Yooji dan Raymon saling berpandangan satu sama lain ketika mendapati Louisa yang sudah terlelap dalam posisi duduk. Kepala gadis itu bersandar di meja sementara kedua tangannya menggelantung. Persis seperti Kukang yang tidur di dahan pohon. Yooji sempat menoyor dahi Louisa dengan telunjuknya berkali-kali agar gadis itu bangun. Namun sia-sia, Louisa tak bergeming sedikitpun.
"Dia tidur atau mati, sih?" gerutu Yooji
"Dia masih bernafas, Yoo" sahut Raymon dengan tawa tertahan.
Yooji mendengus kesal. Ia pun beralih ke Americano Ice miliknya yang baru saja diantar oleh salah satu waiters ARMZ cafe. Sembari duduk di tepian meja, Yooji menyeruput minuman berwarna hitam kecoklatan hingga hanya tersisa setengahnya.
Raymon menyikut lengan Yooji, "Sudah berapa lama kau dekat dengan Louisa?"
"Dekat? Aku tidak tahu siapa namanya sampai kau menyebutkannya barusan." ujar Yooji datar
"Apa? Jadi kau baru bertemu dengannya hari ini?"
Anggukan Yooji menjadi jawaban dari pertanyaan Raymon.
"Come on, Bro. Setidaknya saling bertukar nama lah sebelum kau membawa anak gadis orang."
"Aku merasa tak perlu tahu siapa namanya. Tak penting."
"Sepertinya terlalu banyak mengonsumsi es membuat sikap dingin mu makin menjadi, Yoo." ejek Raymon dibalas dengan pengabaian dari Yooji.
Sebenarnya Yooji berniat membangunkan Louisa dengan cara yang jauh lebih ekstrem. Dengan membasahi pipi gembung gadis itu dengan beberapa tetes Ice Americano misalnya. Hanya saja wajah polos nan lelah Louisa mengusik rasa iba Yooji untuk kesekian kalinya hingga pria bermarga Min itu pun mengurungkan niatannya.
"Kalau dia tidak penting, lantas mengapa ada bersamamu sekarang?" tanya Raymon yang masih belum hilang rasa penasarannya.
"Apa aku harus memberitahunya padamu?"
Airmuka Raymon berubah masam. Meski begitu ia tak terlalu ambil hati. Yooji selalu memperlakukannya semenyebalkan itu selama bertahun-tahun mereka berteman. Jadi ia sudah terbiasa.
"Suruh pegawai mu untuk menitipkan kunci kafe padaku. Sepertinya aku terpaksa di sini sampai bocah pirang ceroboh ini sadar." kata Yooji tiba-tiba.
Raymon terhenyak. Rasa penasarannya makin menjadi lantaran ingin tahu alasan Yooji sampai-sampai temannya itu terkesan bertanggung jawab penuh atas keadaan Louisa saat ini.
"Jangan-jangan kau yang membuat kakinya cedera. Am i right, bad boy?" tebak Raymon.
PAKK
Yooji menepak kepala belakang Raymon pertanda tak setuju. Membuat Raymon sekali lagi mendesis ke arahnya sambil melempar pandangan sinis. Jika saja orang lain melihat pemandangan 2 lelaki ini, mereka mungkin akan menganggap kepribadian Yooji dan Raymon sebenarnya tertukar. Dengan kulit Yooji yang putih, tubuh tak terlalu tinggi dan tampang yang terbilang imut rasanya orang-orang akan kecewa saat tahu seberapa sinisnya sikap pemuda itu. Sementara tak ada yang menyangka terdapat keramahan dan kelembutan di balik tubuh kekar Raymon, kulit sedikit gelap dan garis wajah yang tegas itu.
"Kalau begitu kenapa juga kau terlihat sangat bertanggung jawab pada gadis asing ini?"
"Aku hanya menggagalkan niatan pria-pria mesum yang hendak menjadikan gadis bodoh ini sebagai makan malam." tambahnya.
Mendengar penjelasan Yooji, Raymon tersenyum simpul. Sahabatnya itu ternyata tak pernah kehilangan kebaikannya. Yooji hanyalah pria introvert yang kerap menyembunyikan rasa peduli di balik sikap acuhnya. Dan itu yang membuat Raymon bertahan dengan Yooji hingga saat ini.
