Aku diam di kamar. Ku amati dengan teliti setiap sisi ruangan ini. Masih sama, tidak ada yang berubah. Bahkan beberapa barang tetap berada di tempat, sama seperti terakhir kali aku meninggalkannya.
Awalnya aku ragu untuk masuk ke dalam. Namun aku tak punya pilihan lain sebab bang Zaedan menarik paksa lenganku. Kenangan malam itu kembali berputar-putar. Tapi sekarang terasa berbeda. Meski masih ada rasa sakit, tapi tidak separah dulu. Mungkin karena hatiku mulai mencoba ikhlas.
Deretan mini dress masih tersimpan di lemari. Aku memang tidak membawa baju satu pun dari Bandung. Aku mematut diri di cermin. Tiba-tiba mataku menatap bekas merah di lengan. Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala.
***
"Bang..." aku mencoba lepas dari genggaman yang super kuat. Cengkeraman ini sangat kuat, bahkan jika ditambah beberapa atm saja. Tulangku dipastikan remuk seketika.
