Chereads / Ketika Cinta Bertakdir / Chapter 6 - BAB 5 : Khawatir

Chapter 6 - BAB 5 : Khawatir

Dimalam itu, Rega tengah duduk diruang tamu rumahnya bersama ibunda tercintanya. Selesai pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Aini tadi membuat Rega menjadi tidak tenang. Mamanya Rega sendiri, yakni Yuni juga ikut khawatir. Karena tidak biasanya Aini marah seperti ini.

"Kamu yakin gak ngelakuin kesalahan apapun?" Yuni memastikan. Pasalnya ia tadi melihat raut wajah Aini yang sudah tidak baik semenjak Rega pulang.

"Rega rasa sih mungkin? lagian kan Rega pergi sama Angel. Ya berarti Rega ga ngelakuin hal yang bikin Aini marah dong? kecuali tadi Aini bareng Rega." ucap Rega yang berkata jujur. Karena memang seperti itu adanya.

Yuni terdiam, ia langsung menangkap permasalahan dalam hal ini. Yakni yaitu satu, cemburu. Yuni sangat yakin jika Aini cemburu pada Angel, karena Rega pergi bersama dirinya.

"Mama tahu apa kesalahan kamu," sarkas Yuni

"Apa?" Rega was-was

"Kamu beneran gak tau? atau pura-pura?" tanya Yuni memastikan putranya.

Rega menggeleng, lalu berkata bahwa ia memang benar-benar tidak tahu apa kesalahannya.

"Jadi gini, kesalahan kamu adalah kamu pergi sama Angel. Dan itu membuat Aini jadi cemburu" seru Yuni dengan semangat.

Rega mengernyit bingung. Cemburu? dari dulu Aini tidak pernah cemburu melihat Rega dekat atau bercanda dan berboncengan motor dengan cewe. Jadi ia rasa itu bukan alasan yang tepat mengapa Aini marah padanya.

Rega menghembus nafasnya dengan kasar, lalu mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Ia tidak bisa, tidak bisa jika harus berdiam diri dan tidak bertemu Aini seperti ini.

"Gak, gak mungkin. Pasti bukan itu alasannya." sanggah Rega.

Yuni menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata selain tidak pintar pelajaran, Rega juga tidak pintar masalah cinta. Dia terlalu bodoh untuk semua itu.

"Rega...Rega...pantes ya" Yuni menghela nafas kasar.

"Pantes kenapa?"

"Pantes kamu jomblo, kamu itu gak peka sama keadaan sama kondisi, sama perasaan apalagi. Udah deh, mama mau keatas dulu, capek mikirin nya." akhirnya Yuni memilih meninggalkan Rega sendiri. Sungguh Yuni seperti nya ingin sekali memberi tahu kalo Aini itu suka sama dia!

"Aini cemburu? gak mungkin banget." keputusan akhir Rega tetap tak percaya bahwa itu alasan Aini marah padanya.

*****

Angel langsung mengurung diri didalam kamar ketika ia baru saja tiba dirumahnya. Ia hanya ingin menghindari Papanya yang mungkin akan memarahinya hanya karena ia tidak ijin untuk pergi. Apalagi perginya bersama Rega, tetangga barunya yang baru saja tadi ia kenal.

Angel menatap jendela, melalui celah ia bisa melihat bahwa jendela milik Rega terbuka lebar. Itu artinya ia tidak membuka jendela kamar miliknya, walau ia sudah kenal atau bahkan dekat dengan Rega. Jujur ia masih gerogi.

"Angel" panggil Utomo.

Mendengar itu Angel langsung menoleh, tanpa melihatnya angel dapat menebak bahwa itu adalah Papanya. Entah apa yang akan terjadi, kini ia terlihat lebih tenang dan biasa saja.

"Udah berani ngelawan Papa?" tanya Utomo dengan nada lugas, lantas hal itu membuat Angel menoleh dengan ekspresi bingung.

"Apa? emangnya aku ngelakuin apa?" Angel mengerutkan dahinya, bingung.

