Wajah itu tampak damai, bulu mata yang panjang sesekali bergerak. Entah berapa ratus detik sudah ku habiskan hanya untuk memandangi wajahnya. Namun tak secuil pun rasa bosan hadir. Bibirnya, hidungnya, semua komponen di wajah tampannya tertata dengan indah.
Embusan angin setia menemani, mataku enggan menutup. Sampai detik ini wajah di depanku masih menarik perhatian. Hati memang tidak bisa dibohongi, dia akan menang melawan logika. Malam semakin larut, ku putuskan untuk ikut lelaki di sampingku, menelusuri dunia mimpi.
Aku tidur menyamping, menghadap tubuh lebar yang tidur terlentang. Nafasnya terdengar sangat teratur, damai, itulah yang aku rasakan saat ini.
"Ya Allah, jika dia yang berada di sampingku saat ini adalah jodohku, maka buat hati ini ikhlas menerimanya. Menerima kekurangan dan kelebihan yang ia miliki" Aluna berbicara pelan, matanya tak lekang memandang wajah suaminya. Mungkin orang lain akan mengira dirinya labil, layaknya remaja yang baru saja mengenal cinta.