Siang itu pengunjung cukup ramai, membuat mereka harus sabar menanti makanannya tersaji. Begitu juga dengan ji eun dan eunha. Mereka yang sudah sering pergi kesana sudah memaklumi hal itu. Karena itu mereka bernostalgia dengan membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan masa sekolah dulu. Beberapa menit kemudian makanan yang mereka pesan datang. Ji eun dan eunha pun memakan makanannya dengan lahap. Sekilas eunha melihat ji eun. Terkadang ji eun bersikap riang di depannya bukan karena bahagia melainkan untuk menutup kesedihan yang dia alami.
Eunha sangat mengerti kenapa ji eun melakukannya. Ji eun hanya tidak ingin eunha tau beban yang sedang ditanggungnya. Saat ini appanya sedang sakit-sakitan dan ji eun harus mencari uang untuk dikirim ke orang tuanya sebagai biaya berobat appanya.
Tapi itulah ji eun, dia selalu saja menolak bantuan eunha yang bersedia menolongnya kapanpun dia butuh.
"Ji eun, ayolah bekerja di restoran appaku. Appa pasti akan senang kalau kamu bekerja disana" ucap ji eun dengan wajah memelas.
"Maaf eunha, aku tau niatmu baik untuk menolongku tapi aku tidak ingin merepotkanmu dan juga keluargamu. Apalagi kalian sudah banyak berjasa dalam hidupku. Aku janji akan meminta bantuan saat aku benar-benar membutuhkannya" jawab ji eun sambil menatap mata eunha dengan yakin.
Kalau sudah seperti ini apalagi yang bisa eunha lakukan. Sebagai sahabatnya ji eun, eunha hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya. 'Kalau begitu semangatlah ji eun. Aku selalu ada disisimu' batin eunha sambil tersenyum.
#skip
Setelah makan dan berjalan-jalan sebentar di apsan park, ji eun dan eunha memutuskan untuk pulang.
"Ji eun kenapa hari terasa begitu cepat ya, padahal aku baru saja bertemu denganmu" ucap eunha sambil menggandeng tangan ji eun.
"Hei, kau ini seperti anak kecil saja. Lagi pula kita akan segera bertemu lagi di seoul. Mungkin dua hari lagi aku akan kembali bekerja jadi kita bisa sering bertemu" ucap ji eun sambil menatap lurus kedepan.
"Benarkah?" tanya eunha dengan binar di matanya.
"Tentu saja, kita akan sering menghabiskan waktu bersama di tempat yang belum pernah kita kunjungi tapi sebelum itu kau harus berjanji kalau kau tidak akan bolos lagi" ucap ji eun sambil menjulurkan kelingkingnya.
"Baiklah" dengan cepat eunha meraih kelingking ji eun.
Setelah itu mereka pun berpisah. Ji eun pergi ke halte untuk menunggu bis kearah rumahnya dan eunha kembali ke seoul.
Di dalam bis ji eun hanya menghabiskan waktunya untuk melamun dan merenung. Terkadang dirinya sangat lelah berpura-pura bahagia. Dia ingin merasakan kebahagiaan yang nyata. Hidup di seoul bukanlah pilihan yang baik. Hal itu dilkukannya dengan nekat karena pendapatan di seoul jauh lebih tinggi dibandingkan di daegu.
Ji eun bahkan tidak punya teman selama berada di seoul. Bahkan teman kerjanya pun tidak begitu akrab dengannya karena mengetahui sisi perekonomian keluarga ji eun yang tidak baik. Bahkan dia sering didiskriminasi karena berasal dari luar seoul terlebih rumahnya berada di pinggiran daegu yang merupakan peekampungan miskin. Sistem kelas kekayaan sangat penting bagi penduduk di daerah seoul. Mereka tidak akan berteman dengan orang yang tidak berasal dari kelas yang sederajat dengannya. Tapi hal itu bukanlah penghalang bagi ji eun untuk mencari selembar uang. Karena baginya eunha dan keluarganya sudah sangat cukup membuatnya bahagia.
Sesampainya di rumah, ji eun langsung mengganti sepatunya dengan sandal rumah berwarna pink bermotif kelincinya dan pergi ke ruang tengah. Ji eun langsung tersenyum melihat orang tua dan adiknya sedang berkumpul di sana.
"Noona kemarilah eomma membuat kimchi dan bibimbap tadi. Ayo cobalah" ucap hyu jin.
