Ku pandang dengan saksama pria itu. Dia tersenyum, saat aku melihatnya. Aku benar-benar tidak kenal siapa dia. Jika memang kolega bisnis atau orang-orang kakek. Pasti aku kenal, jika pun orang baru, tentu pertama kali yang ia lakukan pasti mengajak berkenalan.
Aku menarik kursi. Kembali duduk, mataku tak lepas untuk memindai wajahnya. Dia tetap dengan senyum tipis yang membuat hatiku hangat. Terkadang, senyum seperti itu membuatku menginginkan kasih sayang dari seorang ayah. Dan langsung saja, aku kembali kepikiran akan keberadaan Brett.
"Kamu pasti tidak kenal saya, tapi saya kenal kamu. Bahkan sejak kamu kecil" dia mulai membuka suara.
Aku mengerutkan kening, jika memang perkataan yang ia lontarkan benar adanya. Lalu mengapa aku tidak pernah mengenalnya sama sekali. Merasa kenal saja tidak, wajahnya sangat asing.
Dia lagi-lagi tersenyum, aku tak tahu mengapa.