Chereads / Bodoh Amat / Chapter 3 - ■ Masalah ■

Chapter 3 - ■ Masalah ■

""""""""""""""""""""""""""""

Dulu Jova tidak pernah memusingkan masalah apa saja di dalam hidupnya. Masalah besar sekalipun yang dia buat tidak akan membuatnya ke pikiran bahkan sampai tidak bisa tidur segala. Tidak! Dalam kamus Jova hidup jangan di ambil pusing, mending happy – happy saja.

Lagian setiap masalah pasti ada solusinya. Terbukti dengan dia yang menyelesaikan masalahnya dengan mulus tanpa hambatan.

Salah satu contohnya saat dia ke ciduk ibunya mengoleksi komik yaoi, dengan santainya dia bilang itu bahan penelitiannya dulu saat masih aktif di dunia psikolog semasa kuliah dan tara ibunya langsung percaya. Walau pada akhirnya dia harus merelakan komik yaoinya hangus menjadi debu.

Tapi ini berbeda dari semua masalah yang dia buat. Karna bukan dirinya yang membuat masalah tetapi seorang pria dengan gengsi setinggi antariksa. Dengan seenak udelnya menyeretnya dalam masalah pelik romansa hidupnya yang bagai  Jova seperti telenovela yang membuat ia mangap – mangap layaknya ikan koi peliharaan omnya. Karna akting pria sinting ini layak mendapatkan penghargaan oskar.

Ok mari kita kembali ke kejadian satu hari yang lalu. Dimana pria bernama Orlando Arseno mengaku – ngaku  kalau Jova adalah calon istrinya.

Cekidot.

Jova masih menganga tidak habis pikir dengan perkataan tak masuk akal pria sinting yang di anugerahi rupa rupawan bak dewa – dewa yunani.

Apa katanya  tadi, Calon istri ? garis bawahi CALON ISTRI!

Ini belum bulan april loh ya, yang berarti tidak ada april mop april mop segala. Tapi kenapa pria ini membuat lelucon yang krik sekali. Kalau bisa Jova ingin sekali tertawa datar yang sering   dilakukan oleh Squidward.

Tapi alih – alih tertawa Jova malah justru ingin sekali memukul kepala udang pria di sebelahnya. Tapi sayang dia masih punya rasa malu walau nyatanya dia sering malu – maluin  tanpa sadar.

Jova terkejut bukan main saat sang mempelai wanita tiba -tiba memeluknya, yang membuatnya hampir jatuh kalau tidak ada lengan berotot milik Lando yang memeluk pinggangnya untuk kedua kalinya.

" Syukurlah, Lando berlabuh pada dirimu adik manis. Bukan ondel – ondel yang membuat aku ingin sekali menendangnya." Ucap Sadira penuh syukur lalu dia kembali memeluk Jova, kali ini lebih erat membuat Jova ingin berteriak tapi tak mampu.

Bima yang melihat kelakuan sang istri meringis. " Sayang berhenti memeluknya seperti kau memeluk  boneka raksasa jelekmu itu, dia bisa mati. " 

Mendengar itu membuat Sadira langsung melepaskannya. Dia terkekeh malu tak lupa meminta maaf kepada Jova yang di balas gadis berambut pendek dengan anggukan.

" Habisnya aku terlalu gembira mendengar kabar membahagiakan ini. Bukankah  ini mengejutkanmu  mas ? " 

Bima mengangguk dengan tatapan menyelidik ke arah pasangan di hadapannya. Sangat mustahil sekali seorang Orlando Arseno melabuhkan hatinya untuk wanita lain selain istrinya. Dia tahu betul bagaimana Lando begitu mencintai istrinya dan sangat mengherankan tiba – tiba pria ini mengatakan kalau wanita yang digandengnya adalah calon istrinya.

Tanpa di duga sebuah ide licik muncul di pikiran Bima.

" Kabar bahagia seperti ini tidak baik kalau Cuma kita berdua saja yang tahu. Bagaimana kalau kamu mengumumkannya sekaligus melamarnya di sana. "  tunjuk Bima pada sebuah panggung yang memang di sediakan untuk menghibur. 

Senyum sebelah Bima pertunjukkan, mendapat tatapan datar dari Lando yang berada di hadapannya.

" Di lihat dari gelagatnya sepertinya dia baru tahu kalau kau ingin memperistrinya. Berarti ide aku ini cukup membantu bukan ? " lanjut Bima dengan wajah annoying andalannya.

" atau jangan – jangan semua ini hanya sandi-"  perkataan Bima terpotong. Saat Lando tanpa permisi langsung pergi, lalu langkahnya ia arahkan menuju panggung yang tadi di tunjuk Bima. Tentunya dengan tangan yang lagi – lagi menyeret Jova.

Kali ini bukan cuma Lando saja yang ia kasih sumpah serapah tetapi Bima juga. Lain kali jika bertemu Jova akan membanting tubuhnya sebagai salam pertemuan.

Mata Jova membola saat mereka sudah mau sampai ke panggung, tinggal menaiki tangga saja. Segala upaya sudah Jova usahakan tapi semuanya kembali ke angka nol. Jadi Jova Cuma bisa berdoa sebagai bentuk kepasrahan diri.

