Aku terbangun dari tidurku, ku edarkan pandangan refleks mengamati situasi sekitar. Suasana sunyi, hanya hening malam yang dapat kurasakan. Ku hilangkan keringat yang membasahi dahi dan leher, terasa dingin seperti air di pagi hari.
Jantungku masih memompa kencang, sebisa mungkin aku membuatnya normal kembali. Mataku melihat benda pipih yang sudah tak kuhiraukan sejak beberapa jam yang lalu. Fokusku seakan tak bisa teralihkan, benda pipih itu seperti terpatri menjadi sebuah magnet dan diriku sebagai benda yang terbuat dari besi.
Kuambil nafas dalam-dalam, lalu kuhembuskan secara perlahan. Berusaha membuat diri ini lebih tenang dan menghilangkan efek dari mimpi yang baru saja datang menghampiri.
Lagi, netraku tertarik ke arah ponsel. Aku menimbang-nimbang, mencoba membuat keputusan. Saat ini logika dan hati berjalan pada jalur masing-masing, mengapa mereka selalu menciptakan sifat kohesi sehingga tampak seperti bermusuhan.