Chereads / She's My Ex Girlfriend / Chapter 4 - CHAPTER 04

Chapter 4 - CHAPTER 04

Sinar matahari telah menerobos masuk lewat cela-cela jendela kaca. Rindu mengerjapkan kedua matanya, akibat kena sinar matahari yang menerobos masuk. Rindu sadar bahwa dirinya semalam ketiduran akibat lama menangis. Ia menengok kesamping, ada Gregi yang masih terlelap nyenyak seraya memeluk begitu erat. Rindu mengelus tangan Gregi yang berada di atas perutnya.

Hati Rindu kembali sesak jika mengingat kejadian kemaren. Dia menahan air matanya yang sudah mau lolos. Dengan pelan Rindu melepaskan tangan Gregi dari perutnya. Ia ingin berendam sebentar dengan air hangat supaya badannya terasa fress. Setelah membersihkan diri Rindu harus menyiapkan sarapan buat Gregi kekasihnya.

Rindu akan melayani Gregi selama satu minggu ini. Setelah satu minggu, ia tidak bisa melayani Gregi lagi. Ia harus pergi, sesuai janjinya kemaren sore dengan ibunya Gregi. Apakah Rindu bisa melepas Gregi?

Lagi, Rindu kembali terisak, jika mengingat ia akan pergi ninggalin kekasih tercintanya. Buru-buru dia menghapus air matanya sebelum Gregi melihatnya. Hari ini menu sarapan paginya Nasi goreng sama telor mata sapi. Harumnya menyeruak ke indra penciumnya. Rindu tersenyum senang. Pasti Gregi akan menyukainya.

"Harum banget sih, kamu lagi masak apa sayang?" Tanya Gregi tiba-tiba, seraya melilitkan tangannya ke perut Rindu. Lalu Gregi mencium bibir Rindu.

"Gregi kamu membuatku terkejut! Aku lagi masak nasi goreng. Kamu suka kan?"

"Semua masakanmu aku suka sayang, apapun yang kamu masak pasti akan aku makan!" Ujarnya seraya mempererat pelukannya.

"Ya sudah duduk dulu sana, akan aku siapkan!"

"Nggak mau, mau begini sayang! Karena semalam kamu tidur duluan dan aku nggak dapat jatah semalam hem! Semalam kenapa? Tumben tidur tanpa mengganti pakaian?" Tanya Gregi, tangannya pun tidak mau diam. Menggerayang kemana-mana, menyelinap masuk ke dalam baju Rindu. Lalu meremas payudaranya dan memainkan putingnya.

"Aacchh, geli Gregi!" 

"Ayo sayang duduk dulu, aku haus mau hisap bentar saja!" Rengek Gregi seperti bayi yang sedang meminta nenen pada ibunya. Rindu pun hanya menurut, kalau sudah begini Rindu tidak bisa menolak lagi. Apa lagi Rindu belum memakai BRA-nya, jadi sangat mudah buat Gregi untuk menghisapnya. Gregi seperti kucing yang sedang kelaparan, begitu lahap saat menghisap puting Rindu. Sampai berbunyi decipan. Beruntung pekerja rumah lagi pergi ke pasar. Jadi bebas buat Gregi untuk menguasai tubuh Rindu.

Ya Tuhan, kalau begini aku sulit untuk ninggalin Gregi. Bagaimana saat aku pergi nanti? Aku tidak bisa bayangin Gregi seperti apa saat aku tinggalin. Tuhan aku harus bagaimana? Lirih Rindu dalam hati.

Meresa sudah puas menghisap kedua puting Rindu, kini Gregi melumat bibir Rindu dengan lembut. Gregi melepas ciumannya, ibu jarinya mengusap bibir Rindu yang bengkak. Gregi tersenyum jail, kemesuman Gregi memang sangat tinggi. Jika ingin tidak bisa di tolak, harus di turuti.

