"Kamu itu bagai ilusi. Sebentar ada sebentar hilang. Layaknya jiwa yang mengosongkan raganya. Entah dimana pemiliknya, kamu masih sebagai ilusi. Ilusi yang menyimpan beribu tanya dalam sejuta kandungan bait dan sajakku."
•
•
•
***
Rabu pagi telah disambut oleh mentari yang enggan menampakkan cahayanya. Digantikan oleh rintikan sendu dari sang awan yang merubah dirinya menjadi abu-abu. Rintikan sendu yang sejak subuh tadi masih saja awet dan tidak mau mereda.
Nadira mendesah panjang setelah menyesap teh melati hangat yang dibuatkan oleh Meisya.
"Udah lah.. abis ini abang yang anter. Jangan sok-sokan mau cegat taksi. Apa gunanya gue sebagai abang." Ujar Rendra cerewet.