Arka menatap dengan tatapan datar tak berekspresi cermin persegi yang memantulkan samar wajah tampannya. Sesekali menghela napasnya ringan sebab ada satu pemikiran yang sedang menganggu dirinya saat ini. Selepas kalimat terucap dari si teman-teman seperjuangan dalam merebutkan piala kemenangan pasal hubungan Davira dan Adam, remaja itu tak henti-hentinya menggelengkan kepalanya. Tak ingin pikiran kotor dan negatif masuk memenuhi kepalanya saat ini.
Arka yakin Davira bukan gadis seberani itu yang mau menyerahkan bibirnya pada sang kekasih. Ya, Davira bukan gadis yang seperti itu!
Remaja itu kini mengusap kasar tangannya menggunakan kain yg segala disiapkan di sisi kaca tempatnya menatap paras tampan dirinya sendiri. Kemudian mendesah kasar dan memalingkan wajahnya. Menundukkan kepalanya untuk menatap aliran air yang masuk ke dalam lubang tengah wastafel di depannya.