Di dalam rumah besar berwarna putih itu, terdengar suara teriakan dan tawa dari sosok bocah cantik anak dari Zoe dan Hazi. Bocah itu mewarisi kecantikan dari sang ibu, namun dengan nilai plus dengan sebuah dimple yang menghiasi pipinya. Hazui yang biasa di panggi dengan nama Zui itu sedang bercanda ria dengan sang adik Zeon bocah lelaki tampan dengan pembawaan yang ceria.
"Zui, cepat bawa adikmu kemari! Mari kita makan cemilan ini di taman belakang!" ajak sang ibu dengan suara merdunya.
Zoe membawa nampan berisikan makanan dan minuman untuk putra dan putrinya, kedunya bocah itu sangat suka makan yang dibuat oleh sang ibu. Tak jarang, kedunya selalu merengek di saat Zoe sedang memperhatikan sang ayah Haziel untuk segera membuatkan makanan.
"Yummy, I like it!" seru Zeon seraya makan makanan itu dengan lahap.
"Wow, apa itu sangat nikmat?" tanya Zoe menatap sang putra dengan senyumannya.
"Yes, very-very delicious." Zeon yang berusia 4 tahun itu sudah sangat pandai berucap sama seperti sang kakak.
Berbeda dengan Ziu yang makan dengan tenang, sikapnya ini sama seperti Haziel jika sedeng berhadapan dengan makanan. Tak ada percakapan tak terdengar suara kecapannya yang terdengar hnaya suara sendok ataupun makanannya saja jika itu di potong.
"Kau suka, Zui?" Zoe mengalihkan perhatiannya pada sang putri yang sedari tadi menikmati makannya.
"Ya, Mom." Bocah itu hanya menjawab dengan singkat.
"Zui, sampai kapan kau memakannya? Temani aku lagi bermain!" pinta Zeon.
Mendengar sang adik yang memintanya bermain pun, dengan segera Zui menelan sisa makanan di mulutnya dan kembali menemani sang adik bermain.
"Mari kita main. Mau main apa?" tanya Zui pada sang adik.
"Kejar-kejaran," jawabnya antusias.
Melihat Zui yang selalu memanjakan sang adik membuat Zoe tersenyum bahagia. Kedua anaknya saling menyayangi dan mengasihi, melihat mereka tumbuh dengan baik membuat Zoe mengingat bagaimana dulu saat dirinya dan Haziel harus melewati satu tragedy menyeramkan.
"Aku harap tragedy itu hanya terjadi satu kali saja. Aku tidak mau sampai berpisah lagi dengan kalian anak-anakku," gumam Zoelie seraya menahan air matanya.
"Tragedi itu tidak akan terulang kembali, Zoe!" Terdengar suara yang sangat familiyar di telinganya. Zui dan Zeon berteriak memanggil nama yang tak asing di hidupnya seraya berlari ke arahnya.
"Aunty Lexi!" teriak Zui dan Zeon berhambur di pelukan wanita cantik itu.
"Zui, Zeon," panggil Lexi seraya mendekap kedua bocah itu dengan erat. Rasanya, Alexi benar-benar merindukan keduanya sampai air matanay megalir tanpa di sadari.
"I miss … miss … miss you so much all!" seru Alexi seraya menciumi kedua bocah itu bergantian.
"Miss you to, Aunty!" seru keduanya sambil mencium pipi kanan dan kiri Alexi dengan bersamaan.
Alexi beralih pada Zoe yang tersenyum padanya, teman sekaligus sahabatnya ini benar-benar membuatnya merindu selama setahun tidak bertemu. Keduanya saling berpelukan melepas rindu.