"Baiklah adikku yang tampan, aku akan memakannya tapi kalau kamu mau menyuapi noona"ujar jie un sambil tersenyum.
"Noona mau apa? Kimchi atau bibimbap?" tanya hyu jin sambil mengarahkan sendoknya ke arah kimchi dan bibimbap bergantian.
"Apa yang hyu jin ambil pasti noona makan"ucap ji eun membelai rambut hyu jin penuh sayang.
"Noona, apa tadi noona bertemu dengan eunha noona?" tanya hyu jin sambil menunduk salah tingkah.
"Iya aku tadi bertemu dengannya. Kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang eunha?" tanya ji eun sambil memperhatikan hyu jin.
" Tidak apa-apa, aku hanya bertanya saja" ucap hyu jin sambil mengalihkan pandangannya.
Sebenarnya ji eun tau kalau hyu jin menyukai eunha. Dan sepertinya hyu jin serius dengan eunha. Selama ji eun menjadi noona nya, ji eun tidak pernah mendengar hyu jin membicarakan tentang perempuan. Tapi beberapa bulan terakhir ini hyu jin sering bertanya tentang eunha setelah ji eun bertemu dengannya.
"eunha baik-baik saja, kami tadi pergi ke kedai jjajjangmyeon dan berjalan-jalan di apsan park" kata ji eun masih dengan memperhatikan gerak gerik hyu jin.
"Kenapa noona tidak mengajakku? Aku kan juga ingin pergi kesana dengan eunha noona. Aku juga bisa berfoto dengannya disana apalagi tempat itu sangat indah dan banyak sekali tempat yang bisa dijadikan sebagai objek foto. Aku juga..." ucapan hyu jin terhenti saat menyadari kalau mulutnya sudah membocorkan hal yang sangat penting.
'Mati aku' batin hyu jin sambil menunduk.
Ji eun hanya tersenyum melihat tingkah adiknya yang masih sangat imut itu. Sementara appa dan eommanya hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan anaknya yang sudah semakin besar itu
"Ji eun-ah bagaimana dengan pekerjaanmu? Kapan kamu kembali ke seoul?" tanya appa disela obrolan.
"Sebenarnya dua hari lagi aku sudah harus kembali bekerja. Tapi karena appa masih belum sehat aku akan meminta tambahan cuti pada atasanku" jawab ji eun sambil mengingat bahwa dia sudah berjanji pada eunha untuk bertemu dua hari lagi.
Dia merasa bimbang apakah dia harus tetap disini menjaga appanya atau kembali bekerja di seoul dan bertemu eunha disana.
"Appa baik-baik saja. Lagipula sudah ada eomma dan hyu jin yang menjaga appa. Kamu kembalilah ke seoul" ujar appa menggenggam tangan ji eun.
"Tapi appa kan masih..."belum selesai ji eun bicara appanya menyela perkataannya.
" Appa kenapa? Appa baik-baik saja. Lihat disini ada eomma dan hyu jin yang menjaga appa disini dan di seoul ada kamu yang selalu mendoakan appa. Apa yang harus kamu khawatirkan kalau appa punya tiga malaikat yang selalu ada disisi appa"ucap appa ji eun masih dengan menggenggam tangan ji eun.
"Kembalilah ke seoul, appa akan baik-baik saja disini" ucap appa ji eun dengan yakin.
"Baiklah appa" jawab ji eun sambil tersenyum.
"Eomma appa aku masuk ke kamar dulu ya" izinnya pada eomma dan appanya.
"Istirahatlah kamu pasti lelah hari ini" ujar eomma sambil membelai rambut ji eun diikuti anggukan dari appa.
Setelah mendapat ijin dari eomma dan appanya, ji eun pun beranjak ke kamar.
"Noona tidur duluan ya" ucap ji eun sambil mengelus rambut hyu jin.
"Iya noona. Semoga mimpi indah" jawab hyu jin.
Ji eun hanya membalas perkataan hyu jin dengan senyuman. Ji eun pun pergi ke kamarnya untuk mengistirahatkan dirinya. Hari ini terasa begitu panjang tapi sangat menyenangkan. Meskipun hidupnya ditakdirkan untuk selalu berburu uang tapi dia bersyukur karena selalu dikelilingi orang yang menyayanginya, keluarga dan sahabat yang selalu ada di sisinya.