Ada sesuatu yang mengusik hidungku. Kesal sekali rasanya, beraninya dia mengangguku sepagi ini.!!!
Ku tangkap pergelangan tangan gadis itu, mata kami berpapasan.
Aika duduk di depanku, dengan kuncir yang tinggi. Rambutnya terjuntai dari ujung kuncirnya. Matanya berapi-api.
"Hey, Bo-chan. Mau bermain bersamaku?"
Dia menarikku ke luar, bahkan mencuci mukaku saja belum.
"apa yang kau lakukan????"
"ajarkan padaku cara menggunakannya. Kau bilang, jika aku bisa mengangkat sinai kau akan biarkan aku pergi. Serius?"
"Hah?"
Gaya bicaranya berbeda. Dia??
Dia melempar katana padaku. Menantang aku? Hah!! dasar anak kecil. Berani-beraninya!!
..
Kami berhadap-hadapan, ku rapikan kimonoku yang hampir terbuka karena dia menarikku tadi. Gadis tengil ini kembali lagi. Siapakah dia?
Aku acungkan sinai tepat di wajahnya. Dia menepisnya kuat. Aku terhuyung saat dia mulai menganyunkan sinai ke arahku.
Cara dia memegang, cara dia menatapku begitu berbeda. Dia siapa?
...
"Ada satu cara agar dia bisa tetap tinggal di sini Ryu, nikahi dia."
"Haaah?!!"
Kakekku itu pasti sudah gila. Aku harus menikahi gadis ini? Dia saja siap untuk menebas leherku jika dia mau. Sungguh luar biasa.
"Hiyaaaaaaaa!!!!!! Meeeen!!" Aika meloncat ke udara bersiap memukul kepalku dengan sinai sekuat tenaga. Aku mengelak, mundur dua langkah. Mencoba menangkis semua serangannya. Dia masih sekiat tenaga mengangkat sinainya tinggi-tinggi.
"Men!" pekiknya lagi.
Aku mengelak, Aika terhuyung ke depan dan aku menangkapnya. Mata gadis itu masih menyala dan berapi-api. Kami diam lama, dan Aika ada dalam dekapku. Dia diam, ku majukan wajahku, menghembuskan nafasku di kupingnya yang mulai merah.
"Kalau cuma ingin masuk dalam pelukanku, kau tak usah repot begini."
.
.
.