Kemudian Raymon melirik Louisa yang terlelap sekali lagi. Entah kenapa wajah polos Louisa tiba-tiba membuat pria singel itu gemas.
"Jadi benar kau tidak ada hubungan apa-apa dengannya?"
"Begitulah" singkat Yooji.
"Kalau kujadikan dia makan malam ku bagaimana? Bukankah dia cantik dan manis? Badannya juga lumayan." Bisik Raymon dengan nada menggoda sambil menyandarkan dagu di bahu Yooji.
"Ray..." Panggil Yooji
"Hmm?"
"Adakah kata terakhir yang mau kau ucapkan sebelum aku mencabut nyawamu?" tanya Yooji dengan tatapan penuh intimidasi ke arah Raymon.
Killer mode yang diperlihatkan Yooji lantas membuat Raymon terbahak, "Hahahaha, Just kidding, bro. Calm down, ok?"
"Pulang sana! Aku bisa mengurusnya sendiri."
"Wah.. bisa-bisanya kau mengusirku dari kafe ku sendiri." Sahut Raymon sambil mendorong punggung Yooji.
Yooji tak merespon. Seolah memberi peringatan bahwa ia tak menerima negosiasi apapun.
"Baiklah, aku pergi. Bilang saja kau ingin memakannya sendiri."
"YAK! Kau sudah bosan hidup rupanya!" omel Yooji setengah berteriak.
Hampir saja Yooji menendang bokong Raymon. Beruntung bos nya itu memiliki reflek yang bagus sehingga bisa menghindari tendangan di waktu yang tepat. Raymon pun terkikik bangga merayakan keselamatan bokongnya.
Sebenarnya Raymon belum puas menggoda sahabatnya yang galak itu. Sebab Yooji terlihat lucu saat menutupi rasa pedulinya dengan wajah tak ramah. Hanya saja pekerjaan hari ini terlalu banyak dan cukup melelahkan. Raymon pun memutuskan untuk memilih pulang dan beristirahat ketimbang menganggu Yooji.
Usai kepergian Raymon, Yooji mengembalikan fokusnya pada Louisa. Posisi tidur gadis itu belum berubah. Masih terlihat seperti Kukang.
"Bagaimana bisa dia tidur dengan posisi seperti itu? Aku yang melihatnya saja pegal." Kata Yooji dalam hati sembari mengerutkan kening.
Pelan-pelan Yooji menggeser kursi di sebelah Louisa untuk disatukan dengan kursi gadis itu. Yooji lalu membuka jaketnya, menggulungnya untuk kemudian dijadikan sebagai bantalan kepala Louisa. Kemudian dengan hati-hati Yooji meletakkan jaketnya di bawah kepala Louisa. Selanjutnya Yooji menarik satu kursi lagi sebagai tempat kaki Louisa. Dan yang terakhir, ia mengambil mantel yang sudah dua hari ia titip di ruang ganti untuk menyelimuti tubuh Louisa.
"Baiklah, semoga tidurmu nyenyak, bocah." Ujar Yooji sembari menghela nafas lega.
Yooji membalikkan tubuhnya untuk beranjak dari tempat itu. Ia berencana tidur di ruang ganti karyawan. Namun, baru berjalan dua langkah tiba-tiba telinganya menangkap suara isakan.
"Mommy... Hiroya.. maafkan aku, hiks.. Jangan benci aku...Hiks.."
Yooji langsung berbalik untuk mengecek keadaan Louisa. Ia pikir gadis itu sudah sadar. Nyatanya Louisa hanya mengigau. Menangis dalam tidurnya.
"Have a bad dream, hah?" tanya Yooji sambil mengusap pelan airmata yang membasahi pipi Louisa dengan ibu jarinya.
SRET.
Mata Yooji membulat sempurna ketika tiba-tiba Louisa menarik dan memeluk tangannya. Kemudian gadis itu membalikkan tubuh sehingga posisi tangan Yooji kini melingkar di lehernya. Sebab itu Yooji terpaksa berlutut. Kini wajah Yooji tepat berada di belakang kepala Louisa. Begitu dekat hingga pemuda itu bisa merasakan aroma Citrus yang melekat pada rambut pirang Louisa. Posisi itu lantas membuat jantungnya berdetak tak karuan. Pipi pucat pria itu tiba-tiba berubah kemerahan.
