Ini waktu yang aku tunggu sejak tadi. Berdua bersama istriku, kami saling tatap. Jantungku seperti biasa, berdetak lebih cepat manakala melihat senyum pamungkas milik Aluna. Satu lagi yang ingin aku pastikan, senyum itu sekarang milikku, hanya milikku.
Aku harus menuntaskan semuanya, mencoba mencari jawaban. Rasa penasaran harus segera musnah dalam pikiran.
"Al.."
"Iya kang"
Ku raih tangan mungilnya, ku genggam erat. Hidungku menarik satu tarikan nafas yang panjang. Ku tatap lagi wajahnya sebelum melanjutkan apa yang ingin aku ucapkan.
"Akang ingin bertanya"
"Ya silakan" Aluna tak membalas genggaman tangan yang aku berikan. Tapi itu tak menjadi masalah, mungkin ia masih canggung.
"Tolong jawab yang jujur pertanyaan akang, mengapa kamu bisa memaafkan akang secepat ini?"
Tidak ada respons dari Aluna. Ku coba untuk berbicara lagi.