LOUISA POV
Aku hanya bisa menelan ludah ketika seluruh pesanan Yooji sampai di atas meja. Terdapat Galbi (iga panggang), Kongnamul Bab (nasi dengan tauge), Spicy Seafood Salad, Oi Naengguk (sup mentimun dingin), Moo Saengchae (kimchi dari lobak yang diiris-iris), Seolleotang (sup tulang sapi yang berkuah kental), bibimbap juga Japchae. Apa dia sudah tidak makan selama sebulan? Bagaimana mungkin makanan sebanyak ini hanya disebut sebagai sarapan? Ini sama saja dengan sarapan, makan siang dan makan malam yang digabung menjadi satu. Aku yakin, Yooji sedang melancarkan balas dendamnya dengan cara membuatku bangkrut. Salah memang ketika aku berharap orang sedingin Yooji akan memberi maaf semudah itu.
"Kau tidak makan?" tanya Yooji dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Yooji-ssi... kau pikir aku bisa makan dengan tenang sementara aku tahu tabunganku yang sudah ku kumpulkan mati-matian akan segera terkuras seperempatnya hanya untuk sarapan hari ini? Terima kasih karena telah menghilangkan nafsu makan ku. Karena kau aku tak lagi bahagia melihat makanan sebanyak ini.
"A.. aku tidak lapar." jawabku beralasan
KRUUKKK
Sial... kenapa perutku tidak bisa diajak kerja sama. Bisa kulihat Yooji hampir menyemburkan makanannya karena menahan tawa setelah mendengar alarm kelaparan itu.
"Harusnya kau belajar jujur dari perutmu." sindir Yooji sambil mengelap mulutnya dari noda makanan, "Makanlah sebelum ku jejalkan secara paksa ke mulutmu." paksa Yooji dengan nada dingin.
"Apa kau selalu se-galak ini?"
"Aku tidak punya alasan untuk bersikap ramah dengan bocah nakal sepertimu."
"Mengapa terus memanggilku bocah nakal? Kau kan baru mengenalku. Jangan seenaknya menilai orang."
"Kau tidak berkaca, hah? Padahal kau duluan yang seenaknya menilai kalau aku galak."
"Kau tidak sadar kalau kau galak?"
"Kau juga tidak sadar kalau kau bocah nakal?"
"Sudahlah.. tidak baik banyak bicara ketika makan." Akhirnya aku menyerah dari perdebatan tak penting itu.
"Aku tidak akan bicara jika saja kau makan dari tadi, bocah."
Ku tahan diri untuk menyahuti ocehannya lagi. Nampaknya mengalah bukanlah bagian dari diri Yooji. Jika saja dia bukan orang yang menolongku, mungkin sudah ku lempar sendok ke wajahnya. Sikap keras kepalanya benar-benar membuatku gemas. Selain itu, perilaku Yooji juga kerap membuatku bingung. Di satu sisi ia sangat tidak ramah, tapi di sisi lain aku harus mengakui jika dia sebenarnya baik karena telah meluangkan waktu dan energi untuk menolongku.
"Sebenarnya kau mau kemana dengan barang-barang sebanyak itu?" Tanya Yooji.
"Idol University."
"Uhuk... uhuk"
Tiba-tiba Yooji tersedak. Wajah pucatnya memerah karena terus batuk-batuk. Apa ada yang salah dengan ucapanku atau karena dia memang tak berhati-hati saat makan?
"Mi..minumlah." ku hampiri Yooji sambil menyodorkan minuman milikku yang belum kusentuh sama sekali.
"Apa sih? Kau pikir aku tak bisa melakukannya sendiri?" Dengan cepat Yooji menepis tanganku dan beralih ke meraih gelas miliknya.
Iya juga. Dasar bodoh kau, Louisa. Mana mungkin dia mau minum dari gelas milikmu sementara ia memiliki gelasnya sendiri? Salah tingkah ku mundurkan tubuh dan kembali duduk di kursi ku.
"Untuk apa kau ke tempat sialan itu?" tanya Yooji lagi.
Wajahnya berubah muram. Bahkan sendok yang ia pegang terlihat sedikit bergetar. Ia pun menghentikan makannya seolah apa yang barusan ia membuatnya tak berselera. Aku tak mengerti mengapa responnya seperti itu. Hanya bisa menerka mungkin ia pernah mengalami sesuatu yang buruk dengan kampus baruku. Terlebih saat Yooji menyebutnya sebagai 'Tempat Sialan'. Jika bukan itu, lantas apa lagi?