"Sayang kamu kenapa? Kok sedih, kamu marah ya?"

"Nggak kok, tadi kamu terlalu kencang ngisapnya, aku menahan perih." Dista Rindu.

"Ohh sorry baby sorry, sini aku tiup biar tidak perih lagi." Ujarnya, dan Gregi membuka kaos oblong Rindu lagi. Di tiupnya puting Rindu, membuat Rindu memejamkan matanya karena terasa nikmat.

"Sudah Gregi, ayo kita sarapan dulu."

Rindu menyendok nasi goreng yang dia masak tadi. Lalu di suapkannya ke mulut Gregi. Mereka makan sepiring berdua, sembari bergurau. Rindu menahan sesak di dadanya. Makan sepiring berdua begini adalah hari yang terkhir. Moment romantis begini adalah hari yang terkhir. Kedua mata Rindu memanas, ia menahan tangis. Untung saja Gregi tidak peka, dia lagi mengecek pesan di ponselnya.

Apa Rindu akan berdosa telah menghianati kekasih yang sangat ia cintai?

Hatinya sakit rasanya. Rindu hanya pasrah sama Tuhan.

Setelah selesai makan, Rindu membuat secangkir kopi buat Gregi. Lalu Rindu kekamar ingin ganti pakaian. Rindu masuk ke kamar mandi terlebih dahulu. Tangisnya langsung pecah. ia sesenggukan di dalam kamar mandi. Seraya memukul-mukul dadanya yang terasa sangat nyeri dan sesak.

"Sayang kamu ngapain?" Teriak Gregi memanggil Rindu.

"Iya bentar!" Mendengar teriakan Gregi, Rindu cepat-cepat mencuci wajahnya lagi. Lalu ia memoles bedak biar tidak kelihatan menangis.

Rindu menatap dirinya di pantulan cermin, ia mencoba kuat dan tegar.

Rindu keluar dari kamar, menghapiri Gregi yang sudah menunggunya di ruang tamu. Mereka keluar dari apartmentnya, seperti biasa Gregi mengantar Rindu terlebih dahulu. Sampai di Grand Link Rindu langsung bersiap-siap. Yeyen masuk ke ruang ganti. Yeyen memberi info bahwa minggu depan ada Fashion Show. Promo dress yang mau di export. Dress milik PT. WORD WIRL GARMENT INDUSTRY. Garment milik Gregi kekasih Rindu.

Rindu menerimanya, itu hari terkhir Rindu bersama Gregi. Dan itu hari ulang tahun Gregi. Rindu menghembuskan nafasnya dengan pelan. Itu hari yang terakhir gue bertemu Gregi, minggu depan pas ultah Gregi. Jadi sebelum gue pergi. Gue ingin membuat kejutan yang indah buat Gregi. Gumam Rindu.

Pemotretan pun di mulai, Rindu mengikuti arahan Gana. Dalam hati Rindu berharap janinnya tidak rewel di saat Rindu pemotretan. Jangan sampai ia terasa mual dan pucat. Tapi baru enam kali jepretan, Perut Rindu kerasa mual-mual. Tenggorokannya seperti ada barang yang mau keluar.

Gana memgernyit melihat wajah Rindu yang pucat. "Rindu lo ok?"

Belum sempat Rindu menjawab, ia lari ke toilet sembari membekap mulutnya. Ega mengikutinya, sampai di kamar mandi Rindu sudah ngeluarin semua isi perutnya. Ega memijit tengkuk Rindu.

"Rindu lo nggak apa-apa?"

Rindu menggeleng,  penglihatan Rindu menjadi gelap. Dan kemudian. . .

Rindu pingsan.

Ega berteriak memanggil minta tolong, Hera menghampiri dan membantu membopong Rindu untuk di tidurkannya di bed sofa.

"Ada apa ini?" Tanya Yeyen.

