Chereads / Cahaya Dan Kegelapan Pengorbanan / Chapter 1 - Chapter 1 Putra Mahkota

Cahaya Dan Kegelapan Pengorbanan

Mary_Ayaz
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1 Putra Mahkota

Kerajaan Gosswardt, bagian dari Serikat Kerajaan yang di pimpin Kekaisaran Sihir Agung. Serikat Kekaisaran beranggotakan lima kerajaan besar, di ikuti kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Kerajaan Feliathera, Kerajaan Phasiarova, Kerajaan Haziraman dan Kerajaan Gosswardt. Kekaisaran Sihir Agung yang di pimpin Kerajaan Hazzimah, Kekaisaran yang mewakili lima kerajaan besar dan kerajaan-kerajaan kecil di dunia sihir. Kerajaan Gosswardt, kerajaan dengan istanan nan indah, berdiri di dataran ibu kota Xander, Istana Lilliandra yang begitu sangat megah dan menawan dengan padang bunga tulip biru yang terbentang luas di bagian barat Istana Lilliandra, sebagai bunga koleksi kesukaan Raja Gosswardt saat ini. Bunga tulip berwarna biru rembulan, lambang Kerajaan Gosswardt. Penguasa saat ini di pimpin oleh Raja Henry Illianese Gosswardt.

Henry di perlihatkan mengenakan jubah khas kerajaan. Baju putih berlapis dengan jubah biru cerah panjang hingga menyentuh tanah. Beliau di cirikan seorang pria tinggi berkulit putih, rambut perak tergerai panjang dan poni pendek yang di tata ke kanan. Sebagai orang tua tunggal. Henry membesarkan putra tunggalnya yang akan menjadi pewaris selanjut tahta Kerajaan Gosswardt. Putranya yang kini menginjak usia tujuh tahun. Galerna Illianese Gosswardt, Pangeran Muda Gosswardt.

Henry mengajak putranya berjalan-jalan menyusuri taman di belakang istana, menikmati pemandangan indah di taman, di temani kicauan burung-burung yang beterbangan di sepanjang taman. Mereka duduk di bangku sudut taman, tepat di belakang pohon rindang sebagai peneduh dari terik matahari siang yang cukup panas. Galerna kecil duduk di samping Henry.

"Ayah maukah ceritakan kisah ini?" tunjuk Galerna pada buku yang di rangkulnya.

"Dari mana kamu menemukan buku ini?" tanya Henry penasaran.

"Aku menemukannya di ruang buku-buku tua, di lantai ruang bawah tanah Ayah."

"Sudah lama Ayah tidak melihat buku ini lagi," ujar Henry mengingat-ngingat.

"Ayah tahu buku ini?"

Henry tertawa kecil, "tentu saja, Ayah sering di ceritakan dongeng ini oleh Kakekmu sewaktu Ayah masih kecil."

Henry mengambil buku besar itu dari Galerna dan membuka halaman pertama buku itu. Galerna yang berada di samping Henry, melihat dua buah simbol di halaman pertama. Di kiri terdapat simbol perisai biru bermahkota emas di atas dan tiga bulan sabit biru cerah di dalam perisai dengan bulan sabit besar di tengah. Di kanan pula terdapat simbol perisai merah bermahkota emas diatas dan lingkaran matahari kuning di dalam perisai. Henry mulai membacakan cerita dongeng lama cukup terkenal di masanya, kini dia bacakan pada putranya.

"Dua ribu tahun yang lalu, seorang penyihir berkelana keseluruh penjuru dunia, penyihir itu di kenal dengan nama Master Wizard oleh kaum penyihir maupun non penyihir akan jasanya sebagai juru penyelamat dunia."

"Master Wizard? Kenapa dia disebut sebagai juru penyelamat, Ayah?" tanya Galerna penasaran.

"Beliau penyihir yang terampil dan hebat di masa lalu, Masternya dari ilmu sihir, itulah sebabnya dia di sebut sebagai Master Wizard. Sekarang nama Master Wizard di pakai sebagai gelar kehormatan Kaisar Sihir Agung, pemimpin penyihir Kekaisaran Sihir Agung. Dan kenapa beliau di sebut juru penyelamat? Karena perannya di masa lalu."

