Chereads / Cahaya Dan Kegelapan Pengorbanan / Chapter 2 - Chapter 2 Ramalan Tak Terduga

Chapter 2 - Chapter 2 Ramalan Tak Terduga

Kerajaan Haziraman, kerajaan berlambang burung garuda berwarna kuning keemasan, bagian dari Perserikatan Kekaisaran Sihir, dan lima kerajaan besar. Kerajaan yang di pimpin oleh seorang Raja Haziraman. Di pusat jantung ibu kota Kerajaan Haziraman. Berdiri istana nan megah sebagai kediaman dan sekaligus pemerintahan Kerajan Haziraman. Istana Nassau di kelilingi benteng besar sebagai pertahanan, lebih banyak di dominasi warna kuning keemasan begitu indah dan mewah. Di dalam istana, lorong utama istana yang luas, dengan berbagai lukisan berseni dan patung-patung di sepanjang lorong. Pelayan dan bangsawan di sepanjang lorong utama berhenti sebentar, mereka membungkukan badan pada seorang penguasa kerajaan. Seorang pria tinggi, berkulit coklat sedikit gelap, mata hitam setajam elang dan wajah yang rupawan dan memesona. Rambut hitam tergerai panjang hingga sepinggang, dengan poni panjang sebauh di tata rapih, memperlihatkan tanda belah ketupat hijau kristal di dahi. Mengenakan pakaian putih yang di lapisi jubah kuning keemasan panjang hingga terseret di lantai. Sosok pria itu adalah Raja Mirza Haziraman, penguasa Kerajaan Haziraman saat ini.

Jubah kuning keemasanya terkibar di sepanjang lorong dan asisten pribadinya, Lily Sonata mengenakan jubah kuning keemasan sama sebagai bangsawan dari Kerajaan Haziraman dan rambut hitam yang di gulung rendah, membukakan pintu besar tepat di samping lorong utama. Mirza masuk ke dalam ruang kerjanya yang luas dan bernuansa kuning keemasan. Berderet-deret buku tebal dan perkamen tertata rapih di rak buku, berada di sudut kiri ruangan. Di tengahnya tepat di belakang jendela balkon sebagai latar pemandangan bangunan dan pemukiman penduduk, Mirza duduk di meja kerja yang menghadap ke pintu keluar.

"Yang Mulia, kabar buruk," ujar Lily cemas.

"Ada apa?"

"Tim Zazzil yang anda kirim menginvestigasi kelompok Penyihir Hitam, Tiga Rangkaian Kegelapan, tidak ada kabar apa pun dari mereka yang mengejar kelompok Penyihir Hitam. Saya kehilangan kontak dengan mereka."

"Yang Mulia, maaf," seorang pria mengenakan jubah emas lainnya masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Mirza, raut cemas yang sama dengan Lily. Pria itu membungkuk pelan ke Lily dan Mirza, karena masuk begitu saja. "Nona Lily, Yang Mulia Raja Mirza."

"Ada apa Rufus?" tanya Mirza.

"Pasukan Kerajaan Phasiarova menemukan satu mayat di wilayah Padama, zona wilayah sihir tidak normal. Jalur yang Tim Zazzil lewati berbatasan dengan wilayah Kerajaan Grimoire."

"Anggota Tim Zazzil?"

"Ya, Yang Mulia. Tidak salah lagi. Jubah kuning keemasan dan lambang burung garuda, mayat itu salah satu anggota Tim Zazzil yang hilang kontak. Kerajaan Phasiarova akan mengirimkan mayat anggota Tim Zazzil kembali ke kerajaan setelah pengotopsian," ujar Rufus menjelaskan.

