Chapter 3 - part 3

Bel pulang sekolah sudah lebih dari 15 menit yang lalu. Alvaro sengaja keluar dari kelas lebih lama bersama panji dan kevin dengan alasan klasik yaitu malas berdesak desakan. Tiba di koridor akhirnya mereka terpisah karena temannya itu memiliki kepentingan . ia pun mengiyakan untuk mereka pulang duluan tak perlu menunggu dirinya. Alvaro pikir adiknya yang manja super duper luar biasa itu sudah menunggu ya di parkiran ternyata semua hanya pikiran saja sebab adiknya baru saja WA bahwa dia nebeng membuatnya mendengus pasrah. Dasar si dedek harusnya kasih tau tadi. jadi aku bisa latihan basket bareng teman yang sedang ekskul basket hari ini. Saat di parkiran ia sedikit belok kekanan untuk ketoilet buang air kecil. Setelah selesai ia keluar pintu tak sengaja mendengar suara ponsel berbunyi dimengernyitkan dahinya ''kok bisa dari sebelah ada suara HP itu bukannya toilet rusak ya dan gak bisa di pake'' ucap alvaro. Dengan sedikit rasa penasaran, ia mengetuk pintu tersebut berharap ada balasan suara yang ia dapatkan, namun nihil dan segala macam hal sudah ada di benaknya berbagai kemungkinan alvaro mendobrak pintu tersebut. alangkah terkejutnya alvaro mematung di tempat melihat seorang gadis tergeletak tak berdaya di lantai dengan kondisi yang ia lihat mengenaskan. Alvaro tidak tahu harus bebuat apa pikirannya blank, cukup lama ia menenangkan dirinya lalu itu ia melangkah mendekat ke arah gais itu, setelah melihat keadaan diluar ia menutup pintu takut ada yang melihat keadaan seseorang yang mengenaskan tersebut. Alvaro dengan sigap membuka baju sekolahnya dan memasangkan ketubuh gadis tersebut dengan sangat pelan takut menyakiti gadis tersebut. Dengan kelembutan ia menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis sangat terkejut melihatnya. kali yang kedua ia menolong gadis itu dalam keadaan tidak sadar . melanjutkan aktivitasnya mengancingkan baju ada tangan yang memegang tangannya membuatnya terkejut, melirik kearah tangan tersebut dengan alis sebelah terangkat bermaksud bertanya " kenapa" .alvaro menunggu harap-harap cemas menantikan ia berkata, "Thanks Alvaro" ucap gais tersebut dan akhirnya tak sadarkan diri lagi.

***

Sambil membawa mobil dengan agak ngebut alvaro memberitahukan pada bundanya agar kerumah sakit sebagai penanggung jawab sebab hal tersebut harus di tangani oleh orang yang lebih dewasa juga menghindari hal ha yang membahayakan dirinya. Setelah sampai di UGD para suster yang buru-buru mengecek keberadaan pasien dan langsung memberikan pertolongan pertama karna keadaan pasien sangat mengenaskan dan perlu diambil tindakan lebih lanjut. Alvaro !!! "panggil sang bunda dengan wajah panik berbeda dengan ayahnya yang datang dengan wajah datar sedikit kesal karna membuat sang bunda kahawatir. Alvaro gak papa bun, tapi temen alvaro yang kenapa- napa soalnya tadi Al-" perkataan alvaro terpotong oleh suster "keluarga koban?". Iya sus, bagaimana keadaan anak saya "jawab sang bunda dan tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan tersebut" keadaan pasien Kritis,

Sang bunda duduk cemas di kursi tunggu sedangkan sang ayah dengan datar menatapnya "sebenarnya apa yang terjadi Alvaro kenapa bisa seperti ini? Tanya sang ayah datar.

"kakak juga gak tau yah 'tadi setelah dari parkir kakak ketoilet dan waktu keluar ada dengar suara HP dari toilet Rusak karna penasaran kakak dobrak pintunya, kemungkinan besok ayah di panggil kesekolah". "Maaf yah kakak buat masalah" ucapnya dengan kepala tertunduk. Tak tega melihat merasa keadaan anaknya masih syok dengan kejadian yang di alaminya, dengan lembut Aditama dengan anak sambil mengelusnya "it's ok nak, aku bangga padamu karena kamu berani menghadapi situasi itu ". Bisakah kamu jelaskan pada kami bagaimana dengannya sampai kamu menemukannya?" tanya aditama lembut sambil mengelus kepalanya.