"Penyihir dan non penyihir memiliki konflik sejarah yang sangat rumit, non penyihir tidak menerima kehadiran kaum penyihir maupun kaum penyihir yang menganggap non penyihir serakah, lemah dan tidak memiliki keistimewaan seperti kita yang seorang penyihir. Penyihir Agung sebelumnya hanyalah seorang pengembara, berkelana ke seluruh penjuru dunia, melihat dengan mata atas berbagai konflik perang antara penyihir dan non penyihir, itu lah kisah yang di ceritakan di setiap dongeng. Tetapi, selama perjalanan di tengah konflik perang antara penyihir dan non penyihir. Penyihir Agung menyadari satu hal."

"Apa itu Ayah?" Galerna mulai penasaran dengan cerita yang di bacakan Henry.

"Konflik dua kaum, penyihir dan non penyihir, perbedaan hanya di salah satu kaum yang memiliki keistimewaan, yaitu kita, penyihir. Umat manusia sudah berada dalam genggaman kebencian, kedengkian, keputusasaan dan kesedihan yang di permainkan oleh makhluk dari dunia bawah Pemicu dari makhluk yang memiliki banyak julukan. Sang penghasut. Sang tipu muslihat."

"Konflik antara penyihir dan non penyihir telah ada selama dua ribu tahun yang lalu. Saat itu, peperangan dua kaum, penyihir dan non penyihir melanda di seluruh dunia. Perang tiada henti selama bertahun-tahun, hingga berjatuhan umat manusia dalam kesengsaraan tragedi perang, membawa keputusasaan, kesedihan, kebencian dan dendam, umat manusia telah jatuh ke dalam rencana kelicikan sang Iblis. Makhluk dari dunia bawah. Sang Iblis tidak memiliki tubuh untuk di jadikan wadah, maka sang Iblis mengambil tubuh baru dari jiwa-jiwa manusia yang telah ternoda kebencian, keputusasaan dan kesedihan. Di situlah sang Iblis mendapatkan wadah baru dan mengambil alih tubuh manusia."

"Di sisi lain. Seorang wanita cantik yang malang, bersedih hati meratapi kesedihan di tengah medan perang. Banyak kaum penyihir yang adalah anggota klannya tewas di depan mata. Tetapi kesedihannya yang paling mendalam adalah orang yang di cintainya, yang sudah hidup bersamanya selama itu. bulir-buliran air mata terus menggenangi wajah cantik wanita itu, memeluk dan mencium tubuh tak bernyawa di hadapannya, pria di cintai wanita itu, begitu dingin dan sebuah lubang menganga tepat di jantung. Air mata yang mengering, lelah dengan tangisan tidak akan membawa pria di cintainya kembali hidup. Tetapi, kesedihan dan keputusasaan itu lah sang Iblis memanfaatkannya, dengan bisik-bisikan racun dan dusta. Entah bagaimana yang terjadi di medan perang kini berubah menjadi bencana yang semakin kacau dan menuju kemusnahan umat manusia. Penyihir dan non penyihir yang saat itu tengah berperang, melihat jelas sosok monster raksasa, sang Dewi Iblis dengan wujud akhirnya, bangkit dari keputusasaan manusia."