Musik yang mengiringi pesta tiba – tiba berhenti dan  salah satu lampu menyoroti ke dua adam dan hawa yang berada di atas panggung. Membuat mereka menjadi pusat perhatian tamu yang menghadiri acara tersebut.

" Maaf atas ke tidak sopanan  saya yang mengganggu anda semua. Tapi saya meminta perhatiannya sebentar."

Semua orang langsung memusatkan perhatiannya ke atas panggung, tepatnya ke arah  dua orang yang bergandengan tangan. Para wartawan yang kebetulan berada di sana  juga tidak mau kalah, mereka sudah siap dengan kamera di tangan dan memasang kuping baik – baik untuk mendengar. Mereka tidak boleh melewatkannya karna yang berada di atas panggung adalah pewaris perusahaan elektronika tersukses dan terbesar nomor tiga di Asia  dan mau mencapai mendunia.

" Kehadiran saya di atas panggung ini. Ingin mengumumkan bahwa wanita yang berada di sebelah saya "  Lando melihat ke sebelahnya sekilas. " adalah calon istri saya."  lanjutnya yang membuat semua orang yang berada di sana terkejut dan juga menjadi heboh.

Bagaimana tidak terkejut karna yang mereka tahu Orlando Arseno di isukan adalah seorang gay. Isu itu tersebar di sebabkan Lando yang  jarang sekali di kabarkan dekat dengan wanita. Malah lebih sering bersama seorang pria, di perkuat dengan sekretarisnya yang seorang pria juga.

Jova semakin menundukkan kepalanya  dalam. Saat blitz kamera berlomba – lomba mengambil gambarnya dan juga Lando.

Mimpi apa Jova semalam sampai mendapat musibah seperti ini. Demi sempak patrick star yang bau dia tidak bermimpi layaknya selebriti yang setiap harinya selalu diiringi  oleh blitz kamera. Dia berharap kamera – kamera sialan itu tidak ada sama sekali yang menangkap wajahnya.

Terlalu asik dengan pikirannya Jova sampai tidak mengetahui jika pria sinting gila mereng, panggilan Jova untuk Lando. Sekarang berlutut, lalu menarik tangan yang saling menggenggam itu. Membuat sang wanita secara otomatis menghadap ke  pria yang sedang  berlutut.

Jova ngeri sendiri saat wajah sekaku kayu tanpa ekspresi itu, tiba – tiba tersenyum yang membuat matanya agak menyipit. Tatapannya yang sedingin kutub utara, seperti teleportasi langsung sehangat pantai di hawai. Lalu kata sakral yang meluncur dari bibir pria itu sukses membuat Jova bagai tersambar petir di siang bolong.

" Well you marry me ? "

Sorak sorai di sertai pekikan para wanita yang menatap penuh iri memenuhi ruangan. Lando masih berlutut seakan menunggu sebuah jawaban.

Hening.

Orang – orang seakan menunggu jawaban dari sang wanita.

" Bagaimana ? " tanya Lando.

Yang di tanya secara spontan langsung menjawab " Ya ? " dengan keadaan masih linglung. Tepuk tangan diiringi siulan penuh godaan menyadarkan Jova dalam keterbodohannya. Matanya melotot maksimal, kalau bisa mau keluar dan jatuh lalu menggelinding.

Oh terkutuklah, untuk mulutnya yang asal ucap tanpa diduga saat dia terkejut . Baru saja dirinya ingin mengklarifikasi ucapannya, tiba – tiba tubuhnya tertarik masuk ke dalam dekapan dada bidang milik Lando.

Membuat siulan – siulan menggoda  saling bersahut – sahutan. Bahkan Bima sang Raja pesta juga melakukannya membuat Jova rasanya ingin sekali melempar wajah tengil itu dengan sepatunya.

Jova langsung mendorong dada bidang Lando, berupaya melepaskan dekapan sang pria.

Kepalanya mendadak berdenyut hebat saat mendengar teriakan beserta perkataan yang membuat Jova rasanya ingin cepat – cepat musnah saja dari dunia ini. " Kyaaaa!! Akhirnya kita jadi besan juga. " 

Oh bagaimana dia bisa melupakan ibu negara Rubiani terhormat dan jangan bilang wanita yang sekarang berpelukan dengan ibunya ala teletubbies adalah ibu si pria sinting gila mereng ini ? Tante Mitha yang beberapa waktu  lalu kelihatan berbincang seru dengan ibunya.

Kenapa dunia ini begitu sempit di saat kondisinya lagi terhimpit  seperti ini.

☆☆☆♡♡♡☆☆☆

Setelah semua sandiwara konyol yang membuat Jova ingin sekali  menyeburkan dirinya  ke sungai amazon. Kini saatnya ia yang menunjukkan taring kepada pria sinting ini.

Mereka sekarang berada di bassment bawah tanah hotel. Ya setelah turun dari atas panggung ibunya langsung mewawancarai dirinya bak reporter membuatnya jengah. Bahkan kupingnya mau panas sangking hebohnya duo ibu – ibu ini membicarakan rencana – rencana mereka tentang resepsi pernikahan.

