni sampai dia brani melawan saya. Jadi saya minta kamu jauhi putra saya. Saya tidak sudi memiliki menantu yang bekas lelaki Photography."

"Saya akan memberikan kamu uang tiga kali lipat jika kamu ninggalin putra saya dan jangan injakkan di apartement ini lagi."

Jedeeerrr

Seperti di sambar petir hati Rindu, runtuh sudah air mata yang ia tahan. Air matanya langsung mengalir begitu deras di pipinya. Makanannya yang ia beli tadi jatuh berserakan. Kenapa Ibunya Gregi menuduhnya seperti itu tanpa ada bukti? Sakit rasanya hati Rindu, sangat sakit. Tangannya meremas dadanya yang terasa sangat nyeri.

Padahal keprawanan Rindu ia serahin ke Gregi putranya. Tapi kenapa Sandra menuduhnya yang tidak-tidak. Terjawab sudah mimpinya, keresahannya, ketakutannya, dan kegelisahannya selama ini. Sebelum Rindu membalas ucapnya, Sandra kembali berbicara.

"Saya beri waktu selama satu minggu, kamu tinggal disini. Setelah itu jauhi Gregi karena saya akan menjodohkannya dengan wanita yang baik tidak seperti kamu. Permisi." Ujarnya langsung nyelonong pergi begitu saja.

☆☆☆

Rindu terduduk lemas di dalam lift, tangisannya pecah. Ia meraung di dalam lift sembari memukul dadanya yang sesak. Bahkan ia melupakan makanan yang ia beli tadi. Pintu lift terbuka, Rindu keluar dan melangkah memasuki apartement yang masih sepi. Gregi belum pulang, hanya ada Icha pekerja apartementnya. Rindu kira Gregi sudah pulang, ternyata belum. Pantas saja Ibunya kesini memaki dirinya, ternyata Gregi belum pulang.

Rindu langsung terbaring di atas ranjang, ia masih menangis sesenggukan. Kata-kata Sandra masih terngiang-ngiang di pendengarannya. Sehina itu kah ia di mata Sandra?

Stidaknya jika tidak merestui hubungannya dengan putranya kenapa harus menghinanya tanpa memikirkan perasaannya. Kenapa sakit sekali Ma, hati Rindu sakit Mama. Gumamnya.

"Tetap sehat di dalam perut Mommy ya sayang, apapun yang terjadi nanti Mom harap kamu tidak bikin Mom susah. Maafin Mommy jika nanti Mom memisahkanmu dengan Daddy. Walau sulit, berat, tapi kita harus iklas melepas Daddy." Ungkap Rindu berbicara dengan Janinnya. Ia mengelus perutnya yang masih rata.

Lama menangis tak terasa Rindu tertidur, tanpa mengganti pakaian tidurnya. Bahkan ia belum makan malam, tidak minum vitaminnya juga. Rindu sudah terlelap. Gregi baru pulang dengan keadaan kacau. Tadi Gregi di suruh pulang kerumah Mamanya. Membicarakan tentang perjodohan dan membahas Rindu. Sandra minta Gregi agar meninggalkan Rindu.

Gregi tidak bisa hidup tanpa Rindu, ia tidak bisa melepas Rindu begitu saja. Tadi Gregi sempat berdebat dengan Ibunya. Gregi nggak mungkin meninggalkan Rindu, karena ia sangat mencintai Rindu. Gregi masuk, ia terkejut melihat Rindu sudah terlelap. Tapi aneh tidak seperti biasanya, ia tidur tanpa ganti baju. Gregi memegang kening Rindu untuk mengecek suhu badannya.

Gregi membuka kemejanya, masuk kekamar mandi, Gregi hanya mencuci wajahnya. Setelahnya ia ikut terbaring di samping Rindu. Dan memeluknya begitu erat. Gregi tidak tau jika terjadi sesuatu dengan Rindu.

BERSAMBUNG.

_____________________

Sesuatu yang tulus tidak diukur

Dari seberapa banyak kata cinta

Yang terucap, tapi dari seberapa

Besar kita berkorban

CINTA DAN Restu

Rindu