"Rindu pingsan Mba." Jawab Hera

"Pingsan kenapa? Tadi tidak apa-apa dia!"

"Saya nggak tau Mba.!

Yeyen menghubungi dokter untuk memperiksa Rindu. Tidak lama dokter pun sudah datang dan langsung memeriksa Rindu. Ega deg-degan, ia takut Yeyen akan mengetahui kehamilan Rindu. Setelah dokter selesai memeriksa Rindu. Yeyen bertanya, "Bagaimana keadaannya dokter?"

"Tidak apa-apa Nona, itu hal yang wajar." Ujar Dokter sembari tersenyum.

"Maksud dokter?"

"Pasien sedang mengandung,  pingsan  di pagi hari itu hal yang wajar."

"Whaaattt????" Teriak Yeyen begitu mendengar berita kehamilan Rindu. Padahal Rindu model yang paling tenar akhir-akhir ini. Tapi sekarang Rindu hamil? Terus gimana nasib bisnisnya?

Memang masih ada Hera, ada Ima, ada yang lain, tapi tidak setenar Rindu.

Ega pun ikut panik, ia menunduk. Ia takut Yeyen marah padanya karena menutupi kehamilan Rindu.

"Kalau begitu saya permisi dulu Nona Yeyen, ini resep obat vitaminnya." Pamit Dr. Iva.

Yeyen mengambilnya, dan mengucapkan terima kasih. Lalu menatap Ega dengan curiga. "Ega kamu ikut saya sebentar. Kamu Hera buatkan teh hangat buat Rindu. Panggil saya jika Rindu sudah sadar." Titahnya Yeyen.

"Iya Mba Yeyen!"

Yeyen langsung mengintrogasi Ega, meminta penjelasan. Ega pun menceritakan semuanya dengan jujur, dan Ega memohon jangan bilang siapa-siapa jika Rindu sedang hamil. Termasuk Gregi kekasihnya. Ega memohon agar Rindu di ijinkan ikut Fashion show minggu depan. Karena hari minggu itu hari terkhirnya mengikuti Fashion show. Hari terkhir Rindu melihat Gregi.

"Kenapa memangnya? Kenapa Gregi tidak boleh tahu? Bagus kan jika Gregi tahu kehamilan Rindu. Suruh bertanggung jawab!"

"Saya mohon Mba, Rindu sedang ada masalah dengan Mama-nya Gregi. Jadi tolong Rahasiakan ini. Dan tolong ijikan Rindu mengikuti Fashion show minggu depan. Menjadi model adalah cita-cita Rindu dari kecil. Tapi setelah ia meraihnya hancur begitu saja karena ia hamil." Ucap Ega memohon sama Yeyen.

"Ok Rindu saya ijinkan masih mengikuti pemotretan sampai minggu depan. Tapi setelah itu saya tidak bisa menerima Rindu lagi. Maafkan saya, ini sudah peraturannya." Jelas Yeyen.

"Terima kasih Mba Yeyen, saya harap Mba Yeyen bisa menjaga rahasia ini. Saya permisi Mba." Ujar Ega, dan pamit keluar dari ruangannya Yeyen.

***

Ega menghampiri Rindu yang baru saja sadar dari pingsannya. Hera memberi teh hangat yang ia buat tadi. Kemudian ia memanggil Yeyen.

"Kamu sudah sadar Rindu? Saya sudah tau semuanya dari Ega. Saya juga sudah menjelaskan bahwa peraturan jadi seorang modeling. Ini juga bukan kemauan saya Rindu, tapi ini sudah peraturan dari perusahaan. Hari ini kamu istirahat saja dulu, besok sampai minggu depan hari terkhir mu. Saya minta maaf." Jelas Yeyen panjang lebar.