Mirza menghela napas berat, mendengar kabar buruk tim yang di perintahnya mengejar Tiga Rangkaian Kegelapan, Kelompok Penyihir Hitam yang telah banyak melakukan kejahatan dan hanya Kerajaan Haziraman yang menanggapi serius atas kejahatan kelompok Penyihir Hitam itu. Tidak ada sekalipun Kerajaan Hazzimah yang di pimpin Master Wizard, menanggapi keseriusan kejahatan Kelompok Penyihir Hitam itu. semua upaya untuk menangkap pemimpin kelompok itu, Senegra Youa yang telah banyak terlibat kejahatan. "Bagaimana dengan dua anggota Tim Zazzil lainnya? Apa mereka selamat?" tanyanya penuh harap.

"Tidak ada, Yang Mulia. Pasukan Kerajaan Phasiarova hanya menemukan satu mayat saja, tidak ada tanda-tanda dari dua anggota lain atau bukti."

"Kita tidak dapat bukti apa-apa. Aku sudah mengorbankan orang-orangku hanya untuk menangkap Tiga Serangkai Kegelapan." Mirza mengusap wajahnya pelan, menyembunyikan kegundahan diri, beban masalah yang di hadapinya

"Jika tidak ada lagi yang ingin kalian sampaikan, tolong tinggalkan aku sendiri."

"Baik, Yang Mulia!" Lily dan Rufus membungkukan badan pelan dan keluar dari ruang kerja.

Mirza mengambil bulu pena, mencelupkan bulu pena ke wadah emas berisi tinta dan mulai menulis di selembar perkamen. Tiba-tiba tubuh Mirza menjengit seketika, suatu gambar terputus muncul di dalam benaknya. Memperlihatkan gambaran yang muncul begitu saja tanpa di sadari. Seseorang mengenakan jubah biru rembulan yang kini telah ternoda oleh banyak darah di beberapa bagian jubah, orang itu terduduk di genangan air yang kini berwarna merah darah dan tengah memeluk seseorang yang lebih mungil dan ramping di pangkuan. Terdengar sekali isak tangis pilu, begitu memilukan. Sekelebat kemudian, seakaan ada yang menarik Mirza kembali ke dalam kesadarannya, setelah tak sengaja pandangan ramalannya tiba-tiba terbuka tanpa sebab. Ramalan yang merujuk pada sebuah kematian seseorang, tempat yang di penuhi air merah dan seseorang lainnya menatap kematian. Pandangan ramalan Mirza masih begitu samar dan tidak begitu jelas, tetapi melihat bahwa kemampuan ramalannya tiba-tiba memprediksi sebuah kematian di masa depan. Mirza sedikit was-was dan harus mencari tahu, siapa yang berada di prediksi di lingkaran kematian ramalannya.

***

Halaman utama Akademik Sihir Touliora. Tidak begitu luas, dengan di tengah terdapat patung penyihir berambut panjang dan jenggot lebat yang panjang, mengenakan jubah panjang dan topi penyihir. Di tangan kiri patung tersebut memegang sebuah buku yang terbuka, sedangkan di tangan kanan memegang tongkat sihir panjang. Patung pendiri Akademik Sihir Touliora dan sekaligus Raja pertama Kerajaan Haziraman. Akademik Sihir Touliora di desain bernuansa keemasan, dengan bangunan yang luas dan besar cukup menampung murid penyihir. Hari ini, ayahnya akan datang ke Kerajaan Haziraman. Galerna bersama Kepala Akademik Sihir, Garimotobi dan Mirza telah menunggu di halaman Akademik Sihir.

Iring-iringan kuda mengawal kereta kuda berwarna biru cerah, dengan di kawal enam pengawal mengenakan jubah Kerajaan Gosswardt, membawa bendera Kerajaan Gosswardt berlambang bunga tulip biru rembulan. Iring-iringan kereta kuda itu berhenti tepat di halaman utama akademik. Henry mengulurkan jabat tangan dengan Mirza, Raja Haziraman dan Kepala Akademik Sihir, Garimotobi. Galerna di samping Mirza dan Garimotobi, menerima uluran pelukan hangat dari ayahnya yang sudah lama tidak bertemu. Melepas rindu ayah dan anak tentu saja. Mirza dan Garimotobi memberi privasi bagi Galerna dan Henry berbincang-bincang, melepas rindu Galerna pada ayahnya.