"Tempat sialan? Aku tak mengerti maksudmu."
"Tak perlu mengerti. Aku hanya asal bicara."
"Oh.." kataku berpura-pura percaya dengan alasannya.
Nyatanya tidak. Pasti ada sesuatu di sana yang membuat Yooji merespon seperti itu. Tapi aku tak berniat mengetahuinya lebih jauh. Toh, bukan urusanku.
"A.. anu Yooji-ssi, sejujurnya 1 jam lagi upacara penyambutan mahasiswa baru akan segera dimulai. Aku tak ingin terlambat di hari pertamaku berkuliah di sana. Kuharap bisa sampai sebelum acara dimulai. Aku perlu mandi dan mempersiapkan hal-hal lainnya."
Sepanjang makan, mataku memang tak berhenti melirik jam yang tertera di layar ponsel. Khawatir aku lupa waktu dan melewatkan acara penting itu hanya demi menemani lelaki asing untuk sarapan. Meski sedikit takut saat menyampaikannya, tapi aku ingin Yooji tahu bahwa aku tak bisa berlama-lama.
Mendengar itu, Yooji kemudian menatap ke arahku. Kedua mata sipitnya menelisik ku dari ujung kepala hingga kaki. Benar-benar tidak nyaman diperlakukan seperti itu.
"Mandi? memangnya ada yang berubah jika kau melakukannya?" kata Yooji sinis, "Sebaiknya kau ganti saja pakaian usang mu dengan pakaian branded jika tidak ingin dianggap gembel oleh orang-orang di dalam sana."
Ya Tuhan, apa kau tengah melatih kesabaran ku lewat pria menyebalkan ini? Gara-gara perkataannya aku sampai mengecek wajahku berkali-kali di kamera ponsel. Meski pakaian bukan barang bermerk, aku yakin diriku tak sekumal itu hingga ia pantas menyebutku seperti gembel. Pasti seumur hidupnya, Yooji tak pernah berpacaran. Wanita mana juga yang akan tahan dengan sifat kasarnya?
"Kita pergi dari sini setelah aku kembali dari toilet." tegas Yooji sebelum beranjak menuju toilet.
Kesal ketika kudapati masih banyak makanan tersisa di atas meja. Untuk apa Yooji memesan makanan sebanyak ini jika tak berniat menghabiskannya? Padahal untuk membayar semua ini aku perlu menabung dari bekerja sambilan selama bertahun-tahun. Akhirnya ku pinta pelayan untuk membungkus makanan yang masih tersisa. Lumayan untuk makan siang dan malam ku nanti.
Selanjutnya aku beranjak ke kasir bermaksud membayar semua makanan itu. Namun, tiba-tiba Yooji datang dan menepis uang yang hendak ku serahkan ke penjaga kasir.
"Minggir." perintah Yooji.
"Kau mau apa?"
"Tentu saja membayar makanannya."
"Bukankah kau minta aku yang mentraktir?" tanyaku bingung.
Yooji kemudian melirik ke tanganku yang memegang bungkusan berisi makanan sisa tadi.
"Tidak ada yang membungkus makanan sisa kecuali orang miskin. Dan aku paling anti menyusahkan orang miskin. Tunggulah di mobil." kata Yooji sambil mengeluarkan kartu debitnya.
Jujur hatiku sakit mendengar hinaan itu. Terlebih saat si penjaga kasir juga menatapku dengan pandangan iba. Namun lagi-lagi aku tak bisa membalasnya karena alasan hutang budi. Mungkin wajahku saat ini berubah merah padam lantaran amarah yang ku tahan. Sembari menunduk malu, aku pun berjalan ke arah pintu keluar.
"Tunggu." tahan Yooji.
Kubalikkan paksa tubuhku, "Kenapa?"
"Kali ini duduklah di depan. Jangan lupa oleskan lukamu dengan minyak yang ada di atas dashboard. Aku biasa menggunakannya saat terkilir. Efeknya lumayan."
Yooji-ssi... bisakah kau bersikap tidak setengah-setengah? Kalau mau jahat, jahatlah sekalian. Begitupun sebaliknya. Mengapa harus sesaat kau membuatku kesal lalu sesaat kemudian membuatku tersentuh. Sampai-sampai aku bingung antara harus bersyukur atau merasa sial setelah bertemu denganmu. Atau kau memang hobi mempermainkan perasaan orang lain?
