"Kalau bisa seperti ini seterusnya, bolehkah aku segera mengakui perasaan ini padamu?"
-Nadira Aisyah-
***
SUDAH dua minggu lebih satu hari sejak kejadian(pertemuan) di warung nasi goreng Pak Mamat. Sore ini pukul setengah 4 Nadira masih berkutat di meja kerjanya. Gadis itu nampak sibuk mengetikkan sesuatu di keyboardnya. Lalu menggeser-geser arah panah untuk memindahkan file yang ia sudah atur.
"Diminum dulu mbak teh angetnya." Interupsi seorang OB yang masih bekerja sore ini.
Nadira mendongak lalu memasang senyumnya. "Makasih mas."
"Sama-sama mbak. Lembur ya mbak?" Tanya OB itu.
"Iya nih mas."
"Pulang jam berapa ya mbak? Siapa tau kalau butuh minum lagi nanti saya masih bisa disini." Beritahunya pada Dira.
"Ah ini saja cukup kok mas. Saya disini sampai jam 6 maghrib. Saya udah sedia satu botol mineral kok. Mas kalau memang waktunya pulang ya pulang saja.." ucap Dira ramah.
"Begitu ya mbak. Ya sudah saya permisi dulu ya.."
"Iya mas silakan.."
Detik kemudian Nadira menyandarkan punggungnya pada kursinya. Menghela napas sebentar layaknya melepaskan penat sementara, sambil ia sesap teh hangat buatan OB tadi yang ternyata membuatnya sedikit relax.
Klunting! Ponselnya berbunyi, tanda bahwa ada pesan masuk. Langsung saja Dira membuka roomchatnya.
{Mas Asa}
Lembur ya? Pulang jam berapa?
03:40 PM
Nadira dibuat tersenyum oleh pesan itu. Tidak ada yang bisa melihat Dira senyum-senyum sendiri seperti saat ini, karena kali ini ia sedang lembur sendirian di ruangannya. Dan kemudian jari lentiknya mengetikkan balasan untuk dikirim pada Angkasa.
Iya nih mas. Pulang jam 6 maghrib nanti.
03:42 PM
Mas Asa lembur juga?
03:43 PM
Iya. Sama. Aku juga lembur. Tapi sampai jam 5.
03:44 PM
Kamu semangat yaa lemburnya..
03:44 PM
Ehehe iyaa.. mas Asa juga semangat yaa..
03:45 PM
Kok lagi main hape? Nyantai bentar ya?
03:47 PM
Iya mas. Kok tau sih.
03:48 PM
Soalnya aku juga. Lagi minum teh anget buatan OB nih.
03:48
Wah samaan nih. Dih balesnya cepet amat mas.
03:50 PM
Biar kamu gak nunggu lama😆
03:50 PM
Sudah sholat Ashar? Mau sholat bareng nggak?
03:50 PM
Aduh.. maaf mas tapi aku keadaan sedang nggak sholat. Mas sholat dulu aja kalo gitu..
03:52 PM
Oh gitu.. ya udah aku sholat dulu ya.. tapi kamu bawa kendaraan nggak tadi?
03:53 PM
Enggak bawa mas. Nanti aku dijemput sama Papa kok. Kenapa?
03:54 PM
Gapapa.. tadinya aku mau anterin kamu, tapi ibu ku suruh pulang cepet. Gapapa kan?
03:55 PM
Oh gitu.. hehe iya gapapa mas santai aja. Lagipula mas Asa kan sebelumnya gapernah antar aku pulang nih..
03:55 PM
Ya maka dari itu dek.. tadinya ini maunya gitu tapi ibu mau mas cepet pulang.
03:56 PM
Idih.. yaudah sholat dulu sana. Aku mau ngelanjutin kerjaan.
03:57 PM
Iyaa..
03:57 PM
read
Perasaan Nadira sore ini begitu menghangat. Rasanya senang sekali memiliki perasaan mencintai dan dicintai yang intinya saling membalas perasaan satu sama lain. Yah, walaupun Dira dan Asa belum ada hubungan apa-apa sih. Namun, semenjak pertemuan Asa dan Rendra di warung nasi goreng dua minggu lalu, Asa sendiri yang memutuskan untuk meneruskan niatnya berkenalan lebih dalam dengan Dira.