Taman hutan Niara yang tersedia ruang terbuka hijau di pinggir kota Asakra. Galerna meluangkan waktu berjalan-jalan di taman bersama ayahnya, sebelum acara kelulusan siswa Akademik Sihir yang akan di selenggarakan minggu depan. Seperti biasa, berjalan santai bersama ayahnya sudah menjadi rutinitas ayah dan anak untuk menghabiskan waktu bersama di taman. Di temani kicauan burung yang bertengger di pepohonan rindang, di sepanjang jalan setapak. Rambut perak panjang Galerna yang di ikat ekor kuda, terkibar oleh angin sejuk di tengah terik matahari siang, sambil kedua tangannya tertangkup di belakang kepala.

"Bagaimana belajarmu di akademik?" tanya Henry membuka topik pembicaraan.

"Cukup menyenangkan, ayah. Beberapa mata pelajaran aku ambil, politik dan pelatihan sihir."

"Apa kamu berbuat ulah lagi atau mendapat hukuman karena kenakalanmu?" tanya Henry memandang putranya. Galerna merasa kikuk dan menggarukan belakang kepalanya yang tidak gatal, tersenyum memelas di hadapan ayahnya. "Tingkah usilmu sudah biasa. Lalu setelah kelulusanmu, bagaimana kedepannya?"

"Aku masih ingin menjalani misi Ayah, setelah kelulusan nanti. Belum ada niatan aku untuk pulang kerumah, itu tergantung keputusan Ayah."

"Kalau begitu Ayah akan bahas ke pokok masalah yang lebih penting," ujar Henry serius. Galerna menghentikan langkah kakiknya dan memandang wajah ayahnya yang terlihat serius. "Hazzimah mempunyai seorang putri yang akan mewarisi tahta Kerajaan Hazzimah, dia seumuran denganmu. Renneta Hamzah, sepupumu berada di urutan selanjutnya tahta Gosswardt. Seluruh dunia tahu bahwa Kerajaan Gosswardt dan Kerajaan Hazzimah saling bermusuhan. Apa lagi Gosswardt dengan keras menentang klaim tahta dan invasi Hazzimah pada Gosswardt, hanya karena Augustus Hamzah menjabat pemimpin penyihir. Kerajaan Gosswardt, kerajaan yang luas, kekayaan alam melimpah, ekonomi stabil, pemegang pusaka budaya sejarah terbanyak selain Hazzimah dan Haziraman, dan pemegang kekayaan emas terbanyak menyamai Hazzimah."

"Gosswardt dengan emas dan bentangan alam yang melimpah. Kita lemah di pertahanan dan pasukan penyihir, hanya bisa membeli prajurit yang belum tentu tidak akan berkhianat. Kerajaan Hazzimah memimpin sebagai Kekaisaran Penyihir Agung melebih Kerajaan Penyihir lainnya. Menjadi hal mudah Hazzimah mengambil Gosswardt, apa lagi dengan Gosswardt yang menjadi kerajaan yang menentang Hazzimah. Kerajaan Gosswardt harus menjalin aliansi sebagai pertahanan, aku harus di jodohkan dengan Kerajaan Penyihir lain yang memiliki kekuatan setara dengan Kerajaan Hazzimah. Itukah yang ingin Ayah bahas?" kata Galerna menebak arah topik pembicaraan Henry.

"Ya!"

"Jadi, aku akan di jodohkan dengan Kerajaan mana?" tanya Galerna tidak antusias dengan perjodohannya.

"Tidak dengan Kerajaan manapun. Kamu akan tetap menikah dengan Hannah, Putri dari Kerajaan Phasiarova."

"Pernikahanku dengan Hannah batal setahun yang lalu, kan? Phasiarova sendiri membatalkan pernikahan itu," ujar Galerna ada nada ketus bercampur kebingungan.

