Teh hangat yang dipesankan Dinda ke salah satu OG sudah diantar ke meja Dira. Dan Dira berterima kasih pada OG yang membuatkan teh untuknya.
Segera ia sesap teh hangat satu cangkir itu sedikit demi sedikit. Lalu ia letakkan lagi cangkirnya, kemudian ia bersandar sejenak.
Dinda yang baru masuk ke ruangan itu langsung melihat wajah Dira yang terpejam. Seolah sedang sangat lelah habis memikirkan sesuatu.
"Raa.. kamu gak apa-apa kan?" Tanya Dinda lembut.
Dira membuka matanya. "Eh mbak Dinda. Gak apa kok mbak. Makasih ya udah bilangin teh ini ke OG."
"Ahh.. Iya santai aja. Udah enakan belum?"
Dira menggeleng. "Belum sih mbak. Baru juga minum. Ya mungkin abis ini udah enakkan lah ya.."
"Iya.. semoga segera mendingan ya.. biar kamu enak juga kerjanya. Kalau sampai nanti gak mendingan juga, kamu pukul aja.. mbak dukung kamu kok.."
Dira melongo. Apa maksud Dinda? Pukul? Maksudnya ia harus memukul kepalanya yang sakit karena pusing? Tambah sakit dong jadinya?