"Menghancurkan, memporak-porandakan apa saja yang ada di hadapan mata, kebangkitan sang Dewi Iblis itulah yang mengakhiri peperangan antara penyihir dan non penyihir, tetapi memunculkan bencana baru yang membuat umat manusia di ambang kepunahan. Saat itu, yang bisa menghentikan sang Dewi Iblis dari dunia lain. Master Wizard dengan kekuatan sihirnya yang sangat hangat dan agung, mengalahkan sang Dewi Iblis. Menyelamatkan umat manusia dari kepunahan. Dunia yang selama itu di selimuti oleh kegelapan perang dan kembangkitan Dewi Iblis, untuk pertama kalinya cahaya hangat matahari bersinar menembus daratan dunia, memberikan kehangatan mendalam dan dengan berakhirnya perang tiada henti dan tragedi kembangkitan Dewi Iblis. Umat manusia, penyihir dan non penyihir kembali membahu membangun wilayah tempat tinggal untuk bisa di tinggali dan berdapingan satu sama lain. Kaum penyihir mengagung-agungkan Master Wizard dan menjadi legenda sang Juru penyelamat Dunia, kaum non penyihir menghormati apa yang telah Master Wizard lakukan dalam melindungi dan menyelamatkan umat manusia. Dengan begitulah, penyihir dan non penyihir hidup damai selama-lamanya."

"Begitulah kisahnya," ujar Henry menutup kembali buku yang berada di pangkuannya.

Henry bersama Galerna kembali ke dalam istana. Mempersiapkan kepindahan Galerna untuk mengikuti pendidikan sihir di Akademik Sihir Touliora, ibu kota Asakra, Kerajaan Haziraman selama sepuluh tahun. Di halaman istana. Galerna mengenakan kemeja putih dan jubah biru cerah. Wajahnya terlihat sedikit murung dan terus menatap istana megah, tempat kelahiran dan tinggalnya sebelum keberangkatan. Henry menyadari suasana hati Galerna kembali buruk di saat keberangkatan. Henry berlutut di hadapan Galerna, mensejajarkan dirinya dengan tinggi Galerna.

"Sudah seharusnya anak Ayah senang, memulai awal baru sebagai pelajar dan memiliki banyak teman, bukannya murung seperti ini. Disana kamu akan memiliki banyak teman-teman yang baik padamu, ayah ingin kamu normal seperti anak-anak lainnya, bermain, bergaul dengan banyak teman dan belajar. Ayah janji jika ada waktu luang, ayah akan menengokmu. Dan janga lupakan, kamu bisa bertemu lagi dengan Arsene di sana, tapi sepertinya dia mengambil kelas yang berbeda denganmu di tahun pertama."

Galerna yang mendapat kata-kata manis dan menenangkan dari Henry, mengangguk tersenyum dan melupakan rasa sedihnya. Tak luput pula Henry memeluk Galerna sebagai bentuk perpisahan, melepaskan putra tunggalnya yang akan belajar di Akademik Sihir Touliora. Setelah acara berpelukan ayah dan anak. Galerna masuk ke dalam kereta kuda, kereta kuda yang di naiki mulai meninggalkan Istana Lilliandra. Galerna yang berada di dalam kereta kuda melambaikan tangan dan di sambut lambaian tangan Henry, melepas kepergian putra tunggalnya, pewaris Gosswardt untuk mengikuti pendidikan di Kerajaan Haziraman. Melihat siluet kereta kuda yang membawa putra sematawayangnya untuk menjalani pendidikan sihir di negeri lain, tidak akan lagi bertemu dengan putranya, hanya waktu yang bisa mempertemukan ayah dan anak kembali. Setelah kereta kuda itu sudah tidak terlihat, Henry menghembuskan napas sedikit berat dan masuk kembali ke dalam istana, sampai di lorong.

"Henry!" panggil seorang pria paruh baya di lorong.

Seorang pria paruh baya, mengenakan jubah biru panjang, rambut perak yang sama dengan Henry, tapi tatapan mata pria paruh baya itu angkuh dan keras, tidak seperti Henry yang lembut

"Ayah, selamat datang," sapa Henry menyambut Tuan Alexander II Illianese Gosswardt.

"Sayangnya aku telat mengantar kepergian cucu kesayanganku, belajar di negeri yang jauh."

"Mari, Ayah. Kita ke Ruang Tulip" ujar Henry mengajak Tuan Alexander ke Ruang Tulip.