"Ada kesalah pahaman yang terjadi setahun lalu. Raja Harris berniat menjalin aliansi kembali dengan Gosswardt. Dan... lebih yang Ayah tahu, kamu dekat dengan Hannah. Kamu masih suka Hannah?" ujar Henry tersenyum simpul.

"Aku dan Hannah hanya berteman dekat, tidak ada hubungannya dengan perjodohan dan aliansi," kata Galerna menyembunyikan rona merah yang begitu saja muncul di wajahnya.

"Sudah terjalin cukup lama antara Kerajaan Penyihir dengan Kerajaan Penyihir lainnya yang saling beraliansi, demi memperkuat kerajaan. Apa lagi Kerajaan Hazzimah sudah berstatus Kekaisaran Sihir Agung, dengan mudahnya Hazzimah memegang kekuasan penuh atas Kerajaan Penyihir lainnya. Ayah menginginkan aliansi ini, begitu pula mendiang kakekmu. Gosswardt memiliki aliansi terdahulu dengan Haziraman. Raja Mirza tidak menikah lagi semenjak kematian istrinya, tidak meninggalkan pewaris untuk Haziraman. Sayang sekali, Raja Mirza seharusnya sudah memiliki cucu jika egonya bisa di pendam dulu. Ayah tidak tahu Raja Mirza sudah berusia tua, beliau terlihat lebih muda di atas ayah. Tidak ada tanda kerutan seorang pria tua. Mungkin usianya menyamai kakekmu," ujar Henry bergurau.

Galerna tidak bisa menahan gurauan ayahnya dan tertawa lepas sepuas-puasnya, memegangi perutnya yang sedikit sakit akibat tawa tidak henti. Tidak begitu elegan sebagai Putra Mahkota. "Untung Paman Mirza tidak ada di sin. Dia akan marah kalau tahu ayah mengatainya tua," kata Galerna menyeka buliran air mata akibat tertawa. Sudah lumrah karena kedekatan ayahnya denga Raja Mirza. Galerna dengan senang hati memanggil Raja Mirza sebagai pamannya sendiri.

Sulit di katakan, sebenarnya umur dari Raja Haziraman menyamai mendiang kakeknya sudah sewajarnya, Raja Haziraman harusnya sudah mempunyai cucu yang mungkin saja seusia Galerna. Hanya saja Raja Mirza memiliki keunikan sendiri sebagai seorang penyihir, umur yang panjang dan penampilan awet muda, begitu rupawan bahkan menyamai ayahnya.

***

Halaman utama Akademik Sihir Touliora, ramai dengan murid akademik dan keluarga mereka yang datang sebagai tamu di upacara kelulusan siswa Akademik Sihir Touliora. Dari berbagai kalangan, keluarga kerajaan, keluarga bangsawan dan keluarga penyihir biasa. Galerna bersama murid-murid akademik lain memakai jubah Kerajaan masing-masing. Tentunya. Galerna yang berasal dari Kerajaan Gosswardt memakai jubah biru gelap, rajutan benang halus berkilau membentuk bunga tulip di belakang jubah. Entah memang sudah terbiasa tidak menggunakan kereta kuda untuk menyanjung kemewahan sebagai penguasa kerajaan. Ayahnya beberapa hari ini tinggal di Istana Nassau, Kerajaan Haziraman. Jubah biru cerah rembulan berkibar dan mendarat dengan anggun di halaman utama akademik, setelah terbang dari Istana Nassau menuju Akademik Sihir. Tongkat perak atau yang bisa di sebut 'Wand Magisa', bukan hanya tongkat sihir yang menyalurkan kekuatan sihir sang penyihir saja, karena Wand Magisa yang terlihat lebih sedikit tebal, sebagai alat sihir untuk berpergian, lebih mempunyai dua fungsi. Bisa menjadi kendaraan sihir tercepat dan bisa juga menjadi senjata sihir selain senjata sihir lainnya, seperti pedang, panahan dan belati untuk menyalurkan energi sihir. Tongkat perak milik ayahnya melayang anggun, kembali ke sarung tongkat yang tersampir di punggung jubah. Mendapatkan sambutan hangat dari Galerna di upacara kelulusan siswa akademik.

