Darka dengan pelan menyudahi ciumannya dengan Dira. Sebenarnya rasanya sangat memabukkan. Seperti di dalam jiwanya ada yang ikut terbakar. Namun, Darka tahu batasan. Setidaknya lelaki itu tidak berlebihan dan tidak menyentuh bagian tubuh Nadira sama sekali. Kedua tangannya sejak tadi bertopang pada jok kursi Nadira dan menahan pada kaca jendela.
Darka mengelap bibir Nadira dengan ibu jarinya. Gadis itu masih terpejam, namun kedua pipinya sudah merah. Darka mengulum senyumna, tahu bahwa Nadira malu jika gadis itu membuka matanya.
Perlahan, Darka menurunkan kursi jok Nadira menjadi agak tidur. "Tidurlah.. Nanti kalau sudah sampai di depan rumahmu aku bangunkan." Ujarnya dengan tak sanggup menahan senyum.