"Jangan sedih bang. Nanti Pak Arman-nya ikut sedih di sana" ucap Aluna, dia menghibur Zaedan layaknya menghibur anak kecil. Tapi itu justru ampuh, Zaedan tertawa kecil mendengarnya.
"Kamu ini bisa saja.." Zaedan mencolek ujung hidung sang istri
"Beneran, jangan sedih"
"Iya-iya..." Zaedan menarik sang istri ke meja makan, "Bu Cici, masih ada makanan kan?" tanya Zaedan
"Masih tuan. Bahkan saya juga sudah memasak beberapa lauk untuk makan malam. Apa tuan dan nona ingin makan sekarang?"
"Boleh deh Bu, saya dan Aluna lapar lagi. Maklum tadi habis olahraga, iya nggak sayang" Zaedan mengedipkan matanya dengan genit. Dan itu ampuh membuat rona kemerahan di pipi istrinya.
Aluna memukul dada bidang suaminya dengan pelan dan manja. Tentu itu tidak akan membuat Zaedan merasa sakit. Ia justru tertawa dengan sikap malu dan manja dari Aluna.
"Malu atuh bang.." ucap Aluna cemberut