LOUISA POV END
🌸🌸🌸
YOOJI POV
Idol University. Nama yang jelas-jelas ingin ku lupakan. Rasanya muak kembali mendengar nama itu disebut. Padahal aku sudah bersumpah takkan pernah menginjakkan kaki ke tempat sialan itu lagi. Tapi sekarang sikap sok pahlawanku justru memaksaku kembali ke sana.
Apa aku batalkan saja? Tapi itu akan terdengar seperti menjilat ludah sendiri. Atau sebaiknya kusuruh dia naik taksi? Tidak...tidak... siapa yang bisa menjamin jika supir taksi itu akan membawanya ke tempat tujuan? Terlebih jika supir itu tahu bocah ini sedang cedera. Bisa-bisa ia memanfaatkannya untuk berbuat macam-macam.
Aaargghh... kenapa aku jadi aneh begini hanya karena gadis yang kabur dari rumah? Kenapa juga aku harus mengkhawatirkannya? Padahal dia bukan tanggung jawabku. Mengapa aku tak bisa mengabaikannya begitu saja? Semua ini gara-gara wajah itu... karena wajahnya terlihat menyedihkan dan berhasil membuatku iba. Baiklah, sekali ini saja. Usahakan jangan sampai bertemu dengan orang itu.
YOOJI POV END
🌸🌸🌸
Idol University. Sebuah Universitas Seni yang banyak menghasilkan idol-idol terkenal dan sukses. Mulai dari penyanyi, aktor dan aktris, musisi dan seniman lainnya. Kampus ini kuga bekerja sama dengan managemen terkenal seperti BRING HIT ENT, MS ENT, GY ENT dan PYJ ENT.
Bukan hal mudah untuk menjadi bagian dari kampus tersebut. Selain pintar juga harus kaya raya karena biaya masuknya yang setara dengan sebuah apartemen. Hanya 5% bangku yang disediakan untuk mahasiswa kalangan menengah ke bawah lewat jalur beasiswa. Itu pun tahapannya sangat banyak.
Salah satu dari penerima beasiswa itu adalah Louisa. Ia pantas berbangga karena berhasil menjadi bagian dari 5% tersebut hanya dengan satu kali mencoba. Ya, dibalik kemiskinannya Louisa dikaruniai bakat seni yang luar biasa. Baginya, ini kesempatan satu-satunya agar ia bisa mewujudkan mimpi menjadi seorang Idol.
Mobil yang ditumpangi Louisa kini sudah tiba di kampus impiannya itu. Yooji menepikannya agak jauh dari pintu gerbang. Hati-hati Louisa turun sebab kakinya masih terasa sakit. Semula ia hendak menurunkan barang-barangnya yang berada di bak mobil namun dilarang Yooji. Akhirnya pria itu yang menurunkan barang-barang miliknya. Sambil tersenyum puas, Louisa menatap gedung Idol University. Masih tak percaya jika akhirnya ia benar-benar bisa berkuliah di sana. Kampus mewah dan modern yang menjadi incaran seluruh calon mahasiswa di Korea.
"Sampai sini saja Yooji-sshi."
"Cih, siapa juga yang mau mengantarmu sampai ke dalam?" sambil menyerahkan koper Louisa lagi-lagi Yooji membalas dengan dingin.
"Yooji-ssi, kau ini makhluk es dari antartika ya? Aku bisa mati beku hanya karena mendengar kata-katamu" Nyinyir Lalisa
"Berhati-hatilah, bocah. Di dalam sana banyak orang yang jauh lebih menyebalkan dibanding diriku. Anggap saja aku sebagai latihan pertamamu." Ujar Yooji sambil menyentil dahi Louisa dengan jari tengahnya.
Yooji kemudian memasuki mobilnya.
"Terima kasih banyak, Yooji-ssi" seru Louisa sambil melambaikan tangan dan berusaha tersenyum.
"Jangan sampai bertemu lagi, bocah!" jawab Yooji.
Bibir Louisa kembali mengerucut ketika diperpisahan mereka, Yooji masih bertahan dengan sikap tak ramahnya.
"Siapa juga yang ingin bertemu lagi? Dasar besar kepala!" maki Louisa dalam hati.
"Yooji!"
Tiba-tiba suara pria meneriakkan nama Yooji terdengar dari arah belakang Loisa. Namun Yooji tak menyadari teriakan itu dan dengan cepat mobilnya meninggalkan Idol University.
