Ku lihat Bu Cici fokus memotong-motong sayur. Terasa sepi. Sejak aku keluar dari kamar sunyi. Jika dibandingkan dengan rumahku, tentu berbanding terbalik. Suasana pagi di rumah akan terasa seru. Terdengar Ambu yang sibuk dengan pekerjaannya di dapur di tambah suara ceramah di televisi. Program tayangan televisi yang selalu menjadi sarapan iman bagi keluargaku. Terlebih Ambu yang jarang salat di masjid.
Sedangkan Abah dan adik-adikku akan pergi ke masjid dan pulang pukul 6 pagi di waktu kerja. Jika waktu libur, bisa lebih lama lagi. Mereka akan mendengarkan ceramah seorang Ustadz. Pria itu sempat mencuri perhatianku, bahkan mampu mengalihkan pikiran ini tentang dia yang selalu ku tunggu. Ustadz Raihan, Masya Allah. Setiap kali mendengar beliau ceramah, hatiku pasti tersentuh.