Ruang Tulip. Di khususkan sebagai ruang perjamuan di Istana Lilliandra, menyambut tamu maupun kerabat. Ruang Tulip terbilang sangat luas dan besar. Berderet kursi dan meja mewah, dengan di samping miniatur hutan alami dan air terjun yang berjatuhan ke sungai kecil, seakan hutan alami itu benar-benar berada di hutan asli, padahal berada di dalam ruangan yang besar, sedangkan di samping miniatur hutan alami, terdapat padang bunga tulip yang semuanya berwarna biru rembulan indah. Henry dan Tuan Alexander duduk di meja, saling berhadap-hadapan. Dua pelayan istana mengenakan jubah biru, melangkah masuk membawa nampan berisi dua cangkir dan satu teko, menaruh dua cangkir di atas meja, menuangkan teh beraroma wangi yang berkualitas terbaik ke dalam cangkir dan menaruh di meja. Mempersilahkan kedua Tuan mereka menikmati secangkir teh. Kedua pelayan itu membungkukan badan dan kembali keluar dari Ruang Tulip.

"Ayah repot-repot datang kesini untuk apa?" tanya Henry membuka topik percakapan.

Tuan Alexander menyeruput cangkir berisi teh dan meletakan kembali cangkir ke meja, "tentunya membahas masa depan pewaris tahta Gosswardt dan keselamatan Gosswardt dari Hazzimah."

Sudah di duga ternyata Tuan Alexander, Ayahnya masih saja membahas perjodohan putranya dengan kerajaan lain demi mendapat aliansi untuk pertahanan Kerajaan Gosswardt dari rivalitasnya dengan Kerajaan Hazzimah. Beberapa kali ini Henry mencoba menghindar dari topik ini, tetap saja Tuan Alexander akan mengungkitnya kembali dan terus menekannya, menganggapnya kurang tegas dan terlalu lembut di waktu bersamaan.

"Ayah masih membahas perjodohan, kah?" tanya Henry.

"Tentu saja. Augustus kini menjabat Master Wizard di Kekaisaran Sihir Agung, menjadikannya ancaman bagi Gosswardt, tentunya pewaris utama Gosswardt. Putri sahnya berada di urutan ke dua klaim atas tahta Gosswardt. Menjadi ancaman besar bagi cucuku sebagai pewaris utama dan aku tidak menginginkan hal itu terjadi."

"Lalu tujuan Ayah apa?" Henry tidak sedikit berselera dengan perjodohan yang di lakukan Tuan Alexander pada putranya.

"Kesewenangan dan keserakahan Augustus. Apa yang telah dia miliki, jabatan yang lebih tinggi dari raja, tentunya dia menginginkan Gosswardt jatuh ketangannya. Maka dari itu, aku menentang habis-habisan Perserikatan Kekaisaran Sihir ini. Aku ingin Galerna di jodohkan oleh salah satu pewaris Kerajaan. Dengan adanya aliansi, kekuatan dan ikatan dari Kerajaan yang beraliansi dengan Gosswardt. Galerna sebagai pewaris utama aman dari Hazzimah. Bukannya Aliansi Persaudaraan yang di cetuskan olehmu."

"Feliathera dan Haziraman setuju menjadi Aliansi Persaudaran, dan membantu Gosswardt. Apalagi Galerna masih kecil. Aku ingin putraku hidup normal seperti anak-anak lainnya, tidak harus terikat permasalahan kerajaan dan perjodohannya, dia harus banyak belajar di dunia luar," ujar Henry tegas.

"Jangan lupakan bahwa cucuku memegang takdir sebagai pewaris Gosswardt dan takdir itu terus mengalir dalam darahnya. Keselamatannya menandakan bahwa aku adalah kakek yang selalu memikirkan keselamatan cucuku dan Gosswardt," ujar Tuan Alexander nadanya meninggi.

Henry tidak mungkin membantah ayahnya, Tuan Alexander yang keras kepala dan terlalu memikirkan keberlangsungan kerajaan dari musuh-musuh. Henry menghebuskan napas pelan, mencoba untuk tenang dan berpikir jerni. "Baiklah, kalau perjodohan dan aliansi ini bisa mengamankan tahta putraku. Kerajaan mana yang ingin Ayah jodohkan pada Galerna?"

