Chapter 4 - Part 4

Keesokan harinya ji eun pergi ke taman tempat dimana dia sering menghabiskan waktu saat masih berada di Daegu. Sebuah taman yang penuh dengan bunga tulip. Bunga kesukaannya. Taman itu terletak tidak jauh dari rumahnya dan jarang dikunjungi banyak orang. Karena itulah dia sering menghabiskan waktunya disana untuk menikmati angin segar ataupun berteriak untuk mengeluarkan segala keluh kesah yang mengganggu hatinya.

Dengan bermodalkan ponsel dengan kamera yang seadanya, ji eun mulai menari menciptakan gerakan-gerakan yang indah dengan tubuh lenturnya. Dia ikut terbawa suasana dari arti lagu tersebut. Seolah bercerita bahwa dia seseorang yang bisa berubah menjadi seorang monster karena rasa cinta kepada seseorang. Sesekali wajahnya dibuat datar dengan sorot mata yang tajam untuk menambah kesan bahwa dirinya adalah seorang profesional. Kala itu alam menyaksikan ji eun yang sedang menari, angin pun menerpa wajahnya seolah memberitau bahwa alam sedang mendukungnya. Setelah selesai menari ji eun langsung melihat ulang bagaimana latihannya tadi.

"Wah, Daebak!! Sepertinya aku akan menjadi artis besar nantinya. Mereka pasti akan sangat rugi jika menolakku" ucap ji eun sambil mengoreksi video yang tadi direkamnya.

Setelah selesai melihat ulang videonya, ji eun langsung mengirimnya ke alamat email yang tertera. 'Tuhan semoga aku diterima di agensi besar' batin ji eun seraya berdoa.

********

21 April 2019

Hari ini adalah hari pengumuman pemenang yang nantinya akan dijadikan anggota baru di agensi. Ji eun yang telah kembali ke seoul dan selalu sibuk dengan pekerjaannya akhirnya lupa dengan audisi tersebut. Dia sibuk dengan kegiatannya yang harus terus mencari uang untuk biaya sekolah hyu jin.

"Ji eun-ssi aku pulang duluan ya, jangan lupa cek dan catat stok barang yang habis dan ingat kunci pintu toko sebelum kau pulang" ucap pemilik toko tempat ji eun bekerja.

"Ne sajangnim. Annyeonghi gaseyo" ucap ji eun sambil membungkukkan badannya.

Ji eun melanjutkan pekerjaannya hingga akhirnya selesai. Tanpa dia sadari ada dua orang namja yang sedang mengintainya. Ji eun tidak mengetahui kalau dari tadi dirinya sedang diawasi.

"Yeoboseyo, eoh kami sedang menunggunya keluar dari toko" ucap salah satu pria yang tengah mengamati ji eun.

"Bagus, awasi terus yeoja itu, jangan sampai dia kabur dari jangkauan kita. Kau mengerti!" jawab seseorang di seberang telepon.

"Ne aku mengerti" panggilan pun berakhir.

"Hyung menurutmu apakah benar yeoja ini punya potensi yang sangat besar?" tanya pria disebelahnya.

"Kalau dia tidak memilikinya tidak mungkin bos menyuruh kita untuk membawanya" jawab pria tersebut lalu kembali mengawasi ji eun.

Sementara disisi lain ji eun sedang bersiap-siap untuk pulang. Tak lupa dia mengunci pintu toko terlebih dahulu. Setelah memastikan pintu toko sudah terkunci dengan baik barulah dia melanjutkan langkahnya untuk pulang. Ji eun berjalan menyusuri lorong jalan yang sudah sepi karena hari sudah larut malam. Dengan bermodalkan kemampuan taekwondo yang masih sangat dia kuasai dia tidak pernah takut untuk berjalan sendirian dimalam hari. Dia mengeluarkan ponsel dan headsetnya untuk memutar musik sebagai temannya dalam perjalanan.