"Kamu pergi keluar tanpa seizin Papa, ditambah lagi kamu pergi dengan tetangga baru kita. Kamu tau kan kita gak bisa terlalu dekat dengan orang lain? dia orang baru, dan dengan mudahnya kamu minta bantuan ke dia. Kamu tau gak? Papa malu! kamu itu selalu ngerepotin orang lain. Papa, mama, bahkan tetangga baru juga mau kamu repotin, Angel!" ujar Utomo dengan nada tegas membuat Angel terlojak kaget. Karena ini baru pertama kalinya Papanya sangat marah seperti ini.

Angel menahan tangisnya, air matanya sudah tak terbendung lagi sebenernya. Tapi ia tahan skeuat mungkin agar tak terlihat lemah.

"Apa salah Angel Pah? Angel cuma berusaha jadi anak yang mandiri. Itu kan yang Papa mau? Papa mau kan Angel gak ngerepotin Papa?" tanya Angel dengan mata sendu.

"Ya emang kamu gak ngerepotin Papa. Tapi kamu ngerepotin orang lain. Artinya sama aja. Kamu memang merepotkan." tegas Utomo tanpa memperdulikan perasaan Angel saat ia berbicara seperti itu.

"Salah Angel deket sama Rega? salah Angel mau punya temen? Angel keluar main sama dia karena Angel mau ngerasain apa yang dirasakan anak lain pada umumnya. Apa Angel salah?!" Angel teriak. Menatap Utomo dengan lekat.

Kedua insan itu tetap saling adu tatap. Angel dengan muka sedihnya dan Utomo dengan muka tegasnya. Keduanya kini bahkan seperti orang asing yang memiliki tembok dinding besar untuk menghalangi keduanya bersama.

"Papa keluar!" seru Angel.

Utomo tak membantah. Ia menatap putrinya dengan tatapan biasa, tidak menjawab dan juga tidak membantah. Dan hal itu pula membuat Angel berfikir keras. Bagaimana sekarang? apa hubungan dia dengan Papanya akan seperti ini seterusnya?

*****

Menatap jendela Angel yang tidak kunjung terbuka membuat Rega sedikit was-was. Kini ia benar-benar takut terjadi apa-apa dengan gadis itu. Ditambah lagi Angel hanya berdua dengan Papanya. Walau itu orang tuanya, tetap saja Rega khawatir.

Rega teringat sesuatu, dimana ia telah berhasil mendapatkan nomor Angel. Mengapa ia tidak mencoba untuk menghubungi nya? Rega menggerutu.

Panggilan tidak terjawab. Rega sudah berkali kali menghubungi Angel. Namun nyatanya gadis itu tidak mengangkatnya. Jika saja tadi Utomo tidak kelihatan marah mungkin ia tidak kan secemas sekarang.

Tapi nyatanya beda. Utomo marah, dan Rega takut terjadi apa-apa dengan Angel.

Setelah tidak diangkat berkali-kali. Akhirnya Rega menyerah. Ia berfikir positif mungkin Angel sudah tertidur lelap hingga telfonnya tidak diangkat. Dan Rega memilih mengistirahatkan dirinya.

Setelah sekian lama merenung, Rega terlupa akan satu hal.

Ia lupa menghubungi Aini. Walau hubungan dirinya dengan Aini kurang baik, seharusnya ia menelfon gadis itu dan memperbaiki semuanya. Namun nyatanya tidak. Ia lupa dengan Aini, karena terlalu sibuk dengan Angel.

Kini ia mencoba menelfon Aini. Dan jawabannya sama seperti Angel. Gadis itu juga tidak mengangkat panggilan darinya.

Mengapa? mengapa semua perempuan serumit ini untuk dimengerti?

*****

Malam telah tiba. Aini masih terjaga dalam tidurnya. Walau ia sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu, namun kini ia tidak melakukan apa-apa dan memilih untuk tetap berada diatas kasur, ditambah dengan hujan yang membuat dirinya semakin malas untuk melakukan apapun.

Nyatanya pikiran Aini kini sedang kacau. Ia tidak mengerti, mengapa ia marah ketika melihat Rega bersama perempuan lain. Apa rasa ini bisa dibilang rasa cemburu? tapi apa mungkin ia cemburu?

Tak berselang lama, ponselnya berdering dan getar. Menyatakan ada seseorang yang menelfonnya. Awalnya Aini berniat untuk menjawab, namun ketika melihat nama Rega terpampang di sana, Aini langsung diam saja. Tidak melakukan apapun.

"Sorry, Lo bukan Rega yang dulu," gumamnya spontan.