Rindu mencerna ucapan Yeyen managernya. Rindu hanya mengganggu sembari tersenyum. "Maafin saya juga Mba Yeyen, sudah membuat perusahaan ini kecewa. Terima kasih sudah menjadikan saya modeling disini selama 3 tahun. Saya benar-benar sangat senang bisa menjadi modeling disini. Sekali lagi terima kasih banyak." Lirih Rindu dengan wajah kecewa dan sedih.

Ini sudah takdirnya, tapi tidak apa-apa yang penting ia sudah berpengalaman menjadi seorang model. Ega, Hera dan juga Wulan ikut prihatin. Kini Rindu mengganti pakaian, Ega mengajak pulang ke apartment-nya. Tidak mungkin Rindu pulang ke apartment Gregi, nanti Gregi curiga.

Rindu tiduran di ranjangnya Ega sembari membaca pesan dari Gregi. Rindu membalasnya singkat. Setelah membalas pesan Gregi, ponselnya ia simpan di atas nakas. Rindu menatap jedela kaca dengan pandangan kosong. Kedua matanya berkaca-kaca, ia masih ingat perkataan Sandra kemaren.

Kenapa kejadian seperti ini harus di waktu yang sama? Ia harus kehilangan dua hal yang sangat berarti dalam hidupnya!

Kenapa Tuhan aku harus kehilangan semuanya di hari yang sama. Aku sangat mencintainya, calon buah hatiku juga akan membutuhkan Ayahnya. Tapi aku akan memisahkan mereka. Apa aku bisa? Tolong aku Tuhan. Lirih Rindu dalam hatinya.

Ia kembali terisak. Ega masuk membawa bubur yang ia beli barusan. Ega menghela nafas saat mendengar suara isak Rindu. Ega juga ikut bersedih melihat keadaan Rindu seperti ini. Ega hanya memberikan semangat pada Rindu.

"Rindu ini makan dulu bubur ayamnya. Ingat, lo juga memiliki maag, jangan telat makan lagi. Gue tau ini semua berat buat lo, tapi lo harus semangat jangan lemah seperti ini. Jika lo tidak bisa melakukannya, maka pertahankan lah hubungan kalian." Ujar Ega. Ya Ega tau masalah Sandra yang menghina Rindu kemaren. Rindu sudah menceritakan semuanya. Ega juga ikut merasa sakit atas hinaan Sandra.

Ia sama-sama wanita ikut merasakannya. Rindu berbalik menatap Ega, lalu beranjak bangun dan memeluk Ega. Rindu memangis di pelukan Ega, ia menangis sesenggukan. Ega juga ikut menangis. Mereka sudah lama berteman, dari masa sekolah menengah sampai sekarang. Mereka tidak pernah berantem juga, saling bertukar cerita atau rahasia lainnya.

Jadi jika melihat Rindu seperti ini, hatinya ikut sedih juga.

"Gue sangat mencintai dia Ega, gue nggak bisa jika harus ninggalin dia. Apa yang harus gue lakukan Ega?" Lirih Rindu, tangisannya semakin kencang. Tangannya meremas dadanya yang kembali terasa sangat sesak. Ega mengelus punggung Rindu, menenangkannya. Ega juga tidak tau harus melakukan apa? Sulit memang.

Jika hubungan tidak di restui oleh orang tua itu sangat berat.

"Lo yang sabar ya, lo harus kuat untuk menghadapi semua cobaan ini. Sekarang gue mohon lo harus makan dulu. Gue suapin ya." Rindu mengangguk pelan. Ega mengusap air mata Rindu. Ega mulai menyuapi Rindu dengan telaten.

Ponsel Rindu berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Rindu meraihnya, di lihat siapa yang menghubunginya.  Tertera nama Gregi, Rindu hanya memandangi saja. Ia tidak mau mengakatnya. Malahan ia kembali menangis. Hatinya sakit jika mengingat Gregi yang akan ia tinggalin. Padahal dulu ia sudah berjanji tidak akan menghinati hubungannya.

"Kenapa tidak angkat? Angkat saja nanti Gregi cemas." Akhirnya Rindu mengangkatnya.

