Chapter
Kiran harus menahan pekikan kesakitan dengan menutup mata erat-erat. Ia sakit bukan karena bersenggama tapi karena dirinya mulai diserang kecemasan. Sementara Shawn benar-benar melakukan hubungan intim vanila-nya dalam keadaan sadar. Kali ini tanpa pengaruh obat sama sekali.
"Peluk aku, Sayang. Berpeganganlah pada pundakku ... jangan takut, katakan jika aku meyakitimu, uhh ..." ujar Shawn bergumam sedikit menjarakkan wajahnya dari Kiran. Kiran tak mengangguk dan berusaha mengatur napasnya.
Saat Shawn menekan lagi agar miliknya sepenuhnya masuk, Kiran makin menggeraskan rahangnya.
"Lihat aku ... lihat aku. Tidak apa-apa," bujuk Shawn lagi dengan sebelah tangannya memegang pipi Kiran sambil mengusapnya perlahan dengan jarinya. Shawn bernapas sedikit tersengal sembari menempelkan hidungnya di pipi Kiran.
Ia menekan lagi sampai seluruhnya tuntas dan sedikit tersenyum kemudian. Kiran sudah sedikit lebih tenang meski keringatnya mulai basah membanjiri.