Chereads / Beauty And The Beast : Kisah Cinta Dengan Suami Buruk Rupa / Chapter 20 - Menjadi Tempat Berlindung

Chapter 20 - Menjadi Tempat Berlindung

Intan masuk ke dalam mobil, tapi dia merasa lemas.

Irwan menatapnya dengan bingung. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata, "Apakah kamu masih takut?"

Intan dengan lembut menggelengkan kepalanya, kemudian tubuh kecilnya tiba-tiba memeluk Irwan dengan erat.

Irwan kaget dengan pelukan Intan yang tiba-tiba. Tubuh Irwan menjadi tegang sejenak, lalu kemudian dia memberikan reaksi. Irwan meletakkan tangan besarnya di atas punggung Intan dengan lembut. Dia juga meletakkan tangan lainnya ke rambut Intan, menepuk-nepuk lembut kepala kecilnya.

"Kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik."

"Irwan, terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku, aku sangat tersentuh."

Hidung Intan tersumbat, seperti ingin menangis. Tapi Intan berusaha keras agar air matanya tidak mengalir.

Intan tidak pernah menjadi orang yang mudah menangis meski sejak kecil dia telah diintimidasi oleh Renata.

Intan tidak pernah menerima perlakuan Renata, tetapi tahu bahwa dia tidak bisa menolak perlakuan itu. Jika Intan menolak, dirinya akan lebih menderita.

Dia terbiasa sabar dan selalu bermimpi untuk bisa melarikan diri dari rumah itu suatu hari nanti.

Sekarang dia akhirnya mendapatkan keinginannya. Ditambah lagi ada pria yang mencintainya sepenuh hati dan bisa melindungi dirinya. Intan telah mendapatkan kehangatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Dia merasa ... bahwa kini dia memiliki rumah. Rumah dimana hanya ada dirinya dan Irwan.

"Bocah bodoh, kamu tunanganku. Sebagai seorang pria, jika aku tidak melindungimu, siapa lagi yang harus aku lindungi?"

"Ngomong-ngomong, terima kasih banyak. Irwan, mari kita jalani hidup yang baik, oke? Saat aku lulus, aku akan menikahimu dan menjadi pengantinmu."

"Tentu saja."

Ketika Irwan mendengar ini, hatinya juga menjadi hangat.

Seperti ada angin musim semi hangat yang bertiup sepoi-sepoi, mungkin ... seperti itu.

Irwan menepuk tubuh Intan dengan lembut dan berkata, "Aku akan mengantarmu ke kampus dulu lalu aku akan menjemputmu untuk makan malam di malam hari."

"Ya."

Intan kembali ke kampus. Salsa tidak ada kuliah hari ini karena dia sudah mulai magang.

Sidik telapak tangan yang masih membekas di wajah Intan karena tamparan Renata itu ditutupi bedak agar tidak terlihat.

Malam harinya, Irwan menjemputnya di kampus. Intan pikir dia akan pulang dan makan malam di rumah, tetapi dia tidak menyangka Irwan mengajaknya makan di luar.

Irwan tidak ingin memesan tempat duduk di ruangan khusus, tapi dia langsung memilih untuk duduk di meja yang terletak di sudut dekat jendela.

Intan merasa sedikit khawatir karena orang-orang pasti akan bergosip tentang wajah Irwan.

Benar saja, ketika Intan dan Irwan baru saja duduk, mulut orang-orang yang duduk di sekitarnya segera mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati.

Intan ingin pergi ke toilet dulu dan meminta Irwan untuk memesan makanan.

Setelah dari toilet dan sedang berjalan menuju mejanya, Intan mendengar pembicaraan dua orang wanita di meja sebelah sedang membicarakan tentang wajah Irwan.

Meski mereka sengaja mengecilkan suaranya dan berbicara dengan berbisik-bisik, Intan masih bisa mendengar jelas mereka sedang menggosipkan apa.

"Lihat pria di meja sebelah, dia terlihat sangat menakutkan."