Ayahnya duduk bersama dengan para kepala penguasan kerajaan dan bangsawan, di deretan kursi mewah di depan. Sebelum itu, ayahnya berjabat tangan dengan beberapa penguasan kerajaan dan bangsawan lain. Sedangkan Galerna duduk di deretan ke dua sebelah kanan bersama murid Akademik Sihir. Tujuh buah kursi di tempatkan di depan podium aula, kursi staf guru akademik, Kepala Akademik Sihir dan Raja Haziraman. panji buku dan Wand Magisa lambang dari Akademik Sihir Touliora. "Bentangan yang tidak ada batasan dalam berilmu, dimana selalu ada cahaya terang yang mengisi relung spritual sihir." Itu adalah semboyan Akademik Sihir Touliora yang mewakili buku dan Wand Magisa, tentunya cahaya terang melambangkan burung garuda dan kuning keemasan sebagai lambang Kerajaan Haziraman yang selalu menyinari seluruh dunia.

Satu persatu para staf guru masuk ke dalam aula besar, mengisi tempat duduk masing-masing dan di ikuti Kepala Akademik Sihir, Profesor Garimotobi Hendra. Seorang pria tua, berambut panjang memutih dan kerutan di wajah yang kentar. Mengenakan jubah jingga panjang, berpadu dengan topi penyihir yang di kenakan. Garimotobi berjalan sambil memegang tongkat kayu yang ujung terdapat permata ungu, berjalan ke kursi para staf guru akademik bersama guru akademik lainnya. Seluruh tamu dan murid akademik memandang ke luar pintu aula. Raja Mirza Haziraman memasuki aula besar. Jubah kuning keemasannya begitu indah nan terang menderang. Jubah khas Kerajaan Haziraman yang di kenakan Raja Mirza. Jubah kuning keemasan khas Kerajaan Haziraman yang terbuat dari bulu burung garuda, bulu halus yang tidak dapat rusak, memiliki energi sihir sangat kuat yang di miliki burung garuda.

Makhluk sihir abadi yang pernah hidup di masa lalu dan kini hanya menjadi sebuah legenda. Burung Garuda yang menjadi kawan setia sang Raja pertama Haziraman melawan monster raja ular raksasa. Legenda itu sangat terkenal di kalangan rakyat Kerajaan Haziraman, bagaimana keagungan Raja pertama Haziraman menyerupai legenda Master Wizard yang melawan Dewi Iblis. Begitu tersohornya Raja pertama Haziraman atas kemenangan gemilang mengalahkan raja ular raksasa yang dalam legenda telah hidup selama tiga ratus tahun. Burung garuda lambang dari kebanggaan dan sinar mentari keemasan, mensucikan kejahatan di seluruh dunia, menjadi legenda cahaya hangat dan kebaikan yang menjadi simbol dari Kerajaan Haziraman.

Rambut hitam legam Raja Mirza tergerai halus menjuntai kebawah, bola mata hitam yang tajam seperti elang dan tentu saja wajah rupawan. Tidak terpikirkan bahwa Raja Mirza sudah berusia lebih dari seratus tahun, tidak menunjukkan sisi seorang pria tua. Raja Mirza berdiri menjulang di tengah podium aula, di temani Garimotobi di samping. Terlihat perbedaan yang sangat jauh antara Raja Mirza yang lebih muda dan Garimotobi yang lebih tua dengan kerutan di wajah.

