Satu minggu setelah kejadian itu, kini tiba waktunya pengumuman kelulusan, namun pagi ini seperti biasa sebelum berangkat ke sekolah Via dan keluarganya melakukan aktivitas setiap pagi yaitu sarapan bersama.
Pagi yang cerah namun, tidak secerah hatinya yang sekarang masih gundah memikirkan hal itu, Via tidak begitu semangat hari ini, walaupun ia tau hari ini adalah hari penentuan apakah ia lulus atau tidak.
"Kak, nanti berangkat sama Ayah?" tanya bunda.
"Nggak deh Bun kayaknya, soalnya Viona ngajak berangkat bareng." jawabnya
"Loh, nggakpapa kak sekalian aja bareng sama vio nanti kita mampir ke rumah Viona" tawar Ayahnya.
"Nggak usah yah, bawa motor aja" jawabnya.
"Kak, Ayah sama Bunda punya kabar bahagia buat kakak loh" ucap Bunda dengan senyum sumringah.
"Ada apa Bun?" jawabnya masih dengan nada lesu.
"Jadi kak, Ayah udah mutusin kalo sekarang kakak bebas nentuin sekolah yang Kakak mau" ucap Ayahnya.
Demiii apaaa? Serius pasti seneng banget tuh.
Via terkejut dan wajah yang sedari tadi terlihat murung kini berubah menjadi wajah yang ceria
"Ayah?" panggilnya.
"Iya Kak? " jawab Ayah
"Ini Kakak nggak lagi mimpi kan? Ini beneran kan?" ucapnya masih tidak percaya.
"Iya Kak, beneran bukan prank bukan" jelas Ayahnya dengan sedikit terkekeh dan diikuti kekehan kecil Bundanya. Via langsung berdiri dan menghampiri Ayahnya.
"Makasih Ayah, Kakak sayang Ayah" ucapnya seraya memeluk Ayahnya.
Bunda yang melihat itu ikut lega, karena sejak kejadian satu minggu yang lalu, Via menjadi sering mengurung diri di kamar dan tampak murung, senyum hanya ala kadarnya.
"Iya sama-sama, jangan lupa bilang makasih juga ke Bunda. Ini juga berkat Bunda yang bujuk Ayah" jelas Ayahnya.
Tanpa basa-basi lagi Via langsung berlari ke arah Bundanya lalu memeluknya sangat erat.
"Makasih Bunda, makasih beneran makasih" ucapnya.
"Iya Kakak sama-sama" jawab Bundanya seraya membalas pelukan anak pertamanya itu.
"Eitsss tapi jangan seneng dulu, Ayah masih punya permintaan buat Kakak" ucap Ayahnya.
"Iya kenapa yah? Bilang aja pasti kakak turutin" jawabnya antusias.
"Rajin belajar, dan harus pertahanin juara kelasnya oke? " tantang Ayahnya.
"Oke siap laksanakan komandan" jawabnya dengan memberi hormat pada Ayahnya.
Setelah itu ia melanjutkan sarapanya dan segera menghabiskannya, karena waktu yang sudah menunjukan pukul 06.30 WIB itu tandanya ia harus segera berangkat ke sekolah. Setelah selesai ia langsung pamit dan buru-buru menuju rumah Viona.
"Bunda, Ayah kakak pamit berangkat dulu ya" ucapnya sembari mencium tangan kedua orang tuanya.
"Iya Kak, hati-hati dijalan" jawab Bundanya.
"Iya siap Bun, Assalamualaikum." pamitnya lagi.
"Waalaikumussalam" jawab kedua orangtuanya.
Ia langsung pergi meninggalkan rumahnya, menuju garasi untuk mengambil motor. Setelah itu ia langsung mengendarai sepeda motor dan menuju ke rumah Viona. Mengingat jarak rumahnya dengan rumah Viona tidak terlalu jauh tidak menunggu lama akhirnya ia sampai juga ditujuan. Bukanya langsung masuk tetapi ia langsung mengambil HP dari sakunya untuk menghubungi Viona, memberitahu bahwa ia sudah didepan rumahnya.
Viona Angelica
Ontaaaaa gue udah didepan rumah lo nih, buru keluar.