Gadis itu melepaskan tali rambutnya yang ia kenakan seharian ini. Kepalanya merasa ketat dan sedikit pusing karena terlalu lama mengenakan tali rambut meskipun talinya lembut dan empuk. Sekali lagi ia menyesap teh hangatnya, hingga akhirnya teh itu habis dan tersisa sedikit gula dan serbuk teh di dasar cangkir.
Dira termasuk orang yang sangat menyukai teh. Hampir setiap hari ia suka meminum teh. Tidak setiap hari, namun hampir. Menurutnya, teh membuat badannya lebih relax dan tenang daripada meminum susu, kopi, jus atau lainnya. Yang disukai gadis itu adalah aromanya, apalagi kalau ia sedang menuju Mall atau toko pasti Dira akan memburu teh aroma melati.
***
Bintang malam katakan padanya
Aku ingin melukis sinarmu dihatinya
Embun pagi katakan padanya
Biar kudekap erat waktu dingin
Membelenggunya
Bintang malam sampaikan padanya
Aku ingin melukis sinarmu dihatinya
Embun pagi katakan padanya
Biar kudekap erat waktu dingin
Membelenggunya
Tahukah engkau wahai langit~
Aku ingin bertemu membelai wajahnya
Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah
Hanya untuk dirinya~
Lagu Rindu-Kerispatih mengalun lembut melalui headset yang Dira kenakan saat ini. Perlahan gadis itu meregangkan tubuhnya karena merasa terlalu lelah. Lagu tadi membuatnya tertidur di kursi kerjanya dengan posisi bersandar nyaman. Komputer di hadapannya perlahan meredup, untung saja semua urusan file dan bahan untuk surat pengajuan yang diminta bidang samping sudah selesai ia kerjakan. Memang Dira kebiasaan mengerjakan sesuatu dengan cepat dan telaten, itu sebabnya ia selalu lebih cepat selesai.
Angkasa baru saja turun ke lantai satu, lelaki jangkung itu melihat arlojinya sebentar. Sudah pukul 5 sore lebih 15 menit. Ya, kebiasaan Asa adalah molor kalau pulang. Namun dipikirannya terlintas nama Nadira, kemudian lelaki itu menoleh ke kiri dimana itu adalah arah menuju bidang admin umum. Dan langkah pelannya membawanya kesana.
Angkasa memasuki ruangan admin yang pintunya dibuka lebar. Sepi. Memang semuanya sudah pulang, dan hanya ada beberapa cleaning servis dan satpam. Asa terkejut sedikit ketika melihat Dira dengan posisi tertidur di kursinya dengan headset menempel pada telinga gadis itu.
Dilihatnya komputer Dira sudah meredup, dan Asa memilih mematikan powernya. Asa ingin membangunkan Nadira namun wajah gadis itu menunjukkan bahwa dirinya benar-benar sangat lelah. Tangan kiri Asa bergerak hendak mencabut headset yang dikenakan Dira. Namun jemarinya tak sengaja merasakan suhu tubuh Dira terlalu hangat.
Asa bergerak gelisah sambil melepaskan headset terlebih dahulu, kemudian lelaki itu memegang pipi, leher, dan kening Nadira. Panas. Sekali lagi Angkasa menjadi gelisah. Diraihnya cepat ponsel Nadira dan beruntung gadis itu tidak mengunci ponselnya. Angkasa mencari kontak Rendra disana dan buru-buru menelponnya.
"Halo Dira? Kenapa? Bukannya nanti dijemput Papa ya?" Tanya Rendra di seberang sana.
"Maaf Ren ini gue, Angkasa. Gue baru aja mau pulang dan mampir ke bidangnya Dira. Tapi gue lihat Dira ketiduran. Gue mau bangunin tapi gue gak sengaja pegang pipinya dan suhu tubuhnya lumayan panas. Kayaknya Dira demam. Lo bisa buruan kesini? Dira kayaknya lemes banget."