"Selamat datang, wali murid yang telah hadir di upacara kelulusan Akademik Sihir Touliora, dan kepala penguasa Kerajaan. Selamat untuk kalian, murid-murid Akademik Sihir Touliora," ucap Garimotobi. Riuh tepuk tangan menggema di aula, lalu hening kembali. "Dengan ini upacara kelulusan murid Akademik Sihir Touliora, dimulai!" Rihu tepuk tangan kini lebih menggema dan antusias selama lima menit, kemudian hening kembali.

Seorang staf guru perempuan paruh baya membawa gulungan perkamen di atas baki dan Garimotobi mengambil gulungan tersebut. "Terima kasih, Profesor Sarah!" kemudian membuka gulungan perkamen itu, sedikit berdeham sebelum membacakannya.

"Aaron Sallim. Klan Bangsawan Sallim, dengan penilaian 65 D."

Aaron, si remaja berwajah bulat, gemuk dan berambut pirang, berdiri dan melangkah ke atas podium. Staf guru yang bernama Sarah tadi kini membawa baki berisi plakat emas yang berkilauan di baki, berdiri di samping Raja Mirza, mengambil plakat emas berkilau berukuran sedang yang tergenggam pas di tangan. Memberikan plakat resmi dari Kerajaan Haziraman atas lulusnya Aaron Sallim dari Akademik Sihir Touliora. Aaron menerimanya dengan bangga, tangan kiri memegang dada ke sebalah kanan, membungkuk sebagai tanda terima kasih dan kehormatan, lalu kembali ke tempat duduk murid akademik.

"Ainsley Martadinata. Klan Bangsawan Martadinata, dengan penilaian 70 C."

Ainsley, si gadis berambut merah panjang, melangkah ke atas podium. Mirza memberikan penghargaan berupa plakat emas berkilau Kerajaan Haziraman pada Ainsley, lalu gadis berambut merah itu membentangkan jubah putih halus saljunya dan membungkuk pelan, dan kembali ke tempat duduk murid akademik.

"Arsene Doramanda, Klan Bangsawan Doramanda, Kerajaan Feliathera, dengan penilaian 100 S."

Nilai yang sangat sempurna, tentu saja untuk seorang Pangeran muda yang memiliki paras tampan melebihi Galerna. Arsene berjalan begitu tenang, namun menjunjung sisi seorang bangsawan terkemuka. Wajah nan tampan dan sikap bagaikan embun dingin, wajah pemuda tampan itu mampu memikat perhatian murid-murid perempuan, mereka saling bergumam pada teman di samping, memandang mahakarya indah di hadapan mereka. Tapi, seperti yang Galerna lihat, Arsene tidak sama sekali terganggu dan terus melangkah ke atas podium. Raja Mirza memberikan penghargaan berupa plakat emas berkilau Kerajaan Haziraman pada Arsene yang langsung membungkuk pelan, sebagai tanda terima kasih dan kembali ke tempat duduk murid akademik.

"Danial Fllemon, Klan Bangsawan Fllemon, dengan penilaian 78 C."

Danial dari Klan Bangsawan Fllemon berjalan ke podium. Mirza memberikan plakat emas berkilau pada Danial yang membungkuk kehormatan dan terima kasih, lalu kembali lagi duduk ke tempat duduk murid.

"Evan Wissesa. Klan Bangsawan Wisessa, dengan penilaian 86 B."

Evan, berambut hitam legam rapi dan terlihat lebih tinggi, berbadan besar di banding Galerna, melangkah menuju podium. Mirza memberikan plakat emas berkilau pada Evan yang membungkukan badan sebagai tanda terima kasih.

"Galerna Illianese Gosswardt. Klan Bangsawan Illianese, Kerajaan Gosswardt, dengan penilaian 100 S."