Lamaa gue tinggal 😁 ✔✔
Iyaa sabarr, gue otw nih tungguin.
Iyaaa gc gc! ✔✔
Read.
Tidak menunggu lama akhirnya Viona pun keluar. Via menyambutnya dengan wajah yang sangat ceria seperti cuaca pagi ini.
"Napa lo bahagia banget perasaan tu muka" ujar Viona yang bingung mendapati Via dengan wajah bahagianya, asalnya dari kemarin Via selalu terlihat murung.
"Yaelah bukanya seneng liat sahabatnya bahagia, malah dicibir dasar ontaa" jawabnya sinis
"Woiii sannns mbaknya haha" tawa Viona.
"Kuylah buruang berangkat, takut telat nggak sabar nunggu hasil pengumumannya" ucap Via
"Yaudah ayok" ucap Viona sembari naik untuk memboceng motor Via.
Mereka pun beranjak pergi meninggalkan halaman rumah Viona.
Saat di jalan, Vio mulai membuka percakapan kembali
"Beneran nih lu kesambet setan dari mana si pagi-pagi kaya gini? " ucap Viona masih terheran-heran dengan perubahan sikap dari sahabatnya itu.
"Astaghfirullah ontaaa, gue masih sadar kali ah. Gue nggak kesambet, sirik banget liat orang bahagia" ketusnya.
"Btw kenapa si lo? Jadian? Apaa apaansi? " tanya Viona lagi.
"Gue seneng aja akhirnya keinginan kita yang bakal satu sekolah lagi bakal terwujud" ucapnya dengan senang hati dan tersenyum bahagia.
"Whatt??? Seriusss? Demi apaaa?" teriak histeris Viona sampai-sampai Via yang sedang mengendarai sepeda motor itu berhenti dengan rem mendadak, untung aja nggak jatuh yaa kan susah kalo harus terjatuh dan tak bisa bangkit lagi hehe.
"Gilaaa lo, ngga usah teriak gitu juga kali, sakit nih telinga Gue" celetuk Via.
"Hehe yaa maap abisnya gue nggak nyangka aja gitu dan gue seneng" jawab Viona.
Lalu Via mulai mengendarai sepeda motornya kembali.
"Iya gue tau lu seneng kan karena ngga jadi pisah sama gue, iya tau lo ngga bakal kuat hidup tanpa gue" ejek Via dengan sangat percaya dirinya.
"Iyalah jelas, ntar kan kalo lo pergi nggak ada yang gue contekin kalo ada tugas" ucap Viona dengan tawa ringannya.
"Anjirrr lo" ucap Via kesal.
15 menit, mereka diperjalanan akhirnya sampai juga di sekolahan tercintanyaa yang sebentar lagi bakal ditinggalkan. Via dan Viona langsung menuju ke parkiran untuk menaruh sepeda motornya. Setelah sampai diparkiran mereka berdua turun dan melepas helm masing-masing, parkiran terlihat masih sepi hanya beberapa siswa saja yang berlalu lalang disini. Mungkin karena masih pagi juga si hehe. Via dan Viona langsung berjalan menuju kelas yang posisinya keberadaan kelas mereka lumayan dekat dengan parkiran, jadi mereka tidak perlu capek-capek untuk berjalan lebih jauh lagi. Saat berjalan pun banyak yang menyapa mereka berdua, karena mereka berdua juga termasuk orang yang mudah bergaul dengan siapapun, jadi tidak heran kalau banyak yang mengenali mereka, sampai Bapak/Ibu guru pun hafal dengan mereka berdua karena mereka dua yang aktif didalam kelas dan di organisasi yang ada di sekolah. Tidak menunggu lama akhirnya mereka berdua sampai di kelasnya. Pintunya masih tertutup tandanya didalam kelas itu belum ada siapapun, mereka berdua masuk dan langsung duduk dibangku masing-masing, tidak ada percakapan saat ini, keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing.
Viona yang sibuk dengan sosial medianya, dan Via yang sibuk dengan dunia halunya ya apalagi kalo bukan dunia orangenya (wattpad). Viona sangat suka membaca, apalagi baca novel. Ia banyak mengoleksinya dirumah, biasanya cerita yang sering ia baca di wattpad itu cerita yang didalamnya menceritakan tentang idolanya ya Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan.
