Senja menyapa. Mengiringi setiap langkah gadis cantik yang berjalan ringan sembari terus menatap lorong rumah sakit yang dipenuhi oleh orang-orang asing, namun tak dengan bau khas rumah sakit yang kini menari ria di dalam lubang hidungnya. Setelah turun dari halte bus, Davira tak lagi banyak bercakap dengan remaja yang kini berjalan di sisinya sembari sesekali melirik ke samping untuk memastikan gadis yang diajaknya kemari itu tak hilang ditelan keramaian orang-orang yang berlalu lalang sebab tubuhnya yang mungil sedikit semampai kalau boleh dibandingkan dengan tubuh tinggi milik Adam Liandra Kin, Davira hanya sepantaran pundak lebarnya saja.
"Soal Kayla," sela Davira sesaat lorong yang mereka lalui mulai menyepi tak seramai lorong sebelumnya.