"Kerajaan Phasiarova. Phasiarova memiliki hubungan baik dengan Kerajaan Feliathera dan kerajaan yang berpengaruh kuat. Phasiarova memiliki seorang putri tunggal, putri pewaris tahtah Kerajaan Phasiarova. Hannah Devarou Sherawali. Dia setahun lebih tua dari Galerna."

"Jadi, kapan ayah akan menjodohkan Galerna dengan Putri dari Phasiarova itu?"

"Tidak dalam waktu dekat. Kamu sendiri yang menginginkan Galerna hidup normal seperti anak-anak lainnya. Galerna akan ditunangkan dengan seorang Putri dari Phasiarova, tepat di usianya menginjak sepuluh tahun." ujar Tuan Alexender.

"Ayah sedang melamun?" tanya Henry melihat Tuan Alexander mengangkat cangkir teh, tetapi tidak di minum, hanya menatap isi di dalam cangkir.

"Tidak ada apa-apa," kilah Tuan Alexander.

"Tapi aku tahu apa yang Ayah lamunkan," perkataan Henry memancing Tuan Alexander memunculkan kegundahannya.

"Aku kasihan pada Constine. Seluruh Klan Bangsawannya tewas dibantai Hazzimah, tujuh tahun yang lalu. Aku tahu dia pastinya memendam rasa dendam mendalam pada Hazzimah, apalagi Augustus sekarang menjabat Master Wizard. Ambisinya menjadi penguasa dan jabatan yang lebih tinggi itu. Sungguh membuatku jijik, dan aku dengar bahwa Kerajaan Grimoire, kerajaan pertama yang telah berdiri lama. Kerajaan yang pernah di pemimpin seorang Ratu Penyihir Hitam di masa lalu. Aku tidak menyangka Constine masih memiliki sedikit darah keturunan dari Ratu Penyihir Hitam itu."

"Constine diangkat langsung oleh Klan Bangsawan dari Grimoire, menjadikannya Raja Kerajaan Grimoire yang sah," kata Henry ada nada janggal atas penyebutan nama Constine.

"Dia orang baik dan lembut sepertimu, dengan jabatannya dia berjuang atas keadilannya sendiri, demi meruntuhkan Augustus dan Kerajaan Hazzimah. Dulu kalian berteman dekat, tapi mengapa kamu membencinya? Apa karena dia pernah dekat dengan istrimu mangkannya kamu cemburu?" perkataan Tuan Alexander membuat Henry merasa gundah bercampur kebencian.

"Aku tidak benar-benar membencinya, Ayah. Constine tetap menjadi temanku, tidak ada masalah pribadi yang membuatku harus terus-terusan membencinya. Tapi ada alasan kecurigan lainnya yang membuatku harus berjaga jarak dengannya. Kebingunganku. Ada penjelasan lebih rincinya kah atas jabatan yang di terimanya ini? Dan kekuatan sihir hitamnya yang dimiliki menjadi misteri?"

"Kamu masih membahas hal itu?" ketus Tuan Alexander. "Sihir Hitam yang dimiliki Constine tentu saja itu milinya, meski Sihir Hitam terkenal sangat berbahaya dan tidak ada penyihir yang memiliki sihir gelap itu yang begitu mengerikan. Hanya Penyihir Kutukan Iblis, atau Penyihir Hitam dan keturunan dari Ratu Penyihir Hitam masa lalu. Kamu ini benar-benar selalu mencurigainya."

"Bagaimana dengan mendiang istrimu? Arabella juga. Dia Penyihir Kutukan Iblis, banyak orang yang membencinya, dan Arabella mati secara tragis akibat kutukannya dan kesalahannya sendiri."

Mata Henry berubah sendu, mengingat mendiang istrinya. "Itu... Arabella meninggal karena kecelakaan, dia tidak benar-benar jahat."