Tiba-tiba terdengar bunyi suara kaleng yang ditendang, menimbulkan suara yang cukup nyaring untuk didengar. Seketika ji eun menghentikan langkahnya. Dia mematikan musik di ponsel yang masih dia genggam. Didengarnya suara disekitarnya dengan tajam. 'Sepertinya ada yang mengikutiku' batin ji eun sambil terus waspada. Dia pun melanjutkan langkahnya dengan santai. Niat ingin mendengar musik diurungkannya tapi headsetnya masih dia gunakan agar orang yang mengikutinya tidak curiga kalau sebenarnya dia sudah tau sedang diikuti.

Di perempatan jalan ji eun mempercepat langkahnya dan bersembunyi di balik pagar rumah orang. Dia ingin melihat siapa orang yang kurang kerjaan yang mengikutinya dari tadi.

"Aish!! kemana perginya yeoja itu?" ucap seorang pria sambil mencari kesegala arah.

"Hyung bagaimana ini? Bos pasti akan memarahi kita" ucap yang satunya dengan panik.

'Apa? jadi yang mengikutiku ada dua orang? Apa mereka tidak ada kerjaan lain selain membuntutiku ke rumah?' batin ji eun sambil memperhatikan mereka.

Tanpa disadari ji eun menginjak sesuatu yang menciptakan bunyi yang cukup keras. Dua namja tersebut langsung menoleh keasal suara dan menemukan ji eun yang sedang bersembunyi dibalik pagar.

"Hei agassi, apa yang kamu lakukan disitu" ucap salah satu dari namja tersebut.

"Harusnya aku yang bertanya pada kalian. Apa yang sedang kalian lakukan? Apa kalian sedang membuntutiku?" ucap ji eun dengan santai sambil berdiri dan merapikan bajunya yang lecek karna bersembunyi tadi.

"Agassi tolong ikutlah dengan kami. Kau tidak ingin kami menggunakan cara yang kasar untuk membawamu kan" ucap mereka dengan smirk yang menurut ji eun sangat menjijikkan untuk dilihat.

Ji eun hanya diam, mencari celah waktu yang tepat untuk memberi mereka pelajaran. Salah satu namja maju kearahnya untuk menarik tangannya agar dia ikut dengan mereka. Tapi sayangnya mereka tidak tau dengan siapa mereka berhadapan.

Dalam waktu yang singkat ji eun menarik namja yang berjalan kearahnya dan langsung membanting tubuhnya ketanah. Sementara namja lainnya hanya terbelalak melihat temannya dibanting oleh seorang yeoja.

"Jongdae-ya!!" teriak namja itu sambil melihat temannya yang tersungkur di tanah sambil meringis menahan sakit di tubuhnya.

Ji eun maju perlahan mendekati namja itu dengan pandangan tajam.

"Mianhae agassi. Aku tidak bermaksud untuk menculikmu. Aku dan temanku hanya disuruh untuk membawamu ke.." ucapannya terhenti saat ji eun menarik kerah bajunya.

"Penculik biasanya akan selalu bersikap baik untuk menangkap sasarannya" ucap ji eun sambil memandang namja didepannya dengan tajam.

"Apa yang harus kulakukan dengan kalian berdua? Apa aku harus mematahkan kaki kalian? Tidak, itu terlalu singkat untuk kulakukan. Bagaimana kalau aku memukuli kalian sampai aku merasa puas. Kebetulan aku sedang lelah sekali hari ini" ancam ji eun sambil menunjukkan smirk yang membuat namja itu seketika merinding.

'Ya tuhan apa yang kuhadapi saat ini adalah seorang iblis? Kenapa dia terlihat sangat mengerikan' batin namja itu dalam hati.

Dalam suasana yang menegangkan, suara deringan ponsel bergema dari saku jaket namja itu. Ji eun menarik ponsel tersebut dan mengangkatnya, tak lupa dia meloudspeaker kannya agar tau apa percakapan yang akan dia dengar.

"Ya hyungsik-ah kenapa kau lama sekali" terdengar suara dari seberang sana membuat ji eun langsung menatap tajam pada namja didepannya.

"Bos apa kau ingin tau apa yang sedang terjadi pada kami saat ini? Tolong bantu kami bos" ucapnya dengan harapan bosnya akan membantu mereka.