Sementara Louisa menengok ke si pemilik suara. Di belakangnya berdiri seorang pria tinggi berambut coklat. Cara berpakaiannya yang sangat berkelas membuat wajah tampannya semakin bersinar. Melihat dari gayanya, Louisa bisa tahu jika pria itu jauh lebih tua darinya. Mata pria itu menatap nanar ke depan seakan kecewa karena membuat Yooji menghentikan mobilnya.
"Anda mengenal Yooji?" tanya Louisa penasaran.
"Jadi benar itu Yooji? kupikir hanya halusinasi ku saja." gumam pria itu sedikit tak percaya namun dapat di dengar oleh Louisa.
"Apa yang kau lakukan di sini? dan apakah ini barang-barangmu?" tanya pria itu sambil mengalihkan pandangannya ke Louisa
"Saya mahasiswa tahun ajaran ini, Tuan. Seharusnya saya tiba di asrama kemarin malam. Tapi di perjalanan saya mendapat masalah sehingga baru tiba pagi ini." jelas Louisa
".. dan sepertinya sekarang aku harus segera ke dalam karena acara penyambutan mahasiswa baru akan dimulai 30 menit lagi. Aku perlu bersiap." lanjut Louisa sambil memperlihatkan arlojinya yang menunjukkan pukul 8.30 Am.
"Tunggu, biar kuantar kau dengan mobilku, Nona." tawar pria berambut coklat itu, "Kebetulan aku bekerja di sana dan mobilku kosong."
"Ti.. tidak perlu. Saya bisa sendiri, Tuan." tolak Louisa.
Bukan tak mau, hanya saja kejadian semalam membuatnya mudah curiga pada orang asing.
"Terserah kau saja. Yang pasti akan memakan banyak waktu jika kau membawa barang-barang sebanyak itu dengan berjalan kaki. Letak asrama cukup jauh yaitu di bagian belakang kampus."
Mendengar itu Louisa menarik penolakannya. Yang menjadi prioritas utama saat ini adalah kakinya yang cedera. Ia tak mungkin memperparah kondisi kakinya dengan bersikap keras kepala. Bagaimana ia bisa menari dengan benar jika kakinya terluka?
"Baiklah, mohon bantuannya, Tuan." Jawab Louisa akhirnya.
Pria berambut coklat itu langsung menaruh barang-barang Louisa di dalam bagasi. Sebagian di letakkan di bangku penumpang karena tidak muat.
"Sepertinya kakimu tidak baik-baik saja, Nona. Apakah aku benar?" tanya pria itu.
Louisa mengangguk malu.
"Bagaimana jadinya jika kau tetap menolakku tadi? Kaki itu penting, Nona."
Louisa hanya membalas itu dengan senyuman salah tingkah.
🌸🌸🌸
Louisa berjalan dengan canggung ke arah auditorium Idol University yang sudah dipenuhi oleh ratusan mahasiswa dan mahasiswi baru. Beberapa sudah membentuk kelompok pertemanan sambil sibuk berfoto dan mengobrol.
Hampir semua orang di ruangan itu memakai pakaian dan aksesoris branded seperti kata Yooji. Suatu hal yang wajar karena Idol University memang tempat berkumpulnya anak-anak dari kalangan artis, elit politik dan pengusaha kaya raya. Sejak awal Louisa tahu dia akan masuk ke dunia yang berbeda dengan yang ia jalani sebelumnya. Namun ia tak patah arang, karena tujuannya ke tempat ini adalah untuk memamerkan bakatnya, bukan harta benda seperti yang ditunjukkan sebagian besar dari mereka saat ini.
Berbeda dengan yang lainnya, Louisa hanya mengenakan jaket hoodie dan celana jeans bermerk tak jelas. Louisa tak peduli selama itu membuatnya nyaman dan cocok dengan gayanya. Beberapa orang memandangnya dengan aneh sambil berbisik satu sama lain dan terkikik.
"Apa-apaan pakaiannya itu, hahahah" celetuk salah satu mahasiswi, "Sudah jelas dia anak beasiswa." Lanjutnya sambil tersenyum remeh ke arah Louisa
"Harusnya aku pakai warna hitam saja." Sesal Louisa yang memilih hoodie kuning untuk ia kenakan di hari pertamanya itu.
Sebisa mungkin Louisa mengabaikan reaksi orang-orang di sekitarnya. Menulikan telinga dari bisikan hinaan. Ia sibukkan dirinya berkeliling mencari kursi kosong untuk ia duduki. Dan kursi pojok belakang menjadi pilihannya. Sembari memainkan jari-jarinya, Louisa berharap ada hal lain yang mampu mengalihkan perhatian orang lain sehingga ia bisa terlepas dari pandangan sinis orang-orang yang mengganggunya itu.
