Sejuk dirasa kala keduanya memutuskan untuk menghabiskan siang disebuah kafe berkonsep ruangan 'outdoor' dengan bentangan sang surya yang menjadi atap peneduhnya. Rerumputan hijau menjadi alas pijakan pengganti petak ubin bersih yang biasanya memantulkan samar bayangan orang-orang yang ada di atasnya. Davira terus mengaduk-aduk minuman dingin yang dipesannya. Embun mulai terlihat jelas selepas tersadar bahwa lima belas menit berlalu tanpa ada suara yang menyela. Davira diam. Membungkam sendiri mulutnya sebab tak ada yang ingin ia katakan untuk sekarang. Kabar kematian Larisa menjadi pukulan tersendiri untuknya. Bukan pasal semesta yang begitu cepat menamatkan hidupnya, sebab mau disalahkan pun kematian adalah rahasia yang bisa menjemput seseorang kapan pun, dimana pun, juga dalam keadaan apapun dan usia berapapun. Davira paham akan hal itu. Menyalahkan dan mengumpat pada Arka sebab membohonginya pasal kematian Larisa tak akan bisa menghidupkan sahabatnya itu kembali.