"Hallo baby!"

"Ya!"

"Kamu sudah makan? Obatnya juga sudah di minum belum?"

"Sudah, ini baru saja selesai makan."

"Haaa jam segini baru selesai makan! Ingat kamu memiliki maag jangan telat makan."

"Tadi masih sibuk."

"Emmmml, nanti pulang jam berapa? Mau di jemput nggak?"

"Pulang seperti jam biasanya, nggak usah jemput aku pulang sendiri saja."

"Ya sudah aku matiin dulu ya, sampai ketemu di rumah baby. I love you."

Klik

Panggilan pun terpusuk, Rindu kembali terisak mendengar kata 'cinta' dari Gregi. Ega menarik Rindu ke pelukannya, sembari mengelus-elus punggungnya.

Jam sudah menunjukan pukul lima lewat empat puluh lima menit. Rindu memutuskan pulang kerumah Gregi. Ega menghubungi kekasihnya, meminta untuk mengantarkan Rindu pulang. Sampai di jalan  Rindu minta berhenti, ia ingin membeli Empek-empek kapal selam. Kemaren ia tidak jadi makan. Ega menurutinya.

Kini mereka sudah sampai di pelataran apartementnya Gregi. Ega mengatarnya sampai depan pintu apartement. Rindu menawarin masuk dulu, namun, Ega menolak. Setelah kepergian Ega, Rindu masuk kedalam memanggil Esa. Rindu menyuruh Esa menggoreng Empek-empek yang ia beli tadi. Lalu Rindu kekamar, ia melempar tasnya di atas ranjang begitu saja.

Rindu masuk kekamar mandi ingin membersihkan diri. Jangan sampai Gregi tau kalau dia abis menangis. Rindu berendam di dalam bathtub supaya hati dan pikirannya sedikit tenang. Lima belas menit ia berendam. Kini Rindu mengguyur tubuhnya di bawah pancoran shower. Rindu mematikan shower-nya, lalu ia memakai jubah mandi.

Rindu masuk keruang walk in clothes, ia memakai baju santai. Celana levis ketat sepaha dan kaos oblong yang ukuran begitu besar. Rindu keluar ingin melihat Esa sudah selesai belum goreng Empek-empek-nya.

Rindu tersenyum saat melihat empek-empek yang sudah terhidang di atas meja makan. Rindu memotretnya dan di kirimkan sama Gregi kekasihnya. Lalu Rindu memotongnya kecil-kecil, supaya enak memakannya. Masih ada sisa satu, Rindu kasih ke Esa agar di makannya.

Rindu duduk di ruang TV, sembari memainkan ponselnya. Ia menghubungi adiknya, menanyakan kabar kedua orang tuanya. Rindu bilang minggu depan ia akan pulang kerumah. Rindu sudah sangat merindukan kedua orang tuanya. Juga adeknya yang masih sekolah kelas tiga belas.

Ceklek.

Pintu apartment terbuka, Rindu tau itu Gregi sudah pulang. Ia menghampiri Gregi, menyambut kepulangan Gregi. Rindu melepaskan jas yang Gregi kenakan, lalu dasinya. Setelah lepas semua, Gregi langsung memeluk Rindu dan melumat bibir Rindu.

Rindu mencubit perut Gregi dengan pelan. "Awww, sakit sayang."

"Makanya jangan main sosor aja, sana mandi dulu. Setelah itu kita makan empek-empek." Titah Rindu.

"Ya ya bawel!"

Rindu akan mencoba happy di depan Gregi, ia pun sengaja merekam pembicaraannya. Rindu ingin moment yang romantis sebelum ia pergi. Sebentar lagi, waktunya tinggal sebentar lagi kebersamaan-nya dengan Gregi. Rindu akan melayani Gregi dengan baik, Sebelum ia pergi.

BERSAMBUNG.