🌸🌸🌸
BUGH
"Akhh... "
Dengan mata yang masih tertutup Yooji meringis kesakitan. Sesuatu yang berat menimpa tubuh pemuda yang tengah terlelap itu hingga membuatnya sesak. Ia juga merasa ada sesuatu menyentuh lehernya. Lembut, hangat dan membuat geli. Akhirnya, dalam kondisi setengah sadar, Yooji menggerakkan tangan menuju lehernya. Pemuda berkulit pucat itu mengerutkan kening ketika jemarinya menyentuh sesuatu seperti rambut.
"Seperti kepala orang." gumam Yooji dalam hati, "HAH, KEPALA ORANG?"
Mata sipit Yooji yang semula terpejam kini terbuka selebar-lebarnya. Kesehatan jantungnya benar-benar teruji hari ini. Bagaimana tidak? Saat ini tubuh Louisa tepat berada di atas tubuhnya. Dan ternyata sesuatu yang menyentuh leher Yooji itu adalah bibir Louisa. Hembusan nafas Louisa yang terasa di sana membuat kedua pipi Yoongi memanas. Posisi ini membuatnya malu setengah mati.
Dengan hati-hati Yooji berusaha menyingkirkan tubuh Louisa. Niatnya jangan sampai gadis itu terbangun sebelum Yooji berhasil melepaskan diri. Namun, ketika Yooji menyentuh bahu Louisa dengan kedua tangannya, tiba-tiba...
"Eughh..." sambil melenguh Louisa perlahan membuka kedua matanya dan..
"YAAAAKKK, APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?" teriak Louisa kaget.
Gadis itu reflek melemparkan tubuhnya ke belakang. Dengan kedua tangan yang tersilang di dada, Louisa menatap Yooji penuh rasa curiga.
"Apa-apaan ekspresimu itu? Jelas-jelas kau yang menindih ku duluan, bocah mesum." tegas Yooji sambil berdiri dan merapikan bajunya yang berantakan.
"MA.. MANA MUNGKIN!! KAU PASTI MEMBIUS KU SEHINGGA TANPA SADAR AKU MELAKUKAN ITU PADAMU. YA, PASTI BEGITU KAN?" tuduh Louisa
"KAU PASTI SUDAH BERBUAT MACAM-MACAM PADAKU. DASAR BRENGSEK!"
PRAK.. PRAK .. PRAKK
Louisa melempari Yooji dengan benda apapun ya ia temui di dekatnya. Sendok, garpu, kotak tissue dan sumpit.
"Hei.. hei.. kau salah paham, bocah!" seru Yooji sambil menghalau lemparan-lemparan agar tak mengenai kepalanya.
Louisa tak peduli. Rasa tak aman membuatnya hilang kendali dan merasa perlu melindungi diri. Bahkan tanpa ragu ia melemparkan vas bunga yang terbuat dari kaca ke arah Yooji. Beruntung Yooji sigap. dengan cepat tangannya menangkap Vas itu, kemudian...
PRANG!!
Suara keras pecahan kaca membuat Louisa tersentak. Mulutnya yang sedari tadi menyumpah seketika kelu ketika Yooji membanting vas bunga itu hingga hancur berkeping-keping setelah beradu dengan kerasnya lantai. Apalagi, setelah itu Yooji menyerangnya dengan tatapan tajam. Seolah ingin menghabisinya saat itu juga.
"Pergilah dan sebelum aku membalas perbuatan kasar mu padaku." ujar Yooji dingin "Harusnya kubiarkan saja kau jadi makan malam pria-pria hidung belang. Sialan!"
Yooji kemudian meninggalkannya dan beranjak menuju taman kafe dengan langkah berisik.
BRAK!!
Tak lupa Yooji membanting keras pintu saat menutupnya. Alasannya agar Louisa tahu seberapa besar amarahnya yang disebabkan oleh perlakuan Louisa barusan.
Awalnya Louisa tak mengerti mengapa Yooji bisa semarah itu. Bukankah seharusnya Louisa yang jauh lebih marah karena merasa dirinya adalah korban. Namun, beberapa detik kemudian Louisa akhirnya menyadari alasan di balik amarah Yooji itu. Tepatnya setelah ia memeriksa seluruh tubuhnya dan tak menemukan satupun 'bukti' yang memperkuat tuduhannya.