Kemudian siswa-siswa lain pun berdatangan, tepat jam 8 nanti wali kelas akan masuk ke kelasnya masing-masing untuk mengumumkan kelulusan. Kali ini Via merasa sedikit lebih degdegan untuk mendengar hasilnya nanti, tidak hanya Via, Viona dan siswa lainya pun merasakan hal yang sama.
"Vi, habis ini lo mau lanjutin sekolah dimana? " Tanya salah satu teman Via yaitu Bagas yang sudah duduk disebelahnya, entah dari kapan bagas disitu Via pun tidak tau karena Via terlalu fokus ke dunia halunya hehe maapkeun.
"Eh, kirain siapa bikin gue kaget aja lo" protes Via dengan nada kaget dan kesal.
"Ye abisnya lo nya aja yang terlalu fokus" jawab Bagas.
"Hehe maap, tadi lo nanya apa?" tanya Via
"Abis ini lo mau kemana?" tanya Bagas ulang.
"Pulang lah" jawab via dengan santainya.
"Eh anjir, maksudnya mau lanjutin dimana? " geram Bagas.
"Oh yang jelas dong nanyanya, mau ke Tunas bangsa. Lo sendiri? " tanya Via balik.
"Mau ke tunas bangsa juga ngikutin lo, siapa tau bisa satu kelas lagi haha" ucap Bagas diiringi tawanya.
"Gilaa lo" Via pun ikut tertawa.
Eitsss tenang mereka cuma sahabatan nggak lebih.
🔊 Bapak/Ibu wali keles 12 dimohon segera untuk memasuki kelas masing-masing
Terdengar suara dari speaker yang ada dikelas masing-masih semua siswa semakin degdegan kaya ketemu doi aja ya, tidak menunggu lama akhirnya wali kelas masuk juga dengan membawa satu tumpukan amplop putih yang mungkin didalamnya berisi secarik surat yang bertuliskan nama, kelas dan kata Lulus/Tidak. Tinggal kita lihat mana yang dicoret, jika yang di coret kata Tidak maka itu diartikan lulus begitu juga sebaliknya, memberi sedikit pengumuman dan, lalu tidak lama dari itu membagikan amplop dengan memanggil nama masing-masing.
"Humaira Graciela Oktaviani" Deg! Kini namanya yang terpanggil, sedikit gugup untuk berjalan melangkah ke meja guru. Namun ia tekatkan karena mau tidak mau ia harus menerima apapun yang terjadi.
"Ini punyamu, cukup bagus pertahanan untuk mempertahankan nilaimu, nilaimu memuaskan sekali." Ucap wali kelasnya dengan senyuman yang sangat ramah.
"Hehe iya pak trimakasih. " jawabnya sembari mengambil amplop itu dari tangan wali kelasnya dan kembali berjalan menuju tempat duduknya. Walaupun wali kelasnya sudah berbicara seperti itu, ia masih tetap saja gugup untuk membuka apa isi amplop itu.
"Gimana? Lulus kan? " Tanya Viona antusias.
"Ngga tau, orang belum dibuka juga" Jawabnya.
"Buruann buka gue kepo njir" perintah Viona.
"Ngga mau lah, gue nunggu lo aja. Biar kita buka bareng-bareng" jawabnya lagi.
"Viona Angelica" sebelum Viona menjawab ucapan Via, namanya sudah terlebih dahulu di panggil.
Akhirnya Viona maju ke depan untuk mengambilnya. Setelah itu vio langsung kembali dan yaaaa kini saatnya mereka berdua membuka amplop itu. Hehe degdegann si.
"Yuk kita buka bareng-bareng" ajak Viona
"Ayo, biar gue itung. Satu, dua, tiga" ucap Via.
Dan hasilnyaaaaaaaa jengjengjennggg!!!
"LULUS" teriak keduanya bersamaan.
"Alhamdulillah, semoga bisa lanjut disekolah itu ya" ucap via.
>>Tidak ada usaha yang menghianati hasil,
selagi kita mau mencoba dan terus mencoba<<
-Niaacrml