Fajar sudah menyingsing di ufuk timur. Musim kini telah berganti, Haziel sudah berdiri di sebuah pintu apartemen dengan segala perasaannya.
Ya, apartement itu milik Zoelie. Haziel mencoba membuka pintu itu dengan perlahan, tercium aroma khas milik sang istri yang biasanya menenangkannya.
Lampu ruangan tengah terlihat menyala yang menandakan ada orang di dalamnya, langkah Haziel terhenti saat melihat sosok lelaki yang meringkuk di sofa, marahnya kembali meradang dengan tangan yang mengenal kuat.
"Cih ... jadi apa yang selama ini aku pikirkan nyata benar adanya," batin Haziel penuh kebencian.
Tanpa dia tahu siapa sosok itu, karena memang posisinya membelakangi Haziel. Saat lelaki itu akan beranjak keluar, terdengar suara rintihan dengan suara yang dia kenal.
"Nyonya, jangan pergi! Jangan pergi, aku mohon!" seru Bryan dengan suara keras.