"Apa aku harus membantumu disaat aku sedang dalam situasi seperti ini. Bagaimanapun caranya kau harus membawa ji eun kesini. Aku tidak ingin dia diincar oleh agensi lain" panggilan pun diputus secara sepihak.

Ji eun tertegun. 'diincar oleh agensi lain?' fikirnya dalam hati.

"Coba jelaskan padaku apa maksud perkataannya tadi?" tanya ji eun tidak mengerti.

"Baiklah tapi sebelumnya apa kau bisa melepaskan tanganmu dari bajuku. Aku tidak bisa bernafas" ucapnya takut.

Ji eun pun melepaskan tangannya dan membiarkan namja itu bernafas sebanyak-banyaknya.

"Jongdae-ya, gwaenchanayo?" ucapnya menghampiri temannya yang terduduk di tanah.

"Hyung apeuda~" jawabnya sambil mengelus bahunya yang sakit karna terhantam tanah.

"Ya!! aku melepaskanmu untuk menjelaskan semua ini bukannya untuk menonton drama murahan kalian" ucap ji eun dengan sarkas.

"Baiklah sebelumnya aku akan memperkenlakan diri terlebih dahulu. Aku Lee Hyungsik dan ini temanku Park Jongdae. Kami dari agensi BL Entertainment, kami ditugaskan untuk membawamu ke agensi" kata namja yang bernama hyungsik itu.

Ji eun terdiam dalam lamunannya sampai akhirnya dia tersadar.

"Omo!! Jadi kalian staf dari agensi besar itu?" ujarnya dengan panik.

"Geurae!! Dan kau membantingku dengan sekuat tenaga karena kami ingin menjadikanmu artis? Yang benar saja" ucap jongdae ketus yang masih mengelus bahunya.

"Cheoseonghamnida" ucap ji eun sambil membungkukkan badannya.

"aku tidak tau kalau kalian adalah staf agensi. Aku pikir kalian penguntit" ucap ji eun sambil menunduk malu.

"Dwaesseo. Aku tidak ingin bos memarahi kami karena tidak berhasil membawamu ke agensi. Ambil kartu ini, disini ada alamat dan nomor yang bisa kau hubungi. Temui dia besok jam 8 pagi atau aku akan membantingmu" ucap jongdae kemudian bangkit dan berjalan menuju mobil yang mereka parkirkan didekat toko tempat ji eun bekerja.

"Cheoseonghamnida hyungsik-ssi, aku benar-benara tidak tau kalau kalian adalah orang suruhan agensi. Aku benar-benar menyesal" tutur ji eun dengan rasa penyesalan.

"Gwaenchanayo, yang penting besok kamu datang ke agensi dan temui PD nim. Dan masalah jongdae dia tidak akan membantingmu. Memang ucapannya tadi cukup kasar tapi kalau kau sudah mengenalnya dia orangnya sangat baik kok" ucap hyungsik menenangkan.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu. Ingat jam 8 tepat" pamit hyungsik diakhiri dengan mengingatkan tentang waktu ji eun harus datang ke agensi.

Ji eun memandangi punggung hyungsik yang mulai masuk ke mobilnya dan melesat ditelan gelapnya malam. Dalam hati dia merasa senang karena akhirnya bisa bekerja di agensi besar dan takut kalau hubungannya dengan jongdae tidak akan pernah baik.

'Apa boleh buat karena aku membuat kesan pertama kami buruk, aku akan memperbaikinya dilain kesempatan' batinnya sambil tersenyum, kemudian melanjutkan perjalanan ke rumahnya.

Sesampainya di rumah ji eun langsung mengganti sepatunya dengan sandal rumahan berwarna pink dengan motif kelincinya. Ji eun bergegas menuju kamar mandi karena badannya terasa lengket sekali. Dari kecil ji eun terbiasa mandi malam agar saat bangun pagi dia merasa lebih segar.

Setelah selesai dengan ritual mandi dan sebagainya ji eun mengambil kartu nama yang diberikan jongdae tadi, 'BL Entertaiment' baca ji eun dalam hati. 'Apakah ini awal dari keberhasilanku?' tanyanya dalam hati sambil menatap kartu yang dipegangnya