Pagi menjelang, selalu ada harapan untuk mengawali segala aktivitas. Semua orang pastinya ingin suasana pagi selaras dengan suasana hati. Semua orang ingin hangatnya mentari pagi sama seperti hangatnya perasaan di dalam hati. Tapi tidak semua orang bisa mendapatkan hal yang demikian, beberapa orang justru tak ingin adanya pagi menjelang. Hal itu karena akan membuat mereka harus kembali menghadapi sebuah kenyataan.
Begitulah yang dirasakan oleh tuan muda keluarga Akbara. Lelaki bermata hazel bangun dengan perasaan yang tak karuan. Sesekali jemarinya yang panjang mengelus pelan sisi kasur di sebelahnya. Biasanya pasti ada seseorang yang ia lihat, tapi sekarang tidak. Biasanya pasti ada yang membangunkannya untuk menunaikan kewajiban di subuh hari, tapi sekarang tidak. Ini baru awal, Zaedan tak bisa membayangkan bagaimana jika situasi seperti ini akan selamanya ia alami.
Zaedan turun dari kasur dengan malas dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
•