Tak berapa lama, harapan Louisa terwujud. Kedatangan dua orang mahasiswa dari pintu masuk auditorium membuat mata orang-orang tadi beralih. Mereka adalah Kim Velix (20 th) dan Park Jemmy (20 th). Di antara keduanya, Kim Velix lah yang paling menarik perhatian. Dia adalah anak dari CEO Bring Hit Entertainment, salah satu label nomor satu di Korea. Kim Velix bahkan sudah debut berdua dengan Jemmy sebagai idol group bernama DNA di usia 17 tahun. Tanpa masuk ke Idol University pun sebenarnya dia sudah menjadi Idol yang sangat terkenal.
"Woah, itu Velix kan? Apakah dia juga mahasiswa baru di sini?"
"Kudengar begitu. Kita satu angkatan dengan dia."
"Ya ampun, apakah dia blasteran surga? wajahnya benar-benar tampan."
"Tuan muda BRING HIT memang beda ya."
Kira-kira begitulah mulut-mulut para gadis membicarakan Velix. Selalu tentang wajah, kekayaan dan ketenarannya. Sementara air muka para mahasiswa menyiratkan ketidaknyamanan dan iri di waktu yang bersamaan.
"Hei Vel, semua mata gadis tertuju padamu." Bisik Jemmy.
"Apa perlu kau mengatakan hal yang sudah biasa terjadi, hah?" Jawab Velix santai sambil menekan bagian belakang leher Jemmy dengan jari-jarinya.
Jimin mengusir jari-jari nakal Velix sembari berdecik, "Ckk, Kau memang pantas sombong tuan tampan"
"Kau lihat saja.. sebentar lagi mata-mata para gadis itu keluar setelah tahu kalau nilai ujian masukku adalah yang tertinggi. Kim Velix, pemuda tampan, kaya dan genius" lanjut Taehyung dengan seriangaian ciri khas nya.
Jemmy membalas dengan mengacak-acak rambut Velix. Hanya Jemmy satu-satunya yang berani dan diperbolehkan melakukan itu sebab Jemmy satu-satunya yang dianggap sahabat oleh Velix.
🌸🌸🌸
Acara penyambutan Mahasiswa baru Idol University akhirnya dimulai. Penuh perhatian, semua yang hadir mendengarkan sambutan yang disampaikan oleh Rektor kampus itu.
"Bukan hal mudah untuk banyak orang masuk ke sini. Kalian adalah orang-orang pilihan. Tetaplah jadi yang utama, jika tidak maka kursi kalian akan digantikan oleh yang lain." Ujar Sang Rektor disambut tepuk tangan riuh oleh semua yang hadir di situ, "Hari ini saya pun akan mengumumkan orang-orang yang mendapat nilai ujian masuk tertinggi. Atau biasa kita sebut sebagai TOP TEN IDOL"
Orang-orang kembali terdiam. Beberapa berharap namanya akan disebut. Menurut berita, 10 orang mahasiswa dengan nilai tertinggi akan mendapatkan perlakuan dan ruang belajar khusus. Sudah dipastikan kariernya di dunia entertain akan cerah jika mampu mempertahankan prestasi hingga hari kelulusan.
Jena yang merupakan sepupu Jemmy dan trainee dari PYJ diurutan ke-10. Posisi ke-7 dan 8 diisi oleh Sean dan Key, trainee yang berasal dari MS entertainment. Posisi 9, 6, dan 5 secara berurut di isi oleh traine asal YG entertainment yaitu : Jossie, Jeane dan Risa. Sementara Jemmy berhasil menduduki peringkat 4.
"Peringkat ke-3. Jeon Justin." sebut Sang Rektor.
Tepuk tangan riuh kembali terdengar. Siapa tidak mengenal nama yang disebutkan barusan? Dia adalah Rookie of the year keluaran Bring Hit yang baru saja debut 1 tahun lalu.
Orang yang dimaksud berjalan dengan elegan ke podium sambil sesekali menyibakkan rambutnya dengan cool. Para gadis sibuk terpesona dengan ketampanan Justin. Apalagi ketika Justin iseng membuka setengah kancing kemejanya untuk memamerkan dada bidang miliknya. Otomatis, para Yoja makin histeris.
"Peringkat ke-2, Kim Velix"
Velix seketika shock ketika namanya disebut di urutan ke dua. Diselah tepuk tangan yang mereka layangkan, orang-orang pun sempat merasa heran karena mereka mengira Velix lah yang akan menduduki peringkat teratas.