Aa tadi liat dia lagi keadaan tidak pake baju atasan cuma pakaian dalam doang, trus kepalanya banyak darah, pipinya biru sudut bibirnya ada darah yah sama kayak yang di jelasin tadi badanya uda membiru mungkin kelamaan pingsan di toilet yah "jelas alvaro. Sang bunda sudah nangis terhisak di pelukan sang ayah sedangkan ayah hanya mengurut pelipisnya syok karna ada anak masih sekolah sejahat itu .

***

malam ini seorang pria tengah duduk dikursi lorong rumah sakit sambil melamunkan sesuatu yang hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya. 'aku heran kenapa dia bia berada disitu ya?' pikir Alvaro. kejadian itu terulang kembali di ingatannya ketika menemukan gadis itu tergeletak dengan tubuh banyak luka memar dibadannya. dan yang lebih parahnya lagi dia lagi dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam, psikopat kali ya yang tega berbuat seperti itu. lelaki itu semakin pusing lagi memikirkan bagaimana kalau bukan dia yang menemukannya? dan yang menemukannya ialah orang jahat yang memanfaatkan keadaaan" dengan kesal Alvaro mengacak keras rambutnya karna sangat frustasi dengan keadaan yang sekarang ini di hadapinnya. " huffff, kalau bisa memilih lebih baik aku tidak ada sangkut pautnya dengan kejadian ini, sangat kriminal, dan orang gila mana yang melakukan itu" ucap alvaro.

" kalau bukan aku siapa lagi yang menolong cewek malang itu. tapi cewek itu masih beruntung ada yang nemuin kalau tidak mungkin dia sudah keadaan tidak bernyawa. tak lama kemudian alvaro beranjak dari tempat duduk nya karna harus mengechek keadaan cewek tersebut.

ketika alvaro masuk keruangan tersebut ia dikejutkan dengan sosok yang sedari tadi dipikirkannya, mungkin karena terlalu banyak memikirkan hal yang baru saja terjadi ia jadi lupa waktu. akhirnya dengan pelan alvaro menghampiri gadis tersebut dan menantapnya dengan wajah datar ciri khas dirinya.

aurora yang dilihat dengan intens oleh alvaro merasa gugup dan salah tingkah, tampaknya ketampanan dari pria tersebut mampu membuat siapa saja menjadi gagal fokus. Dengan ragu aurora mengembangkan sedikit senyumnya untuk menyapa pria yang menolongnya tadi. Ia ingat bahwa ketika dalam toilet tadi pria inilah yang menolongnya sebelum kesadarannya menghilang tadi.

"hai, terima kasih ya sudah tolong aku tadi di sekolah" cicit aurora pelan. namun karna ondisi ruangan yang kecil dan sunyi alvaro tetap dapat mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh aurora.

"hem" jawab alvaro datar, kemudian beranjak dari tempatnya berdiri tadi untuk mendekat kearah aurora dan menekan tombol yang ada di dekatnya untuk memanggil dokter supaya mengechek kesehatannya.

"maaf merepotkan kamu, tapi sungguh aku sangat berterima kasih karena kamu udah mau nolong aku" ucap aurora dengan suara bergetar yang sangat kelihatan bahwa saat ini ia tengah menangis.

"hem', mendengar respon alvaro aurora semakin canggung, karna tampaknya orang yang menolongnya ini sangat susah untuk diajak ngobrol dan terkesan dingin. namun ia tidak mempersalahkan itu, takmasalah dia orang seperti apa yang penting baginnya ia adalah orang baik yang Tuhan kirim untuk menolongnya. terlarut dalam pikirannya pintu kamar inapnya terbuka dan suster dan dokter mulai mengecek keadaannya.

"bagaimana keadaan anda nona, apakah ada keluhan atau anda menasakan sakit? tanya sang dokte.

" tidak pak, saya sudah merasa baikan dan enakan kok. terima kasih pak sudah mau bekerja keras untuk menolong saya.' ucap aurora tulus.

"oh, tidak apa-apa nak. cepat sembuh ya" setelah mengucapkan hal itu dokter dan suster meninggalkan kamarnya yang meninggalkan ia dan alvaro. aurora melirik kearah alvaro penasaran dengan cowok tersebut karena tidak mendengar suaranya.

alvaro yang merasa di tatap oleh orang yang seruang dengannya terpaksa menghentikan chat nya dengan sahabatnya. alvaro menaikkan alisnnya seolah bertanya "kenapa?.

"ehm, kamu gak pulang? saya tidak apa-apa kok disini sendiri" ucap aurora pelan karna tenaganya belum pulih benar dan masih lelah.

"gak" ucap alvaro lanjut kembali membalas chat sahabatnya.