Henry hanya menghela napas pelan, mendengar omelan sarkas ayahnya. Henry dan Tuan Alexander sama-sama ayah dan anak, tetapi memiliki sifat yang sangat begitu berbeda. Tuan Alexander yang tempramental dan tegas, namun Henry tahu bahwa Tuan Alexander, ayahnya ini memiliki hati yang baik, selalu merasa kasihan pada orang lain dengan cara pandang yang berbeda. Henry membawa sifat baik hati dari Tuan Alexander dan untungnya saja, sifat tempramental yang suka meledak marah-marah tidak terwariskan padanya. Sisi lemah lembut Henry mewarisi dari mendiang ibunya. Lalu, Tuan Alexander memilih turun tahta lebih cepat, mengangkat putra pertama Tuan Alexander menjadi Raja Gosswardt, sehingga Tuan Alexander bisa lebih leluasa menyelidiki Raja Hazzimah yang menjadi musuh lama Kerajaan Gosswardt.

***

11 Tahun kemudian.

Seorang remaja berambut perak panjang di ikat ekor kuda dan poni panjang sebahu tertata rapih, mengenakan jubah biru langit. Wajahnya di penuhi keringat dan tatapan mata yang amat serius. Di tangan tergenggam tongkat perak yan panjangnya tiga puluh sentimeter dan terlihat lebih tebal, dengan garis menghiasi tongkat perak seperti rangkaian akar berwarna biru gelap. Remaja itu tengah berkonsentrasi, kesiur pusaran angin muncul di ujung tongkat perak, menebas papan kayu besar sebagai target. Galerna Illianese Gosswardt, terlihat senang saat ujian pelatihan sihir, dia bisa dengan baik mengelurkan sihirnya. Seorang wanita paruh baya, berambut ikal hitam pendek memegang papan penilaian murid dan menuliskan sesuatu di papan. Tersenyum puas. "Sudah menjadi hal yang mengagumkan, putra dari Gosswardt memang pintar dan berbakat." Di halaman Akademik Sihir Touliora, seluruh murid tingkat akhir mengikuti ujian sihir akhir yang akan menentukan kelulusan mereka di tahun terakhir ajaran. Galerna mendapatkan penilaian sempurna di ujian sihir. Kembali menaruh Wand Magisa, tongkat sihirnya di sarung tongkat yang di sampir di belakang punggung, dan kembali ke pinggir lapangan, bergabung bersama teman-temannya, Tara Erza, Danial Fllemon, Prima Barnum dan Sophia Jullian.

"Selanjutnya, Arsene Doramanda!"

Seorang pemuda tampan dan putra dari Kerajaan Feliathera. Rambut hitam legam yang panjang, terkibar indah oleh hembusan angin, begitu berkilau halus nan indah, sama dengan jubah putih berkilaunya terlihat tanpa ada noda sedikit pun. Pemuda itu maju ke tengah lapangan. Galerna mengamati pemuda itu. Arsene yang usianya terpaut setahun lebih tua dari Galerna, terlihat lebih tinggi di banding Galerna, memiliki paras lebih tampan dan ketenangan yang menunjukan Arsene lebih dewasa di banding Galerna. Wand Magisa Arsene berukiran akar yang saling bertautan satu sama lain, terentang kedepan. Ketenangan yang begitu anggun dan paras rupawan yang mampu memikat banyak orang, bahkan gadis-gadis di halaman akademik tidak mengedipkan mata mereka sedikit pun, hanya demi melihat kemampuan Arsene dalam bakat sihir yang hebat di usia muda. Kesiur hawa dingin dan buliran salju mengelilingi Arsene, kilatan halus namun tajam dengan kecepatan yang luar biasa cepat, kilatan halus meluncur ke papan target, menebas habis papan target menjadi potongan-potongan kayu kecil. Para gadis-gadis di halaman akademik memekik kecil, menganggumi kehebatan sihir Arsene dan tentunya, paras rupawan yang mengalahkan murid laki-laki di akademik sihir, terkecuali Galerna yang juga sama-sama memiliki paras rupawan, tetapi lebih terlihat manis. "Itu sangat sempurna sekali Arsene," ujar Profesor Sarah terkagum-kagum atas dua murid yang memiliki bakat sihir hebat dan hanya saja sifat dua murid ini saling bertolak belakang.