Belum lagi si orla atau ando atau siapapun panggilannya itu, sok bersikap manis  kepada ibunya. Membuat Rubi jadi senang memiliki menantu seperti Lando.

Gara – gara sikap manisnya itu sang ibu jadi menyuruhnya untuk pulang dengan pria sinting ini.

Lupakan, saatnya dia memberikan semburan kemarahan yang sedari tadi di pendamnya.

" Handphone. "  Jova mengulurkan tangan, meminta benda pusakanya yang disita dikembalikan. Sampai sekarang Jova tidak tau bagaimana pria sinting gila mereng ini mengambil handphonenya. Hmm  mungkin  pria ini meniru film action yang sering di tontonnya, dengan cara memeluk. Kurasa ?

Lando langsung merogoh saku celananya . Memperlihatkan handphone bercase idola K-pop   favorit Jova yang berfose keren. Alih – alih  memberikannya ke tangan Jova. Lando malah memilih melemparnya bagai membuang sampah. Membuat Jova langsung melotot dan untungnya dia bisa menangkapnya tanpa jatuh terlebih dahulu.

" Selain hobi mencopet anda juga tidak tau cara mengembalikan barang dengan baik dan benar ya ?"  pertanyaan sinis Jova hanya di balas Lando dengan tatapan datarnya.

Membuat Jova menghembuskan nafasnya kasar. Oh tabahkanlah hatimu ini tuhan rapal Jova dalam hati.

" Oke saya to the point saja ya. Bisa anda jelasin semua sandiwara yang anda perbuat beberapa waktu yang lalu ? Maksud saya apa maksudnya saya calon istri anda ? Kenal saja enggak jumpaJuga baru sekarang dan anda dengan ke patah hatian karna cinta tiba – tiba menarik saya sebagai pelampiasan anda. Maksud saya kenapa  harus saya ? kenapa bukan yang lain saja ? Huh. " Jova terengah saat menyelesaikan semua pertanyaan yang beruntun tanpa jeda.

Mata Jova berkedut jengkel saat reaksi pria itu masih sama. Datar dan tak berekspresi layaknya tembok.

" Woi! Kau punya mulutkan  untuk bercakap ?! Gak usah diam – diam baek kaya kecirit. Cepetan jawab! "

Persetan dengan semua tata krama yang ada. Jova sudah jengkel setengah mampus dengan Ando – Ando ini.

" Hanya ingin saja "

Pernyataan Lando itu  sukses membuat mulut Jova berkedut tidak habis pikir dan perlahan aura berwarna merah mulai melahap Jova. Bagai Goku yang mengeluarkan jurus ultra instinct. Tinggal mengeluarkan jurus kamehameha saja yang belum.

" Dengar ya Ando- "

" Orlando Arseno, anda bisa memanggil saya Lando. "

Jova merotasikan bola matanya, bodoh dengus batinnya.

" aku gak mau tau, pokoknya aku minta pertanggung jawaban kau atas tindakanmu tadi."

Lando mengerut bingung, " bukannya sudah ?"

" Maksudnya ?" kali ini Jova yang mengerut bingung. Perasaan nih anak cuma buat onar aja dari tadi. Tidak ada tindakkan untuk menanggulangi semua kesalahannya.

" Saya sudah melamar anda, bukankah itu sebuah tindakkan pertanggung jawaban ? "

PARANG MANA?!  PARANG!!

Jova memijat pangkal hidungnya dengan frustasi, lalu tak lama menatap Lando dengan kesal.

" Gini ya  Lando, maksud aku itu bukan pertanggung jawaban seperti yang kau katakan tadi. Tetapi pertanggung jawaban yang aku maksud itu, seperti klarifikasi semua kebohongan kau yang mengatakan aku ini calon istri kau. Ngerti kan ? Kalau sudah paham aku harap kau cepat melaksanakannya, karna aku gak mau kesalahpahaman  ini terus berlanjut. " Tutup Jova, berharap pria tembok ini bisa menyerap dengan baik perkataannya.

Lando   tampak mengangguk – nganguk, " ok " mendengar satu kata itu membuat senyum sumringah  Jova hampir terlihat  kalau saja pria itu tidak melanjutkan kalimatnya. " Besok saya akan datang bersama keluarga saya ke rumah anda, untuk melamar anda secara resmi. " Setelah mengatakan itu Lando membalikkan badan lalu pergi. Meninggalkan Jova dengan mulut menganga sangking syoknya.

Setelah tersadar, dengan penuh kekesalan Jova membuka sebelah sepatunya. Matanya menatap nyalang Lando yang berjalan didepanya, masih belum terlihat jauh. Lalu melemparnya setelah membidik arah lemparan, kepala menjadi sasaran utama. 

Benda itu melayang jauh dan...

" Shit!! "

Gocha! tepat mengenai sasaran. Jova terkekeh penuh kepuasan. Lalu wanita itu melenggang pergi sambil mengacungkan jari tengah dan meleletkan lidahnya saat Lando menatapnya dengan tajam. 

TBC