"Cih, yang benar saja. Sialan!" maki Velix dalam hati.
Dengan wajah tak senang ia melangkah ke podium. Sementara Jemmy terlihat menahan tawa karena ekspresi kesal yang ditunjukkan sahabatnya itu. Baru kali ini seseorang berhasil menyingkirkan Velix dari kedudukan abadinya. Seumur hidup, ia selalu menjadi yang pertama dan selalu mendapat apa yang ia inginkan.
"Sekarang matamu yang seperti mau keluar, Vel" bisik Jemmy menggoda ketika Velix sudah sampai di podium.
"Shut up, cebol!" sahut Velix kesal.
"Aku penasaran, siapa orang yang mengambil posisiku" batin Velix kesal.
"Dan untuk peringkat pertama adalah .." Sang Rektor sempat menahan kalimatnya untuk membuat suasana semakin tegang, "Louisa Manoban"
Louisa yang duduk dipojokan terperanjat. Reflek ia berdiri sambil membuka mulutnya tak percaya. Ia tahu bahwa ia mendapatkan beasiswa karena prestasi. Tapi ia tidak pernah menyangka kalau nilainya adalah yang tertinggi di Idol University.
Dengan malu-malu Louisa maju ke podium. Diiringi pandangan tak percaya orang-orang yang barusan meremehkannya. Sementara itu mata Kim Velix terlihat tak ramah dan terus memandangi Louisa dari atas hingga bawah.
"Apa yang membuatku kalah dari gadis kampungan ini?!" Runtuk Velix sambil menyeringai kesal.
🌸🌸🌸
Acara penyambutan pun selesai. Louisa tak berhenti tersenyum. Seolah jalannya untuk menjadi idol semakin jelas dan terang. Tanpa ia sadari, Velix sudah berada di hadapannya. Menatap dengan penuh benci.
"Jangan senang dulu. Aku akan membalikkan keadaan segera." Bisik Velix tepat di samping telinga Louisa.
Reflek Louisa menjauhkan kepalanya. Belum sempat bertanya maksud kalimat Velix, lelaki itu keburu meninggalkannya. Namun telinga Louisa bisa menangkap nada ketidaksukaan yang keluar dari mulut Idol itu.
"Kau luar biasa karena menjadi satu-satunya gadis yang berhasil membuat perfect boy Kim Velix shock seperti itu, hahaha" Ujar seseorang dari belakang Louisa. Suara itu milik Justin yang dengan santai menaruh tangannya di pundak Louisa. Louisa yang tak nyaman dengan perlakuan itu lantas menepis tangan Justin dan menjaga jarak dari pemuda itu.
"Apa aku membuatmu kaget, Nona Manoban?"
"Siapa juga yang takkan kaget jika dirangkul oleh orang asing?" Tegas Louisa dengan wajah tak ramah.
"Apa aku terasa asing bagimu?"
Louisa mengerti maksud pemuda itu. Sudah pasti Louisa mengenal Idol baru yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan karena suara indah dan kemampuan dance yang luar biasa.
"Memangnya kenapa kalau kau itu Jeon Justin si rookie of the year? Bagiku kau tetap saja orang asing yang baru kukenal. Sebagai seorang idol harusnya kau menjaga sikapmu." kata Louisa ketus
"Lihat mata-mata iri gadis di sekelilingmu. Harusnya kau bersyukur bisa mengobrol denganku" jelas Justin percaya diri sambil berbisik dan kembali merangkul Louisa.
Gadis pirang itu tak lagi bisa menahan diri atas perlakuan Justin yang terbilang tak tak sopan. Sepertinya benar berita yang mengatakan bahwa Justin adalah seorang playboy. Dengan kesal Louisa menginjak salah satu kali Justin.
"Ouch" ringis Justin sambil menarik salah kakinya yang kesakitan.
"Kau yang harusnya bersyukur bisa mengobrol dengan Nomor 1 nya Idol University" balas Louisa angkuh.
Setelah memberi pelajaran, Louisa mengambil langkah seribu dan menghilang dari hadapan Justin. Sementara Justin berusaha menutupi rasa sakit di kakinya dari orang-orang yang memperhatikannya.
"Lumayan juga tenaga di nomor 1. Sungguh mainan yang menarik." Ujar Justin dalam hati.
Seketika pria bergigi kelinci itu menyeringai penuh arti.
🌸🌸🌸