"Kecuali separuh wajah yang menakutkan itu, dia pasti cukup menawan. Padahal dia tinggi, memakai jas, dan memakai sepatu kulit, tapi sayang sekali..."

"Ya, jelek sekali. Dia pasti tidak bisa menemukan istri, dia sudah tidak terlalu muda ..."

Sebelum suara salah satu dari mereka benar-benar berhenti, Intan datang dan langsung memeluk Irwan dari belakang. Dia berteriak dengan manja, "Sayangku, aku baru saja melihat jus segar di sana. Aku ingin minum jus mangga."

Irwan tersenyum tipis saat mendengar ucapan Intan. Sebenarnya, Irwan juga mendengar gosip para wanita itu, tapi dia tidak ingin repot-repot menanggapi. Irwan tidak menyangka Intan menanggapinya karena tidak ingin melihat Irwan menjadi bahan gosip.

Bukankah istri kecilnya ini sangat lucu?

"Yah, aku sudah memesan untukmu."

"Kamu memang sangat paham kesukaanku." Intan berkata seperti itu sambil mengecup wajah Irwan. Dia sengaja membuat suara kecupan yang keras hingga membuat orang-orang itu tercengang.

Kedua wanita di meja sebelah langsung menjatuhkan dagu, mereka ternganga. Sendok di tangan mereka juga jatuh ke piring.

Tadi mereka masih bergosip bahwa wajah Irwan sangat jelek, jadi pasti sulit menemukan seorang pasangan. Tapi mereka tidak menyangka, dia menemukan pasangannya, tapi sekecil itu?

Saat itu, Intan mengenakan kaos bergambar kartun, overall denim tertutup, dan memakai sepasang sepatu sneakers putih yang memperlihatkan pergelangan kaki putihnya.

Rambutnya dikuncir tinggi dengan ikat rambut berhias kelopak bunga. Dia tidak punya poni jadi dahi mulusnya terlihat jelas.

Intan memiliki wajah berbentuk oval yang membuatnya tampak lucu, tapi dia juga memiliki figur yang lembut. Saat orang memandangnya pertama kali, orang akan mengira dia peri.

Orang lain akan berpikir, Ya Tuhan ... Bukankah manusia ini terlalu cantik untuk pria itu?

Intan merasakan tatapan terkejut merek. Intan cukup puas lalu dia duduk sambil menghela nafas lega.

Intan mengambil sepotong daging asam manis lalu menyuapkannya ke mulut Irwan sambilberkata, "Sayang, buka mulutmu. Aku akan menyuapimu makan."

Bibir tipis Irwan sedikit terangkat, dia memakan makanan yang diberikan Intan sambil tersenyum. Kali ini, senyuman itu bertahan lama.

Tunangan kecilnya sangat lucu.

Dia menikmati layanan yang diberikan Intan dan memakan makanannya perlahan.

Dari cara makan Irwan yang elegan, orang akan tahu bahwa dia orang yang terpelajar.

Lengan kemeja Irwan digulung, sehingga memperlihatkan jam tangan mahal Omega Speedmaster.

Jari-jarinya yang panjang dengan cincin batu giok di telunjuknya memberikan kesan elegan. Kulitnya memang tidak berwarna putih pucat, melainkan berwarna sedikit kecoklatan seperti gandum yang sehat.

Melihat Irwan memegang sumpit dengan anggun, sumpit itu bahkan bisa terlihat mahal.

Irwan juga sangat berhati-hati ketika mengupas udang lalu menaruhnya di piring Intan.

"Kamu terlalu kurus, kamu harus makan lebih banyak."

Intan mengangguk, merasa senang.

Dua orang di sampingnya kini mengubah topik mereka.

"Wajah yang buruk tapi masih bisa dapat pasangan, pasti semua karena uang."

"Hei, aku juga berharap punya pacar yang baik pada diriku dan punya banyak uang! Manusia jaman sekarang sangat realistis, uang adalah cara rajanya."

Intan sedikit tidak senang saat mendengar ini.