Nilai yang sang sempurna untuk seorang Pangeran muda periang dan kepribadian usilnya, dan selalu mendapat masalah tanpa henti sehingga di hukum habis-habisan. Galerna tidak melupakan bagaimana masa-masanya belajar di Kerajaan Haziraman, selalu penuh dengan selusin hukuman yang harus di jalaninya akibat berbuat kenakalan yang tidak wajar sebagai putra mahkota Kerajaan dan kini. Galerna mendapat nilai sempurna atas kejeniusan dan bakatnya. Galerna melangkah menuju podium, berdiri tepat di hadapan Raja Mirza yang memandangnya tajam dan gelap, seakan ingin memarahi Galerna lagi atas kenakalannya. Raja Mirza menghembuskan napas pelan, tidak berminat mengomeli Galerna dan memberikan secara suka rela plakat emas berkilau pada Galerna sebagai tanda kepintaran dan bakat sihirnya, yang tentunya Raja Mirza tidak bisa memalingkan begitu saja bakat hebat Galerna. Meski tidak bisa menoleransi kenakalannya. Galerna menerima plakat emas berkilau itu, membungkuk pelan dan kembali ke tempat duduk murid dengan cengiran kikuk.

"Hannah Devarou Sherawali. Klan Bangsawan Devarou-Sherawali, Kerajaan Phasiarova, dengan penilaian 87 B."

Hannah, seorang gadis cantik dengan mata hitam dan pipi berisi dan rambut hitam legam yang bergelombang panjang, di tata cantik dan terlihat indah, setengah rambut hitam legam di kuncir. Gadis yang tidak terlalu begitu tinggi, namun terlihat mungil yang menjadi tunangannya. Hannah berjalan menuju podium dan menerima dengan segan dan bangga, plakat emas berkilau dari Mirza.

Waktu telah bergulir begitu lama selama upacara kelulusan siswa Akademik Sihir Touliora. Satu persatu nama-nama murid terpanggil dan maju ke depan podium, menerima plakat emas berkilau atas pendidikan dan pembelajaran sihir selama sepuluh tahun di Kerajaan Haziramah yang menyediakan pendidikan khusus untuk para penyihir muda. Nama-nama murid akademik sudah di barisan pertengahan akhir.

"Prima Barnum. Klan Bangsawan Barnum, dengan penilaian 68 D."

Prima, sahabat usil dan berisik Galerna, sungguh tak terduga hanya mendapat nilai D, untungnya tidak mendapat penilaian X yang terbilang memalukan. Galerna menahan napas dan mengedarkan matanya ke lain tempat saat Prima menatapnya tajam, dan bergegas berjalan menuju podium untuk menerima plakat emas.

"Sophia Julliana. Klan Bangsawan Julliana, dengan penilaian 74 C."

Sophia, teman setimnya bersama Arsene dan Wanda. Seorang kakak perempuan yang sudah Galerna anggap sebagai kakaknya sendiri selain Hannah. Rambut hitam panjangnya di gulung tinggi, serta poni pendek di tata menutupi dahi yang lebar, sedangkan sisa di biarkan tergerai.

"Tara Erza. Klan Bangsawan Erezzea, dengan penilaian 92 A."

Selain Prima dan Danial yang menjadi sahabatnya, satu sahabatnya yang sama pintarnya dengan Galerna, yang berada di urutan ketiga dalam bakat sihir. Tara, rambut hitamnya selalu berantakan dan tidak pernah rapih, seakan dia seorang remaja pemalas yang tidak memperhatikan kebersihan dan kerapihan sendiri. Tara berjalan menuju podium, menerima plakat emas berkilau dan membungkukan badannya sebagai tanda terima kasih.

"Wanda Villiers. Klan Bangsawan Villiers, dengan penilaian 99 A."

Wanda, seorang gadis tinggi, berambut hitam panjang bergelombang dan tatapan mata lebih terlihat dewasa. Teman setimnya berjalan menuju podium, menerima plakat emas berkilau dari Mirza sebagai tanda penghargaan dan kembali lagi ke tempat duduk setelah membungkukan badannya sebagai tanda terima kasih. Sama halnya dengan Galerna yang terikat perjodohan dengan Hannah. Arsene di jodohkan dengan Wanda, mereka telah di tunangkan sejak usia sebelas tahun.