Mendengarkan penjelasan dari Angkasa, Rendra khawatir bukan main. Cowok itu buru-buru mengambil kunci mobil dan tanpa pamit pada orang tuanya ia keluar begitu saja untuk menjemput adiknya.
*
Setelah melewati pos satpam dan berbicara disana, Rendra berlari cemas menghampiri ruangan tempat Nadira bekerja. Ditemuinya Angkasa yang sedang mengemasi barang-barang Dira dan berkas yang perlu dibawa pulang.
"Eh Ren, ini lo pegang aja suhunya panas banget." Ujar Angkasa.
Rendra menurut dan menyentuh kening Dira. Betul saja, suhu tubuh adiknya lumayan panas. Rendra langsung saja bergerak cepat dan menggendong adiknya yang sudah lemas itu.
"Sa, bawain barangnya ya." Pinta Rendra.
Angkasa mengangguk dan mengikuti Rendra dari belakang.
Setelah Dira di dalam mobil, Rendra berterima kasih kepada Angkasa yang menjaga Nadira saat lembur tadi tanpa menyentuh macam-macam pada adiknya itu. Apalagi Angkasa yang langsung menelpon Rendra untuk kesini melalui ponsel Nadira. Juga sikap Angkasa yang tidak akan menggendong Nadira sebelum Rendra sendiri yang melakulan hal itu.
"Rumah lo dimana? Biar gue anter sekalian?" Tawar Rendra pada Asa.
Asa tersenyum, "gak usah Ren. Gue bawa motor. Buruan antar Dira pulang dan segera kompres dia."
"Oh gitu. Yaudah makasih gue duluan Sa.."
"Yoi. Hati-hati.." balas Angkasa.
Rendra mengangguk dan masuk ke mobilnya.
"Semoga kamu segera sembuh Dira.." gumam Angkasa pelan melihat mobil Rendra menjauh dari gedung perusahaan.
***
Ini sudah Sabtu pagi. Dira terbangun dari tidurnya. Dirabanya sesuatu lembab yang berada di keningnya. Handuk wajah. Dirinya kenapa? Dira tidak ingat.
Diraihnya ponsel miliknya yang tergeletak di atas nakas dekat ranjangnya. Sudah pukul setengah 8 pagi. Jelas sudah, dirinya sedang sakit.
"Gue demam ya? Terus siapa yang anter gue pulang? Kemarin kan OB juga udah pada pulang." Gumamnya pelan dan bertanya-tanya.
Di nakasnya ada sebuah nampan berukuran sedang berisikan segelas teh hangat, segelas air putih, dan  semangkuk bubur ayam yang masih tertutup. Ada dua jenis obat disana. Tidak lupa juga Dira melihat sebuah kertas notes yang ditempelkan pada mangkuk bubur.
Kertas itu berisi pesan yang memberitahu pada Dira bahwa orang rumah sedang keluar semua. Mama dan Papanya harus mendatangi seminar pagi. Sementara Rendra ada praktik keahlian di tempatnya kuliah.
Nadira mendesah, kepalanya masih pening dan jemari tangan maupun kakinya terasa begitu pegal. Gadis itu memilih memejamkan matanya sebentar lagi, untuk menyiapkan posisi duduk.
Butuh waktu lama bagi Dira untuk menghabiskan semangkuk bubur ayamnya. Ia tahu jika Mamanya pulang nanti dan melihat buburnya masih ada pasti akan mengomel. Dan Dira suka tidak suka harus menghabiskan makanan itu karena ia juga harus minum obat.
Hal yang Dira tidak sukai dari demam adalah ia tidak bisa bertahan lama untuk duduk apalagi berdiri. Dira paling tidak tahan jika sudah pusing. Dan setelah semuanya selesai sampai sudah meminum obatnya, gadis itu merebahkan dirinya lagi dan memejamkan matanya. Tidak peduli rumahnya kosong dan tidak peduli terhadap beberapa chat dari Karina, Lisa maupun Dinda. Dan Dira juga tahu ada chat dari Angkasa. Namun gadis itu memilih untuk tidur lagi, meredakan pusingnya yang masih melanda.
***