Alasan kenapa Irwan punya semuanya adalah karena memang suaminya punya kualitas diri yang bagus, mengerti?

Setelah Intan dan Irwan selesai makan, mereka masuk ke dalam mobil. Irwan mengetuk kepala Intan dengan lembut lalu berkata, "Jangan khawatir tentang apa yang dikatakan orang-orang itu. Kamu tidak perlu cemas, aku sama sekali tidak peduli dengan omongan mereka."

"Itu tidak akan berhasil. Mereka mengatakan hal-hal buruk tentangmu, aku tidak suka! Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkanmu dihina!"

"Kamu bertubuh kecil, masih ingin melindungiku?" Irwan senang mendengarnya.

"Memangnya kenapa? Burung pipit itu kecil, tapi mereka juga punya semua organ yang dimiliki burung besar lain."

Dia berkata dan menegakkan dadanya dengan arogan.

Irwan melirik Intan sambil berpikir, lalu tersenyum, "Ini sangat kecil."

Intan langsung mengerti, dan berkata kesal. "Jangan lihat aku sekarang, aku akan tumbuh besar nanti, paham!"

"Jangan khawatir, aku akan membantumu nanti."

"Pembual!"

Intan memberikan tatapan marah, tapi dia tidak berniat marah sama sekali.

Dia sudah mengenal Irwan sekarang, meski Irwan tidak serius, Intan tahu itu memang sifat alaminya.

Ketika mereka berdua sampai di rumah, mereka tidak menyangka ada mobil yang diparkir di depan pintu.

Ada seseorang yang berdiri di depan mobil, usianya kira-kira empat puluh tahun. Terlihat sangat serius. Matanya yang berbentuk segitiga terbalik memberikan kesan yang terlihat sangat tidak ramah, seperti ular berbisa.

Irwan menghentikan mobilnya dan berkata, "Saudaraku ada di sini."

Kakak laki-laki...

Itu adalah Rudy Wijaya, ayah Roy Wijaya.

Apakah karena kejadian tidak menyenangkan yang terjadi di rumah Pak Wijaya waktu itu?

Tapi bukankah sudah lama sejak kejadian tersebut? Mungkin sekitar ... akhir musim gugur?

Irwan membuka pintu dan berkata, "Mengapa kakak laki-laki datang kepadaku selarut ini?"

"Tuan Rudy Wijaya."

Bagaimanapun juga, Intan belum resmi menjadi anggota keluarga Wijaya, jadi dia hanya memanggilnya Tuan Rudy.

"Tuan Rudy, silakan masuk, saya akan membuatkan teh untuk Anda."

Intan buru-buru membuat teh hitam di dapur. Irwan yang melihat Intan bersikap hati-hati dan merasa takut, jadi Irwan meminta Intan untuk naik ke atas dan menunggu.

Irwan mengerti bahwa Intan tidak bisa ikut campur dalam topik.

Intan mengangguk berulang kali lalu berbalik dan pergi.

Ketika Intan pergi, Rudy Wijaya berkata, "Saya telah bepergian ke luar negeri sebelumnya, saya tidak tahu bahwa Roy telah melakukan kesalahan. Dia baru saja kembali sore ini dari rumah sakit. Dia sudah membaik."

"Jadi kakak tertua datang ke Jakarta untuk menanyakan tentang kejahatan itu?"

"Ini tidak akan cukup, aku akan mengajari bajingan itu sendiri dengan serius. Meskipun Nona Intan belum menjadi keluarga resmi, tapi kalian tinggal bersama siang dan malam. Cepat atau lambat kalian akan menikah. Tapi kudengar lelaki tua itu berniat mengirim seratus orang. Dua puluh persen saham telah diserahkan kepadamu, aku ingat kau berjanji kepadaku bahwa kau tidak akan pernah berurusan lagi denganku selamanya untuk bersaing mendapatkan hak waris Grup Wijaya. Aku tidak tahu, bisakah kau memberitahuku masalah ini?"

Setelah Rudy Wijaya selesai berbicara, dia mengangkat alisnya dan menatap Irwan dengan tajam.