"Terima kasih Profesor Sarah," kata Arsene tenang, setenang sungai yang mengalir.

Arsene kembali menuju lapangan, menjauh dari keramaian, memilih ketenangan yang abadi tanpa gangguan apapun.

"Dia benar-benar Pangeran Muda berbakat, jangan lupa paras rupawannya, para gadis-gadis itu terpikat olehnya. Bagaimana aku bisa mendapatkan gadis-gadis cantik itu, kalau semuanya suka dengan Pangeran Muda nan tampan itu," ujar Prima kecut.

Galerna memandangi Arsene yang berdiri sendirian, jauh dari keramaian. "Ayah kami berteman dekat dan menjadi saudara terikat, sama denganku dan Arsene. Tapi dia memang tampan."

"Oh, begitukah? Bukankah kalian juga begitu sangat dekat? Saudara terikat!" ujar Prima menggoda Galerna.

"HAH! Arsene sudah seperti kakakku sendiri, jangan mengada-ngada," kata Galerna kesal.

"Aku tidak mempermasalahkan jika kamu keluar jalur," cicit pelan Prima.

"Keluar jalur apanya?!" telinga Galerna mendengar cicitan pelan, menatap tajam Prima dan memukul kepala orang itu seenaknya. Prima hanya mengadu kesakitan, memegang kepala yang kena pukul Galerna begitu saja, hanya karena menggoda sedikit. Galerna tidak peduli dengan rengekan kesakitan Prima. Memilih meninggalkan Prima dan teman-temannya, Tara dan Danial tertawa terpingkal-pingkal.

"Ada apa?" tanya Arsene datar.

"Tidak ada apa-apa!" ujar Galerna santai, mengibaskan tangannya.

Teman-temannya selalu saja menggodanya, hanya karena ayahnya dan ayah Arsene bersahabat dekat dan saudara terikat, bukan berarti teman-temannya memunculkan pikiran aneh yang tidak ingin Galerna bayangkan. Bahkan ada rumor yang begitu membuat Galerna kesal, tapi sedikit lucu. Mengatakan bahwa Pangerna Muda Gosswardt merasa kesepian dan memunculkan hubungan aneh, menyukai Pangeran Muda nan dingin dari Feliathera yang juga sebagai saudara terikatnya dan rumor itu cukup membuat gempar banyak orang, lalu rumor lainya bahwa Galerna akan di jodohkan oleh adik perempuan Arsene untuk mendapatkan aliansi. Pada akhirnya semua rumoar itu hanya omong kosong belakang, tidak ada buktinya sama sekali, hanya orang-orang yang tidak punya kerjaan saja yang percaya dengan rumor bohong itu dan menyebarkannya begitu saja.

Galerna dan juga Arsene sama-sama putra mahkota yang akan meneruskan tahta kerajaan masing-masing. Sayangnya, bukan hanya perbedaan kepribadian saja. Kehidupan dua pangeran muda ini sangatlah berbeda. Arsene menjalani kehidupan yang begitu ketat di Feliathera, menjalani masa kecil dengan segudang pembelajaran dan pelatihan yang keras sebagai pewaris tahta. Masa kecil yang suram untuk Arsene jalani, meski di kelilingi segudang pelatihan dan pembelajaran ketat, Arsene masih di kelilingi ke dua orang tua yang menyayanginya, tinggal di tempat yang di sebut sebagai rumah.

