"Maaf Thomas, aku tidak bisa mengantarmu. Orang tuamu sudah tidak ada di rumah itu lagi karena mereka… sudah tidak ada di dunia ini."
Tepat setelah Derynteis mengatakan itu, watku terasa berhenti bagi Thomas. Tangan yang sempat menahan pemuda itu, jatuh di sebelahnya. Suara-suara di sekitar mendadak tidak dapat diterima oleh telinganya. Ia merasa seperti berada di ruang hampa udara dan suara. Atau kepalanya seperti tenggelam dalam air yang membuat suara di sekitar begitu menggema dan sulit untuk didengar.
Lizzie dapat melihat dengan jelas sebuah luka di kedua mata beriris hitam itu. Kalimat-kalimat menguatkan yang ia lontarkan padanya, seakan terpantul semua dan tidak ampuh. Ia menatap sinis pemuda yang baru kembali dari dapur dengan secangkir kopi di tangan. "Dasar bodoh! Kenapa kau tiba-tiba memberitahu kabar duka itu?!" tuduhnya.
"Dia bertanya, aku hanya menjawab," jawab Derynteis sebelum ia meniup pelan uap-uap yang keluar dari dalam cangkir itu.
"Iya tapi—"