Nadira baru saja sampai rumah ketika adzan maghrib baru berkumandang. Gadis dengan rambut hitam lurus itu menghembuskan napas lega kala mendapati Meisya yang langsung mengantarkan secangkir teh melati hangat untuknya.
"Mama gak perlu nganter ke sini juga bisa kok. Kenapa gak panggil aku aja?" Tanya Dira dengan menyambut secangkir teh itu dan diletakkannya di meja karena masih agak panas.
"Ya nggak apa-apa. Enak minum di ruang tamu kan.. dari pada meja makan."
"Iya sih Ma.. Papa kapan pulangnya?"
"Katanya sih lusa.. biarin aja. Papa soalnya juga mau ketemu kakek." Ujar Meisya memberitahu.
"Ah, gitu.. Maa Dira boleh ijin nyetir sendiri nggak? Emm ya masa udah umur segini dan udah naik jabatan juga Dira masih dianter sih?" Tanya Dira dengan mencemberutkan mukanya.
Meisya terkekeh. "Loh.. kenapa gak bilang ke Papa kamu sih? Papa tuh kadang masih nanyain perihal kamu lewat Mama.. kamu kok gak pernah minta beliin mobil katanya."