Upacara kelulusan siswa Akademik Sihir telah sampai di penghujung akhir acara. Mirza membuka sambutan kepada para tammu dan siswa Akademik Sihir Touliora.

"Saya ucapkan selamat kepada murid Akademik Sihir Touliora, atas prestasi kalian, bakat sihir kalian dan lulus dengan hasil yang memuaskan." Para tamu undangan dan murid akademik bertepuk tangan, tepuk tangan yang meriah menggema di aula besar selama lima menit, kemudian hening kembali.

"Sekali lagi saya ucapkan selamat dan, upacara kelulusan murid Akademik Sihir Touliora resmi di tutup." Seluruh aula riu dengan tepuk tangan yang saling bergema di aula. Upacara kelulusan murid Akademik Sihir Touliora telah usai. Para pelayan Akademik Sihir di sudut aula, menggenggam Wand Magisa, melambaikannya dengan sekali lambaian, ratusan kursi hilang dan di gantikan dengan meja bundar berhiaskan taplak kuning keemasan mewah nan berkilau di berbagai sudut ruangan, dengan jamuan-jamuan kecil memenuhi meja.

Ayahnya mengajak Galerna menemui calon istrinya. Hannah bersama dengan ke dua orang tuanya. Raja Harris Devarou Sherawali dari Phasiarova, di perlihatkan mengenakan kemeja merah cerah yang di lapisi jubah dengan gambaran awan mega mendung. Begitu rupawanseorang Raja, berambut panjang sebahu dan mahkota perak berhias permata merah indah tersemat di kepala sang Raja Phasiarova. Raja yang memiliki wajah rupawan dan tampan, bersanding pula dengan seorang Ratu Phasiarova. Ratu Helena yang cantik, kecantikannya di wariskan kepada putri tunggalnya. Rambut hitam sang Ratu di sanggul meninggi dan tiara dengan warna yang sama di kenakan Raja Harris, memperlihatkan bagaimana Raja dan Ratu Phasiarova begitu serasi, bahkan busana gaun yang di kenakan Ratu Helena begitu anggun dan terkesan elegan, memperlihatkan bagaimana Ratu Helena begitu kuat.

"Raja Harris, Ratu Helena," sapa Henry.

"Raja Henry, apa kabar?" sapa ramah Harris.

"Tentu, baik. Raja Harris."

"Dan... ini, Pangeran Muda Galerna, calon menantu kami," sapa Harris tersenyum ramah pada Galerna yang membalas senyum ramah Raja Harris. Galerna membungkukan badannya, memberi hormat pada Raja Phasiarova.

"Tidak menyangka, boca nakal dan manja sudah tumbuh menjadi remaja yang sifatnya menyerupai ibunya," celetuk Ratu Helena menyindir halus Galerna. Harris menatap istrinya sebal, karena ketidak sukaan Helena pada calon menantu mereka. "Oh, tentu saja, hanya sebuah aliansi. Saya menerima Galerna dengan senang hati sebagai calon menantu."

"Ratu Helena, apa kabar? Hari ini anda terlihat cantik, dan jika tutur kata anda baik, pastinya anda akan lebih cantik lagi," ujar Galerna menyindir balik.

Ratu Helena tertegun dengan sindiran balik dari Galerna yang terlihat halus, namun sama-sama memendam kebencian antara Ratu Helena dan Galerna. Lalu balas tertawa ringan yang di buat-buat. "Tentunya sifat saya memang selalu menyindir orang. Tetapi, saya tidak menyangka mendapat sindiran balik, bahkan dari calon menantu saya sendiri." Ratu Helena, Raja Harris, Hannah dan Henry, dan Galerna ikut tertawa ringan. Mencairkan suasana jamuan dua keluarga Kerajaan yang sedikit menegang dan kaku, karena peristiwa setahun yang lalu. Membuka lembaran baru lagi di antara dua Kerajaan yang mulai menjalin hubungan baik, bersama putra dan putri mereka yang di pasangkan.