"Bagaimana kau bisa seceroboh ini, Louisa? Dasar bodoh!" Sambil memukul-mukul kepalanya, Louisa tak berhenti memaki dirinya sendiri.
🌸🌸🌸
Louisa menghampiri Yooji yang tengah duduk di bangku taman dengan asap mengepul di sekelilingnya. Dari situ Louisa akhirnya tahu jika Yooji adalah perokok. Takut-takut Louisa ikut duduk di bangku yang sama. Wajahnya langsung terkepung asap hingga ia harus mengibaskan tangan dan menutup hidungnya agar tidak menghirup asap tersebut. Saat itu Louisa sudah bersiap jika saja Yooji akan mengusirnya. Wajar saja karena pertolongan Yooji dibalas dengan tuduhan tindakan pelecehan. Sudah pasti Yooji menganggapnya seseorang yang tak tahu diuntung. Namun, nyatanya Yooji tak langsung mengusirnya. Ia bertindak seolah ia tak sadar akan keberadaan Louisa.
"Maaf, Yooji-ssi. A.. aku bersalah. A..aku ceroboh... A.. aku bo.."
PUFFH
Kalimat Louisa terpotong saat Yooji menyemburkan asap tepat ke wajahnya, hingga membuatnya terbatuk-batuk dengan serangan tiba-tiba itu.
"Kau bodoh, tidak tahu balas budi, menyebalkan, merepotkan, pembawa sial... Apalagi ya? sepertinya semua julukan buruk cocok untukmu, Nona pirang." potong Yooji sinis.
Louisa tak bisa melawan. Tepatnya tak pantas melawan. Karena kesalahan memang terletak padanya. Meski sebenarnya kesal ketika Yooji menyebutnya sebagai pembawa sial.
"Kenapa masih di sini? Bukankah aku sudah mengusirmu tadi?"
"A.. aku.. "
"Akh... kau kan bodoh, ya. Pantas tidak paham." potong Yooji sembari berdecik.
Tak berniat menanggapi lebih, Louisa akhirnya meraih sesuatu dari dalam saku jaket Hoodie nya, Kemudian meletakkan benda tersebut di sisi Yooji.
"A-aku pergi. Maaf telah merepotkan mu dan terima kasih, Yooji-ssi."
Setelah menunduk ke arah Yooji, Louisa langsung berbalik dan meninggalkan tempat itu dengan langkah tertatih sebab cedera yang belum membaik. Setelah Louisa menghilang dari pandangannya, Yooji langsung meraih benda berupa amplop yang diletakkan Louisa tadi untuknya.
"Apa ini? Jangan-jangan isinya uang ganti rugi. Memangnya aku terlihat seperti pria miskin? Dan apa dia pikir uang ganti rugi setara dengan sakit hatiku?" batin Yooji sembari menebak-nebak apa isi amplop itu.
Ingin tahu apakah tebakannya benar atau tidak, Yooji segera membuka amplop itu dengan merobek salah satu sisinya. Tak ia dapati selembar uang pun. Yang ada hanyalah selembar kertas, mungkin surat, dan sebuah pick gitar berwarna putih tulang. Jujur, ini membuat Yooji heran. Yooji tahu Louisa memberinya sebagai ungkapan penyesalan. Namun yang membuat Yooji penasaran, mengapa harus pick gitar yang menjadi pilihannya? Yooji pun memutuskan untuk membaca surat dari Louisa. Ketika Yooji membuka lipatan surat itu, terdapat pesan cukup panjang tertulis di sana.
"Ya ampun, ini surat atau cerpen? Apa dia bermaksud membuatku sakit mata?" keluh Yooji
Meski begitu ia tak mengurungkan niat untuk membacanya.
✉️
Yooji-sii ...
Maaf telah berpikir yang tidak-tidak tentang kau. Kuakui aku ceroboh. Perasaan asing dengan kota yang ku datangi seorang diri ini membuatku mudah curiga. Terlebih posisi kita tadi cukup membuat salah paham. Aku baru sadar kebenarannya saat memeriksa tubuhku. Padahal kau sudah menyelamatkanku, bahkan membuat perutku kenyang dan memberiku tempat bermalam yang nyaman. Seharusnya aku percaya saat kau mengatakan bahwa aku yang menindih mu duluan. Semoga tak ada bagian tubuhmu yang terluka saat itu terjadi.
