Dua orang duduk saling berhadapan, satunya menatap dengan perasaan sedih sedangkan yang lain menahan amarah di dalam hati. Tangan dengan kulit keriput mengepal kuat, seakan-akan amarah yang ada terkumpul menjadi satu di dalam genggaman.
"Jadi kalian sudah menipu banyak orang?" suara ini tak lagi terdengar ramah
"Maaf kek"
"Heh.." dia tersenyum, senyum tersebut misterius dan penuh arti, "Sebenarnya kakek sudah tahu"
Kalimat terakhir membuat mata bulat dengan iris kecokelatan melebar. Terkejut atas apa yang ia dengar.
"Kalian kira bisa membohongi Yudistira, heh.., tidak akan bisa" suara rendah namun berat sangat khas terdengar. Suara itu juga terkadang dingin dan datar.
Aluna menunduk sedalam-dalamnya, iya tak menyangka bahwa apa yang ia lakukan selama ini sudah diketahui oleh pimpinan tertinggi di keluarga Akbara.
"Apa kau merasa dirugikan?"
Pertanyaan ini membuat Aluna sedikit takut. Takut jika pertanyaan ini merupakan pertanyaan jebakan.