Masa kecil Galerna tidak sesuram Arsene, malah begitu menyenangkan memiliki banyak teman dan bermain layaknya anak-anak lain pada umumnya. Itu pun kebahagiannya hanya berlangsung sementara, sedari kecil Galerna sudah di larikan dan di sembunyikan ke beberapa tempat, maupun aliansi kerajaan yang mengikat alinasi dengan kerajaannya. Tidak akan pernah melihat tanah kelahirannya dalam kurun waktu lama. Rivalitas kerajaannya dengan Kerajaan Hazzimah. Galerna sudah menjadi sasaran pembunuhan putra mahkota sedari kecil, hidup di penuhi ketakutan dan pelarian tiada akhir, terkadang membuat Galerna lelah. Semenjak pencetusan aliansi persaudaraan terikat antara ayahnya dan ayah Arsene, Galerna dan Arsene juga menjadi saudara terikat semenjak itu, sehingga hubungan mereka dekat seperti saudara.

Sementara itu, ujian sihir akhir telah usai. Profesor Sarah mengakhiri ujian sihir dan mengumumkan lebih lanjut, hasil nilai murid akademik yang akan mereka terima, beserta tanggal upacara kelulusan.

"Ujian sihir akhir telah selesai dan hasil nilai kalian akan keluar dua hari lagi, untuk upacara kelulusan, akan dilaksanakan pada tanggal 10. Seminggu ini kalian bebas. Silahkan bubar!"

Setelah pengumuman penting yang mereka terima. Galerna melirik ke samping. Arsene sudah tidak ada di samping, begitu cepatnya pemuda itu menghilang tanpa di sadari. Galerna mendengus kesal dan kembali bergabung bersama teman-temannya ke dalam gedung akademik sihir. Sebentar lagi acara jamuan makan siang bersama di aula besar akan di mulai. Sebelum itu. Seseorang mengenakan jubah biru cerah menghampiri Galerna. "Pangeran Muda Galerna, surat dari Yang Mulia, Raja Henry," ujar pria berjubah biru cerah memberikan surat perkamen bercap lambang Kerajaan Gosswardt pada Galerna dan membungkuk hormat, kemudian pergi lagi.

"Itu dari ayahmu?" tanya seorang gadis di sampingnya yang rambutnya di gulung, gadis itu bernama Sophia Julliana.

"Ya, ayahku akan datang besok. Setelah sekian lama, aku bisa bertemu lagi dengan Ayah," ujar Galerna senang membaca isi surat dari ayahnya.

Aula besar Akademik Sihir Touliora, ramai dengan para murid akademik, sambil menyantap makan siang yang di sajikan pelayan dari Istana Nassau. Galerna bersama ketiga temannya, Tara, Prima dan Danial duduk di meja kosong, seorang pelayan wanita menghampiri tempat duduknya, membawa nampan dengan berbagai hidangan yang nikmat seperti sup hangat dan sepiala air tersaji di depan meja, lalu dua pelayan wanita itu kembali meninggalkan aula besar.

Selagi Galerna ikut makan bersama teman-temannya. Pandangan kepalanya berputar ke sekeliling aula, melirik kemana pun yang Galerna inginkan. Lalu matanya tertuju pada pemuda yang terlihat tenang, menyendok sup hangat dengan sangat elegan dan menjunjung status bangsawan, dan badan tegap yang tidak berubah sedikit pun. Galerna mendengus dengan semburat senyum jail, melihat Arsene duduk di barisan meja lain, meski terlihat di sekeliling Arsene, murid-murid lain senang berceloteh sambil makan. Arsene masih tetap mempertahankan ketenangan yang luar biasa tenang. Sedetik itu, Galerna mulai bosan memandang pemuda pendiam itu dan matanya tertuju ke tempat duduk staf guru Akademik Sihir. Satu yang paling menonjol, Kepala Akademik Sihir, seorang pria tua, berjenggot putih lebat, sama lebat dengan rambut putih panjang. Mengenakan jubah jingga panjang yang senada dengan topi penyihir yang di pakai. Di samping kiri tempat duduk, sebuah tongkat melayang dengan ujung bulat dan terdapat permata ungu. Profesor Garimotobi Hendra adalah Kepala Akademik Sihir Touliora dan pernah menjabat sebagai Master Wizard Keenam, Kekaisaran Sihir Agung, setelah masa jabatannya berakhir dan di gantikan oleh Raja Hazzimah yang menjabat Master Wizard Ketujuh.