Maaf karena aku tak bisa membalas dengan pantas kebaikanmu. Hanya pick gitar itu yang bisa kuberikan sebagai ungkapan penyesalanku. Meskipun sederhana tapi itu cukup berharga karena aku mendapatkannya setelah mengikuti kompetisi gitar akustik tingkat SMA beberapa bulan lalu.
Ternyata kau juga seorang gitaris. Aku tahu dari salah satu foto saat kau tampil yang terpampang di dinding kafe. Aku punya beberapa pick gitar dan kurasa ini yang paling cocok untukmu. Pick ini terbuat dari material tortex. Permukaannya kesat dan tidak licin. Cocok untuk tanganmu yang banyak berkeringat (Aku tahu ini ketika kau memegang tanganku). Makanya, kupikir ini mungkin cocok untukmu.
By the way, penampilanmu semalam juga sangat keren. Kuharap kau mau memaafkanku karena aku tak ingin menonton penampilanmu dengan sembunyi-sembunyi.
Ini nomor ponselku. (356-3829)
Siapa tahu kau masih mau menagih balas budiku.
FROM : Louisa Manoban - Gadis yang kabur dari rumah✌
✉️
Usai membaca itu, Yooji memutuskan untuk menyusul Louisa. Gadis itu memberikan sebuah alasan sederhana untuk mengubah keputusan Yooji yang semula tak ingin peduli lagi.
🌸🌸🌸
YOOJI POV
Apa ada yang salah dengan otakku? Mengapa aku tidak bisa mengabaikan gadis pirang itu? Padahal sikap cerobohnya merepotkan dan sangat membuatku jengkel. Pasti karena aku memang seorang pria yang baik kan? Kau memang seorang yang penuh belas kasih, Yooji. Pasti karena itu juga. Rasanya tak mungkin jika hatiku melunak hanya karena sebuah pick gitar.
YOOJI POV END
🌸🌸🌸
TIIN.. TIIIN
"YAKK!" Teriak Louisa sembari menutup telinga ketika suara klakson membuatnya terkejut.
Reflek ia menengok ke belakang di mana suara itu berasal. Sempat ia memicing dan mengusak matanya berkali-kali sebab tak percaya dengan apa yang ia lihat. Yooji muncul di hadapannya sambil mengendarai mobil pick up berwarna hitam.
"Yo.. Yooji-ssi?"
Pemuda berkulit pucat itu kemudian menghentikan mobilnya dan turun. Tanpa banyak kata Yooji mengambil koper Louisa dan menaikkannya ke bak mobil.
"Ap.. apa yang kau lakukan?" tanya Louisa bingung.
"Menurutmu?" singkat Yooji datar sementara tangannya sibuk mengatur posisi koper-koper tersebut.
Setelah beberapa kali mendapat perlakuan yang sama dari Yooji, Louisa akhirnya paham. Ia yakin jika Yooji hendak memberikan bantuan lagi. Hanya saja pria itu lebih suka langsung beraksi ketimbang menyampaikan niatannya secara lisan.
"Kau tak perlu membantuku lagi, Yooji-ssi. Aku sudah terlalu banyak menyusahkan mu." ujar Louisa sembari menunduk malu.
Jika ditanya bagaimana suasana hati Louisa saat ini, gadis itu senang bukan main. Namun, sebisa mungkin ia menyembunyikan wajah berserinya. Yooji yang terkesan dingin berhasil menghangatkan hatinya.
"Belikan aku sarapan. Tempatnya aku yang pilih. Siapkan saja dompetmu, bocah." kata Yooji sambil beranjak masuk ke mobil.
"Hah?"
Sepersekian detik kalimat Yooji merusak senyum yang Louisa sembunyikan.
"Cepat naik!" perintah Yooji dari dalam mobil
Entah kenapa Louisa menurut. Ia pun berjalan perlahan dan membuka pintu mobil bangku penumpang. Tepatnya di sebelah kiri Yooji.
"Siapa bilang kau boleh duduk di depan? Duduk di bak belakang bersama barang-barangmu!"
"What???"
Sepertinya Louisa terlalu cepat terharu dengan pertolongan Yooji. Entah mengapa ini lebih seperti upaya pembalasan dendam.
🌸🌸🌸